Fiona diam-diam menuju ke sebuah ruangan kerja tepat berada di sebelah kamarnya. Meskipun di bantu oleh tongkat, dia sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan bunyi ataupun kegaduhan.
Klek
Pintunya tidak dikunci, Fiona segera masuk memeriksa setiap file yang seharusnya bisa menggambarkan seorang Jordan yang sebenarnya ataupun pemilik kastil mewah ini.
Fiona berhenti tepat di sebuah meja kerja yang di atasnya terdapat komputer dan beberapa berkas yang tertata dengan rapi dalam sebuah amplop coklat.
Penasaran dengan isinya, Fiona membuka satu persatu dan membaca setiap isi yang berada di dalamnya. Semua catatan mengenai beberapa perusahaan besar yang sangat di ketahui nya, bahkan perusahaan ayahnya menjadi salah satu daftar font merah yang ditebalkan.
"Kenapa bisa ada perusahaan ayah dan teman-teman nya masuk dalam list?" Gumam Fiona semakin penasaran membaca dan membuka setiap kertas yang bertumpuk di atas meja
Hingga akhirnya dia menemukan sebuah foto yang membuat nya terhenti. "Siapa anak yang berada di kursi roda ini?" Gumam Fiona melihat dengan sangat teliti gambar itu. Di balik foto itu tertulis sebuah nama
ALEXANDER SMITH
Hingga akhirnya Fiona melihat sebuah bingkai terpajang tepat di depannya yang ditutupi oleh tirai yang sangat besar. Perlahan dia menarik tirai itu dan melihat siapa yang berada dalam lukisan.
"Aku kenal mereka, dia adalah Alexander Lemos dan Iriana Smith pemilik perusahaan dan pusat penelitian medical center terbesar di dunia. Lalu siapa anak ini?"
Lukisan sepasang suami istri yang sangat romantis memakai gaun pengantin pernikahan. Fiona menyadari kalau foto yang berada di genggamannya itu sangatlah mirip dengan lukisan itu
"Mungkinkah anak lelaki ini adalah anak mereka?"
Brak
Fiona menyadari, lelaki yang berada di lukisan itu sangat mirip dengan Jordan. Dia diam mencoba untuk mencerna semuanya.
"Bukankah mereka mengalami kecelakaan hingga akhirnya mati, tapi yang aku tahu mereka tidak memiliki anak lelaki ataupun keturunan" gumam Fiona semakin kebingungan.
"Tidak mungkin! Kejadian ini terjadi sudah sangat lama, dan lagi tidak ada berita yang menjelaskan anak ini. Ayah juga tidak pernah menceritakan mengenai keluarga ini kecuali sahabatnya yang kini melanjutkan perusahaan dan medical center. Apa yang sebenarnya terjadi?" Fiona semakin penasaran menggali setiap sumber yang semakin membuatnya kebingungan
"Jordan bukanlah lelaki biasa. Dia memiliki banyak rahasia" pikir Fiona semakin ingin mencari lebih .
Klek
Seseorang tiba-tiba masuk, Fiona bersembunyi di bawah meja kerja itu tanpa menimbulkan bunyi. Dia menutup mulutnya rapat-rapat mengintip seseorang yang sedang menggenggam sebotol minuman dengan kadar alkohol yang tinggi bersama dengan gelas bir yang sudah terisi.
Ya, Jordan masuk dalam keadaan tidak normal. Jalan yang sempoyongan menuju sebuah sofa di mana dia merebahkan tubuhnya sembari menatap langit-langit ruangan yang redup.
Tiba-tiba handphone Jordan berdering "bicara" singkat Jordan dengan suara yang dingin penuh penekanan
"Master. Kami sudah menemukan semua bukti penggelapan semua saham juga orang-orang yang selama ini berada di pihak paman anda" ucap Hendry terdengar jelas di telinga Fiona.
"Hm"
"Kami tinggal menunggu perintah selanjutnya master" ucap Hendry sudah sangat siap
"Jangan terburu-buru Hendry, aku sudah menyiapkan kado spesial yang akan membuat mereka berlutut bahkan menjilat kakiku jika perlu" jawab Jordan dengan santai
"Lalu bagaimana dengan nona Fiona? Apakah master akan memberitahu bahwa Ayah Fiona terlibat dalam pembunuhan ini?" Tanya Henry terdengar ragu
"Aku tidak perduli dengan mereka. Mereka yang berani menyentuh milikku akan mendapatkan balasan yang lebih pedih dari neraka. Fiona urusanku, yang terpenting jangan sampai dia tahu mengenai kebenaran ini. Kamu jangan kembali ke sini, aku tidak ingin dia curiga padamu" ucap Jordan masih bisa menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh bawahannya.
Fiona gemetar, seorang lelaki yang sangat ramah dan hangat itu ternyata hanya sebuah tipu daya untuk membuatnya tenang, ternyata Fiona sudah masuk ke dalam perangkap nya sendiri.
"Aku harus meninggalkan tempat ini" batin Fiona semakin cepat ingin meninggalkan tempat ini.
Sekali Fiona bergerak, sudah pasti Jordan akan menyadari keberadaannya. Lalu bagaimana dia bisa keluar dari ruangan itu? Apakah harus menunggu sampai botol minuman itu habis?
Dalam keheningan keduanya sama-sama terdiam. Fiona melihat dari kejauhan hal yang Jordan lakukan.
Sudah merasa gerah, Jordan melepaskan kancing bajunya sedikit melonggarkan kerah baju agar udara masuk ke dalamnya. Kali ini dia menghabiskan beberapa botol minuman yang berceceran di sekelilingnya
Kemudian dia mengambil sebuah batang gerutu di dalam lemari sebelah sofa lalu membakarnya dengan santai. Jordan menghisap lalu menghembuskan asapnya keluar.
Asap putih itu berkumpul di udara, bau wangi yang berasal dari rokok itu seolah menenangkan dan sangat wangi, bahkan Fiona baru menyadari bahwa wangi khas ruangan ini ternyata berasal dari tembakau itu
"Fiona Anastasya" ujar Jordan masih tetap sama, bersandar menatap langit-langit ruangan sembari memainkan asap rokok yang keluar masuk dari mulutnya
Tiba-tiba sebuah ketukan pintu terdengar dari luar
"Bicara" kata Jordan menunggu balasan dari luar
"Saya tidak menemukan nona Fiona di kamarnya master" ucap pelayan yang ingin memberikan Fiona obat
Seketika Jordan langsung mematikan asap rokoknya lalu keluar untuk segera mencari. Jordan dengan reaksinya yang sangat santai cepat menghampiri pelayan itu.
Secepat mungkin Fiona keluar dari ruangan itu. Otaknya harus bekerja mencari alasan agar dirinya tidak dicurigai. Dia harus segera kembali ke kamarnya
Dari kejauhan Jordan terlihat sedang mencari keberadaan nya, secepat mungkin Fiona melempar kedua tongkat nya lalu duduk di sudut ruangan seolah dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk melangkah
"Fiona!" Panggil Jordan ketika melihatnya sudah duduk di lantai dalam keadaan diam dan pasrah
Segera Jordan menghampiri, "apa yang kamu lakukan di sini?" Tanyanya cemas
"Aku hanya berkeliling, tapi kakiku sudah tidak sanggup lagi untuk melangkah" jawab Fiona dengan wajah yang sangat kelelahan
Jordan langsung memeluk dan mengangkat pinggang itu dengan ringan
"Kamu sangat kurus Ana. Ke mana perginya semua makanan yang aku berikan kepada mu?" ucapnya dengan mudah menggendong Fiona dengan satu tangannya.
Dia hanya diam sembari mengendus bau di tubuh Jordan yang bercampur dengan alkohol dan rokok. "Apa kamu habis minum?" Tanya Fiona pura-pura
"Sedikit. Ada banyak hal yang aku urus, jadi aku minum untuk menghilangkan pikiran ku" jawab nya dengan tenang
Perlahan Fiona diletakkan di atas kasur, tanga kekar itu menarik kaki mulus Fiona dengan lembut lalu memijit nya dengan perlahan.
"Bagaimana bisa kaki seperti tangkai ini bisa berjalan?" Ujar Jordan membandingkan lengannya yang dua kali lipat dari betis Fiona yang sangat kecil.
Fiona menarik kakinya menolak, tapi tangan kuat itu tidak terlepaskan. Mungkin karena pengaruh minuman Jordan mengatakan hal-hal yang tidak bisa di sangkal.
"Tidak lama lagi kamu sudah bisa berjalan seperti biasanya"
Anehnya tidak ada reaksi bahagia terpancar dari raut wajah tegas Jordan, melainkan tatapan kosong sembari memijat kaki Fiona dalam keheningan malam
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?" Tanya Fiona dalam hati. Dia tidak bisa mempercayai laki-laki di hadapannya ini, sudah begitu banyak rahasia sampai Fiona sendiri ragu akan ketulusan yang dia dapatkan, apakah semua ini murni atau tersemat keinginan lain di dalamnya
Tapi dirinya memang tidak bisa menolak setiap sentuhan yang sudah biasa dia dapatkan, seolah setiap sentuhan itu adalah rasa aman yang membuat dirinya tidak merasa cemas berada di samping lelaki ini.
Pikiran Fiona dipenuhi oleh kebingungan, mungkinkah jika dia bertanya secara langsung pada orangnya akan mendapatkan jawaban yang dia inginkan? Ataupun berubah manjadi sebuah ancaman bagi dirinya sendiri
"Jordan" lirih Fiona menatap lelaki yang masih memijit kakinya dengan lembut
Mata biru itu menatapnya kembali, "ada apa?"
"Sudah cukup, aku ingin istirahat" ucapnya sendu
Perlahan bantal yang berada di balik punggungnya di tarik lalu diratakan dengan posisi Fiona yang ingin berbaring. Selimut itu diangkat masuk menyelimuti tubuh Fiona sampai ke dada. Semua itu Jordan lakukan tanpa ada pengeluhan maupun penolakan.
Lampu tidur dimatikan, Jordan duduk di sudut kasur menatap wanita yang siap menutup matanya, tangan kekarnya merapikan rambut Fiona yang sedikit berantakan lalu mengelus kepalanya dengan lembut.
Cup. "Good night Ana"
Tidak lupa sebelum pergi, kecupan singkat mendarat di keningnya. Fiona sebisa mungkin menganggap semua itu biasa saja. Jangan pernah luluh Fiona! Kamu harus sadar!
Share this novel