01 Fiona Anastasya

Romance Series 7177

Itulah isi hati seorang gadis yang selalu ia tuliskan di sebuah buku diary usang yang selalu bersamanya selama ini. Dia berusia 26 tahun, mencoba untuk menghentikan takdir dan mengakhiri hidupnya karena keputusasaan dan ketidakadilan yang dialaminya saat ini. Hidup di keluarga yang berada tapi tidak sepenuhnya miliknya. Seorang anak angkat yang di ambil dari sebuah panti asuhan, di gunakan untuk memancing anak di rahim yang sedang menantikan buah hati yang tak kunjung datang. Dulu dialah yang paling di cintai oleh pasangan itu, setelah kehadiran sosok bayi di kehidupan mereka, kasih sayang itu berubah dalam sekejap, dia tidak pernah di anggap ada tapi harus menjadi boneka bagi mereka.

Fiona Anastasya adalah nama seorang gadis kecil dari panti asuhan yang di besarkan oleh keluarga Tamara dan Nugroho. Fiona adalah nama asli gadis kecil itu, hingga Nugroho menambahkan nama Anastasya yang berarti perempuan cantik. Hingga lahirlah seorang bayi cantik yang bernama Natalia Nugroho. Fiona tinggal bersama keluarga itu saat berusia 6 tahun, setelah empat tahun usaha mereka membawakan hasil hingga Tamara melahirkan seorang bayi. Dia sadar diri akan semua yang di milikinya saat ini, tapi tidak salah jika mengharapkan kasih sayang yang sama seperti adiknya.

“Fiona, mama akan menjodohkan adikmu dengan seorang lelaki” ucap Tamara mendatangi kamar anaknya yang sedang membaca buku dengan serius. Senyuman cerah ter pancarkan di bibirnya sangat bahagia mendengar kabar itu.

“benarkah?” Fiona menghampiri ibunya. “dia adalah...Pandu Wiratama” ucapnya membuat Fiona tidak bisa berkata-kata. Lelaki itu adalah kekasih dari Fiona sendiri dan wanita tua itu tahu akan kedekatan di antara kedua nya.

“bisakah kamu membantu mama? Buat Pandu menerima perjodohan ini” ucapnya tanpa segan dengan sedikit paksaan pada wanita di depannya

Sakit, sungguh sesak mendengar semua ini, apa dia juga akan memberikan cintanya untuk orang lain. Dengan suara yang menahan air mata ia mengatakan “mah, aku bisa memberikan semuanya untuk mama tapi bolehkah perasaan ini menjadi milikku?” tatapan memohon menatap sangat dalam.

“Natalia sangat mencintai kekasihmu, mama mohon... hilangkan perasaanmu untuk Pandu” tatapan mata penuh selidik dengan kasar

Bukan ini yang di inginkan Fiona, apakah semua keinginan adiknya itu menjadi prioritas utama bahkan sampai seluruhnya di rengut dari Fiona. “mah... aku mohon, tolong jangan rebut Pandu dariku” lirihnya menahan sesak yang begitu dalam

Plakk

Tamparan keras mendarat di pipi kiri Fiona. Lagi? Ini bukan yang pertama kalinya dia rasakan, melainkan setiap hari jika tidak ada sang ayah di rumah. Kekerasan verbal selalu dia dapatkan setiap malam dari ibunya maupun adiknya saat mabuk “rebut!? Seharusnya kamu sadar diri Fiona! Kami sudah memberikan kenyamanan dan pendidikan kepadamu! Semua fasilitas lengkap untukmu!” ucapnya sudah meluapkan kemarahannya pada Fiona. Tatapan benci itu semakin menambah nuansa mencekam di dalam kamarnya

Jadi semua ini hanyalah bantuan yang harus dikembalikan lagi “mah, apa arti Fiona di hati mama? Fiona juga anak mama” ucapnya sudah berderai air mata. Kasih sayang yang paling utama untuknya, tapi semua itu hancur lebur, dia bagaikan barang yang ada saat di perlukan, dan di anggap tidak pernah ada

Wanita tua itu memijit pelipisnya dengan helaan nafas “kamu tahu kan aturan di rumah ini?” ucapnya mengingatkan.

Mengikuti semua keputusan yang di buat oleh Tamara termasuk tidak boleh ada penolakan meskipun itu salah. Fiona memohon di hadapan ibunya dengan isak tangis yang tiada hentinya. “aku mohon mah, untuk kali ini saja” ucapnya memeluk kaki Tamara, tapi tidak ada berdesik di hatinya sama sekali. Tiada rasa iba menatap seorang wanita cantik yang sedang berlutut dihadapannya, justru tatapan jijik ketika jemari kecil itu memeluk kakinya

“mama sudah mengatakannya padamu, setidaknya mama sudah meminta izin. Jangan kecewakan adikmu Fiona” ucapnya langsung pergi meninggalkannya meringkuk di lantai

“satu lagi, jika kamu sudah tidak mau mengikuti aturan rumah ini, kamu boleh menginjakkan kaki keluar. Pintu rumah ini tidak akan lagi terbuka jika kamu memilih untuk pergi. Ingat itu Fiona!” Tamara akan melakukan apa saja demi Natalia.

Mengapa Fiona masih bertahan di rumah itu? Dia bisa saja pergi dengan latar belakang pendidikan, kecerdasan, juga parasnya yang tidak bisa di ragukan. Dia memilih bertahan karena Nugroho ayahnya. Seorang Ayah yang tidak pernah membedakan kedua anaknya, seorang ayah yang adil dan bijaksana. Nugroho selalu memuji Fiona karena prestasi, kemandirian, adab dan akhlaknya. Pertengkaran selalu terjadi jika Nugroho membela Fiona di hadapan Tamara, hingga menimbulkan kesenjangan bagi gadis yang menjadi korban pemerasan oleh ibunya dan Natalia.

Dddrrttt...

Sebuah panggilan masuk yang berada di meja belajar Fiona, ia segera mengangkat panggilan itu “halo... ada apa pandu?” ucap Fiona dengan suara paraunya karena habis menangis

“are you okay?” tanya seorang lelaki yang selalu memberikan perhatiannya dengan tulus

“em” jawabnya

“tell me Ana”

Bagaimana bisa dia meninggalkan lelaki yang begitu tulus mencintainya, selalu menjadi tempatnya berpijak dan mengeluhkan keluh kesahnya.

“aku capek” ucapnya

“bagaimana kalau malam ini kita jalan? Aku tahu kamu pasti butuh refreshing” ajak Pandu sudah siap dengan jaket kulitnya menuju ke parkiran rumahnya.

“tidak perlu, kamu pasti baru pulang dari rumah sakit kan?” terka Fiona sudah tahu

“aku merindukanmu” lirihnya di seberang sana

“em” jawab Fiona menahan air matanya

“kalau begitu, apa kamu mau menjadi partnerku besok?” tanya Pandu menawarkan
“aku akan selalu menjadi partnermu di meja operasi” jawab Fiona dengan lembut penuh perhatian

“sampai bertemu besok sayang. I love you more” ucap Pandu mematikan panggilannya.

Di usianya yang masih muda tapi dia baru saja menyelesaikan pendidikan pengambilan dokter spesialis bedah umum. Sudah pasti dia sudah seperti mayat hidup karena kesibukannya. Apalagi bagi seorang wanita yang masih sangat muda untuk mengambil gelar dokter spesialis bukanlah mudah, para senior di rumah sakit saja iri pada workaholic seperti Fiona. Dia mendapatkan perlakuan khusus dari rumah sakit karena ibu Pandu adalah pemimpin di rumah sakit, belum lagi koneksi sang ayah yang selalu siap membantunya.

Kali ini Fiona betul-betul menolak permintaan sang ibunda. Dia mengemasi seluruh pakaiannya dan menuju ke apartemen yang biasa di tinggali nya. Apartemen itu dekat dengan rumah sakit tempatnya bekerja. Apartemen yang tidak begitu luas dan sederhana ini menjadi tempatnya mengeluarkan semua keluh kesahnya sendiri.

“apa semua ini bukan milikku? Usahaku selama ini tidak pernah berarti di mata mereka” keluhnya menatap setiap piagam penghargaan, medali juga sebuah jubah putih terpajang bersama dengan id card bertuliskan namanya berwarna silver yang terpasang di gantungan baju. Wanita yang selalu saja memendam deritanya sendiri hanya mengadukannya kepada semesta

Dia merapikan semua pakaiannya yang berada di dalam koper untuk segera di pindahkan. Bahkan di hari yang sangat penting ini, tak ada satupun yang hadir di pemberian gelar dokter spesialis kecuali sang kekasih yang setia menemani.

Setiap hari adalah awal baru baginya tapi semua sama saja, tetap kembali pada jalurnya. Mungkin malam ini dia tidak bisa tidur lagi memikirkan semuanya. Tapi wanita itu tahu bagaimana menghilangkan pemikiran itu dengan menyibukkan dirinya membaca buku dan mempelajari hal yang berbau dengan profesinya

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience