51 Mission possible

Romance Series 8479

Di keheningan malam, dentuman petir dan guntur bergema di seluruh ruangan. Hujan deras membasahi kota sangat padat. Di sebuah ruangan gelap, hanya petir yang menjadi pencahayaan malam nya. Jordan sama sekali tidak menyentuh kertas putih yang berada di atas mejanya. Penuh pertimbangan di benaknya untuk membuka surat itu. Hingga akhirnya dia menguatkan tekad nya lalu membacanya dengan perlahan.

"Aku terlalu jahat jika mengatakan perasaan ini dan rasa bersalah ku. Tapi aku harus mengakui kalau aku benar-benar mencintaimu. Maafkan aku Jordan"

"Aku tahu kau menginginkanku, itu bukanlah suatu rahasia yang kau coba untuk sembunyikan. Aku selalu mengatakan dalam diriku bahwa kita tidak akan bersama.
Dan takdir menarik ku ke arahmu dengan jalan yang berbeda. Meskipun saat ini kamu semakin jauh dari ku, tapi kamu ada di sini, di dalam hatiku. Mungkin dunia ini akan menjadi milik kita namun takdir berkata lain. Kau pikir aku tidak ingin berlari menuju mu, tapi begitu banyak rintangan, dan ada batas yang tidak bisa kita lewati. Kini tidak ada harapan sama sekali. Mungkin dunia ini akan menjadi milik kita tapi di kehidupan selanjutnya. Kamu akan menjadi seseorang yang memang seharusnya ku temukan, karena hanya kamulah yang aku inginkan bahkan di kehidupan selanjutnya"

Tak

Lagi-lagi Hendry berlari masuk dalam keadaan cemas. "Ada apa Hendry?"

Jordan tahu tatapan mata itu, dia berusaha setenang mungkin mendengar penjelasannya.

Remote TV segera dinyalakan. melihat sebuah berita kecelakaan dengan plat mobil yang sangat dikenalnya.

"Berangkat sekarang juga"

Perintah Jordan segera mengambil kemudi dan diikuti oleh semua pengawal nya. Tidak ada yang mampu menyaingi kecepatan mobil Jordan saat menuju ke kediaman Fiona. Dia tahu siapa dalang di balik kecelakaan itu. Tidaklah mungkin wanita nya pergi begitu saja.

Brak

Jordan menendang pintu utama. Kedua wanita itu terlihat sedang merayakan kemenangan mereka. Menikmati wine juga beberapa makanan mewah di hidangkan.

"Siapa yang memberimu izin masuk!?" Tanya Tamara penuh amarah

Plakk

Wanita tua itu pingsan seketika. Tamparan Jordan terdengar sangat renyah di telinga Natalia. Sontak Natalia bergegas menghampiri ibunya yang terbaring tidak sadarkan diri.

"Mama!" Panggil Natalia ketakutan.

"Dia mana Ana?" Tanya Jordan menarik lengan Natalia dengan kasar

"Mama. Cepat hubungi rumah sakit!" Perintah Natalia tapi semua pelayan sudah diambil alih oleh Jordan

Srettt

"Arkh! Lepaskan!"

Natalia dijambak, lalu diseret menuju kamar Fiona. Tangan Natalia mencakar bahkan menggaruk genggam kuat Jordan yang menarik rambutnya. Begitu banyak rambut yang putus juga rontok dibuatnya

Melihat genangan darah di kamarnya bahkan di atas kasurnya, mata Jordan menyipit menatap penuh dendam. Lagi-lagi mereka melakukan kejahatan pada wanitanya.

"Apa yang sudah kamu lakukan!"

Tangan Jordan yang besar mencekik Natalia sampai dia tergantung berada di ketinggian.

"Eughh! Hahahaha, dia sudah mati"

Dor!

"Temukan dia secepatnya!" Perintahnya

Jordan melaju menuju ke tempat kejadian perkara. Mobil sedan itu sudah tersisa puing-puing abu juga sisa asap yang mengepul.

Ditemukan jasad seseorang yang kini masih dalam proses otopsi. Tapi akan sangat sulit untuk mengidentifikasi identitas korban karena tubuhnya sudah menjadi abu. Memerlukan beberapa hari untuk menentukan DNA nya.

Sebulan berlalu, dokter forensik sudah memutuskan korban jiwa yang tewas pada malam itu. Para dokter mengkonfirmasi bahwa jasad yang telah menjadi abu itu adalah DNA yang sama dengan Fiona. Jadi benar adanya kalau Fiona telah meninggal.

Tidak percaya pada berita itu, Jordan masih terus melakukan pencarian sekalipun itu mustahil.

Hendry sudah mengerahkan semua pengawal untuk mencari Fiona dipenjuru dunia. Tapi hasilnya nihil. Dia sudah tidak ditemukan di manapun.

Jordan selalu membawa surat terakhir Fiona, dia membacanya setiap saat. Duka yang tidak mampu dijelaskan, dia benar-benar kehilangan wanitanya.

"Master" lirih Hendry masuk ke dalam ruang kerja Jordan.

Disekelilingnya dipenuhi oleh alkohol berkadar tinggi, tapi Jordan terlihat biasa saja. Dia sudah menghabiskan puluhan botol dalam sebulan.

"Apa kamu sudah menemukan Ana?"

"Maaf tuan, seluruh pasukan dunia bawah sudah dikerahkan. Namun tidak ada satupun yang menemukannya"

Bugh!

"Fiona belum mati. Tambahkan personil untuk mencarinya. Jangan kembali kalau kamu belum menemukan keberadaan wanitaku"

Setidaknya alkohol menyelamatkan Hendry malam ini. Tapi dia sungguh tidak tega melihat ketidakberdayaan Jordan setiap malamnya.

"Master. Dua botol udah cukup untuk malam ini"

Kali ini tatapan buas mematikan itu menatapnya
"Apa kamu ingin mati Hendry?"

"Dokter Fiona berpesan kalau master tidak boleh mengonsumsi alkohol"

Jordan menyerahkan botol terakhir miliknya. Cara ini selalu bekerja jikalau tidak ada yang bisa menahannya.

Satu-satunya cara terakhir adalah meminta bantuan yang lebih kuat dari jangkauan mereka. Yaitu Elizabeth Mathilde, mantan ketua dunia bawah.

"Apa yang membuatmu datang ke sini Jordan Alexander Smith"

Nenek tua itu datang dengan beberapa pengawal di kedua sisinya. Meskipun dia berada di kediamannya, tetap saja wanita tua itu penuh dengan penjagaan ketat. Rahasia dalam senyuman dan wibawanya adalah racun bagi dunia. Dia memiliki koneksi terbaik satu-satunya di dunia. Bahkan raja dan presiden akan tunduk di bawah telunjuknya.

Anehnya hari ini Jordan langsung menyerahkan dirinya kepada wanita tua itu. Sekalipun wanita tua itu adalah ras terkuat di dunia tapi Jordan juga seorang yang sangat menjaga martabat di hadapannya.

Kaki itu tersungkur di lantai, dia berlutut dihadapan Elizabeth Mathilde. Menundukkan kepalanya dengan tulus.

"Tolong temukan Fiona, Nyonya"

Para pengawal yang berada di sana benar-benar menyaksikan malaikat maut tertunduk demi seorang wanita.

"Bukankah dia sudah mati? Apa aku harus membawa kemari abu kremasi nya?"

"Anda yang paling tahu di mana Fiona saat ini"

Nyonya Elizabeth tersenyum, meskipun Jordan saat ini sedang berlutut tapi dia tetaplah lelaki yang kukuh dan tidak mudah menyerah.

"Apa yang kamu tawarkan kali ini?"

"Segalanya, nyawaku sekalipun"

"Bukankah aku yang memberimu kehidupan? Lantas mengapa kamu menawarinya kembali kepadaku?"

Jordan tidak bisa melakukan apa-apa, semua yang dia miliki saat ini tidak lain adalah pemberian dari Elizabeth Mathilde.

"Taklukan semua penguasa dunia dan buat mereka tunduk kepadamu"

Lagi-lagi wanita tua itu sangat berambisi untuk menguasai dunia. Bukankah keinginan itu adalah hal yang sangat sulit dan akan terjadi pertumpahan darah yang besar.

"Aku ingin menjadi manusia. Aku ingin melindunginya. Aku akan kembali seperti binatang jika harus menguasai dunia. Tiada rasa iba, suka, duka, bahkan cinta. Jika aku menguasai dunia, sudah pasti aku akan kehilangan dia lagi. Aku tidak ingin kehilangan dia untuk yang kedua kalinya"

Terbesit keinginan yang sama untuk melepaskan semua yang berada di pundaknya, tapi kini sudah terlambat melepaskan rantai ini

"Kembalilah Jordan. Sepertinya kamu tidak sanggup melakukannya"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience