55 Jordan

Romance Series 8479

Waktu sudah menunjukkan pukul 08:00 pagi, cahaya matahari masuk ke sela-sela dinding kayu juga jendela yang terbuka.

Kedua lelaki, Hendry dan Hardin sedang menikmati kopi dan roti di halaman rumah sembari melihat danau indah di hadapan mereka. Sungguh baru kali ini mereka merasakan kedamaian suara burung dan angin yang menabrak ranting, udara segar khas hutan yang mampu menenangkan.

"Apakah kalian merasa nyaman di sini?" Fiona menghampiri mereka dengan tenang, keduanya sedikit terkejut.

"Bagaimana keadaan tuan?" Tanya Hendry khawatir

"Dia baik-baik saja, saat ini dia masih terlelap dengan tenang" jawab Fiona langsung dipersilahkan duduk di sebelah mereka.

"Biasanya tuan tidak pernah tidur selama berjam-jam. Dia selalu dipenuhi rasa cemas"

"Semalam dia tidak pernah terbangun. Mungkin karena tangisannya yang begitu lama, akhirnya dia bisa tertidur pulas" ujar Fiona meminum segelas susu murni yang sudah di siapkan di meja mereka.

Sontak Hendry dan Hardin terpaku melihat perut buncit Fiona, mereka tidak mengeluarkan suara tapi mata mereka sangat gelisah akan sesuatu.

"Dokter Fiona... Apa kamu sudah mempunyai kekasih di sini?"

"Apa tuan menerima bayi itu?"

Hardin penasaran akan aktifitas Fiona di desa ini, apalagi mereka juga sangat syok melihat kalau wanita yang dicintai bos mereka sedang mengandung.

Fiona terkekeh "panggil saja Fiona" jawabnya.

Keduanya diam, menunggu pertanyaan yang belum mendapatkan jawabannya.

"Bagaimana kalian bisa menemukanku di sini?"

Hanya Hendry yang tahu. Tapi dia juga tidak ingin menceritakannya.

"Tolong jaga tuan, anda sangat berharga bagi hidup tuan"

Hendry dan Hardin segera bergegas, setelah meneguk secangkir kopi dan roti kering, mereka meninggalkan rumah sederhana itu. Jelas Fiona ikut berdiri melihat keduanya bersiap-siap untuk pergi.

"Kalian akan pergi?"

"Ya, tolong jaga tuan untuk beberapa hari. Dan jangan lupa untuk menghubungi kami jika terjadi sesuatu" pesan Hendry berlalu pergi.

Mereka seharusnya pergi sejak semalam, tapi Fiona memaksa mereka untuk menginap karena kondisi jalan yang jauh. Hingga akhirnya mereka memilih untuk tinggal sampai pagi ini.

Kondisi Jordan kini sangat baik-baik saja, dia hanya membutuhkan Fiona sebagai obatnya. Setidaknya mereka sudah melakukan yang terbaik.

"Jangan lupa untuk menjemput nya Hendry. Nenek pasti akan kesal jika tahu Jordan di sini" pesan Fiona berat hati menyampaikannya.

"Terimakasih Fiona, terimakasih sudah menerimanya kembali"

Fiona kembali ke kamarnya. Terlihat wajah yang sangat damai dan tenang. Diam-diam dia mengelus rambut panjang tidak serapih dulu, bahkan rahangnya kasar karena rambut-rambut tidak dicukur bersih.

Dia seperti mahluk yang baru saja ditemukan di sebuah hutan, pucat pasi, terlihat kumuh dan berantakan meskipun dia memakai pakaian yang mahal.

Cup

Kecupan singkat mendarat di pipi Jordan. Dia tahu bagaimana penampilan nya, sangat berantakan dan tidak terurus lagi. Bahkan dia terlihat kurus kering seperti tidak ada kehidupan.

Fiona terdiam dalam lamunan. Makanan yang sedang dia siapkan kini sudah tertata rapih di atas meja. Segelas susu, bubur dan beberapa roti dengan selai nya sudah diatur Fiona menunggu nya bangun.

Gedubrak!!!

Benda-benda kamar jatuh berhamburan. Fiona yang mendengarnya di dapur terlihat biasa.

Benar saja, wajah cemasnya tidak bisa di sembunyikan. Jordan langsung memeluk Fiona saat melihatnya. Mata sembab nya kembali mengeluarkan air mata.

"Jangan tinggalkan aku Ana. Jangan pergi" lirih Jordan memeluk Fiona sangat erat.

"Aku tidak akan pergi" jawabnya dengan tulus.

Jordan seperti anak kecil yang tidak ingin berpisah dari ibunya. Dengan sabar Fiona menyeka air mata yang sangat deras seperti semalam.

"Jangan menangis lagi. Kamu pasti lapar kan?"

Anggukan kepala mengikuti instruksi dari seorang wanita cantik yang sedang mengarahkannya untuk duduk.

Sret

Kursi Fiona ditarik rapat di sebelahnya. "Habiskan semuanya" ucap Fiona mengarahkan susu dan bubur di hadapannya.

Dia sangat lahap menghabiskan susu juga bubur dalam beberapa menit. Bahkan susu itu hanya sekali tegukan masuk ke mulut Jordan.

Lagi-lagi dia kembali menatap Fiona di sebelahnya. Menatapnya dengan sangat dalam.

"Bersihkan dulu tubuhmu"

Fiona membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Mengambil kain basah lalu membersihkan wajah Jordan.

Mengeluarkan alat untuk mencukur jenggot. Menaruh busa di sekeliling rahang tegasnya lalu mencukurnya dengan rapi. Jordan duduk di sebuah kursi kayu yang sudah disiapkan, apalagi Fiona sangat lah pendek, jadi Jordan harus lebih rendah agar lebih leluasa untuk membersihkan wajah nya.

Setelah semuanya selesai, Fiona kembali menyeka wajah Jordan dengan kain basah yang hangat.

Tiba-tiba tangan Jordan menyentuh perut Fiona. Memastikannya beberapa detik lalu kembali menatapnya.

"Apa dia milikku?" Tanya Jordan masih menaruh tangan nya di perut itu.

Fiona tersenyum "bukan milikmu. tapi milik kita berdua" jawabnya

Mereka kembali berpelukan, Jordan yang tidak bisa berada jauh dari Fiona, dia ingin selalu melakukan kontak fisik dengan Fiona.

"Kita mau ke mana?"

"Mulai saat ini, kamu harus menuruti semua keinginanku. Mengerti?"

Tangan kecil Fiona mengacungkan jari kelingking demi sebuah perjanjian manis diantara keduanya.

"Kamu butuh istirahat total" perintahnya dengan tegas.

Kedua pasang mata begitu segar berada di atas tempat peristirahatan ternyaman. Memberikan sentuhan-sentuhan kecil bermakna dan indah.

Jangan tanyakan mengapa selalu ada senyuman di wajah Fiona, demi pemulihan dan kondisi Jordan agar lebih baik dari sebelumnya.

Jemari kecil itu menyentuh wajah tegas Jordan, setiap kali air mata mengalir di pipinya, Fiona menyeka nya dengan lembut. Tiada angin tiada hujan, setiap kali Jordan menatap Fiona dengan lama, air mata langsung berderai sendiri nya.

"Tidur lagi, aku akan membangunkan mu saat makan siang"

Ucap Fiona lembut. Mengingat saat terakhir mereka berpisah, semuanya dipenuhi oleh ego dan kesalahpahaman yang tidak bisa diselesaikan.

Fiona berharap kalau lelakinya ini sudah mengikhlaskan semuanya, Fiona juga memilih untuk sendiri dan menjalani hidupnya yang sederhana di sini.

Tapi setelah mendengar penjelasan dari Hendry, semua yang ada di benak Fiona salah, selama ini Jordan sangat tersiksa, bahkan penderitaan nya lebih pedih daripada kematian.

Tidak perlu penjelasan lagi, Fiona tahu raut wajah yang terluka ini, wajah yang tidak bisa terlihat baik-baik lagi. Tapi dia sungguh hancur lebur.

Lelaki ini telah di buatkan oleh cinta, dan ketulusan dari Fiona. Semua kekacauan hidupnya telah dihapus satu persatu dalam memori masa lalu Jordan. Kini kekuatannya telah tiada selain Fiona.

"Seharusnya aku menunggumu sedikit lebih lama. Agar kamu tidak terluka lagi" lirih Fiona menatapnya dalam.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience