Cahaya pagi menembus jendela yang masih tertutupi oleh tirai berwarna putih kini melambai-lambai tertiup angin, Jordan sedang berada di dapur seperti biasanya membuat sarapan spesial untuk hari terakhirnya di tempat ini.
Semalam dia menyadari, kalau sampai dirinya terungkap oleh keluarga Fiona, maka bukan dirinya yang di salahkan, melainkan Fiona yang akan di jadikan kambing hitam juga menjadi sebuah keberuntungan bagi ibu dan adiknya.
Perasaan ingin memiliki musnah begitu saja, dia kini hanya menginginkan sebuah ketenangan dan kedamaian dalam hidup Fiona. Melihat begitu banyak luka yang tidak bisa hilang membuatnya merasa seperti beban bagi Fiona. Sungguh saat ini dia merasa tidak enak hati sekarang, mendengarkan sebuah cerita pedih dari seseorang mengenai masa lalu Fiona maupun masalah yang dia hadapi setiap harinya.
“bagaimana kalau membawanya pergi bersamaku?” pikirnya sembari memasak telur dadar kesukaan Fiona.
“tapi aku tidak ingin dia mengetahui siapa diriku sebenarnya”
Hubungan ini akan renggang dan Fiona akan menjauh jikalau seandainya dia tahu jati dirinya. Baru kali ini Jordan membenci semua yang ada pada dirinya. Dia hanya ingin menjadi orang biasa.
Timbul rasa ingin memaksa agar dia bisa melakukan apa saja dengan sekali perintah, tapi Fiona adalah wanita spesial yang tidak boleh ada paksaan ataupun sampai melukai hatinya. Tapi apakah semuanya akan kembali seperti semula? Seperti kembali pada awalnya. Yaitu melupakan yang terjadi dan menjalani hidup masing-masing.
“Jordan” lirih Fiona bersuara parau yang baru saja keluar dari kamarnya. Waktu pukul 09:00 pagi, menunjukkan kalau Fiona sudah terlambat berangkat ke rumah sakit. Langkah kaki yang terkulai lemas juga wajah pucat pasi terlihat jelas di mata Jordan.
Srukk, untung saja Jordan dengan sigap langsung menangkapnya yang hampir jatuh ke lantai.
“Fiona!” panggilnya mengecek suhu tubuh Fiona yang sangat panas. Dia segera mengembalikan tubuhnya ke kamar “kamu belum pergi?” lirih nya dengan sendu, mata itu menatapnya lemah tak berdaya
Dengan tatapan datar mata, seperti tidak tega melihatnya.
“dengan kondisimu seperti ini?” oceh Jordan segera mengambil kompres handuk basah yang hangat untuk menetralisir suhu tubuhnya. “i’m okay” ujar Fiona membuat pria yang sedang mengurusinya terlihat kesal.
“Jordan” panggil Fiona
“hum?”
Jordan menoleh ke arah wanita di sampingnya. “tolong ambilkan kotak obat di atas meja”. Dengan cepat Jordan melaksanakan perintah dan mengambil kotak P3K
Setelah mendapatkan kotak obat itu, Jordan duduk di sudut kasur mencari termometer melihat suhu tubuh Fiona. Dia mendapatkan beberapa buah pil, Jordan langsung menyerahkan sepiring omelet telur dadar “sarapan dulu” Jordan sudah menyiapkan makan untuk Fiona.
Dengan telaten tangan Jordan menyuapi makanan di mulut Fiona. Meski sebenarnya Fiona memaksakan diri untuk mengunyah makanan yang hambar baginya.
Sembari menyuapi, dia tidak hentinya menatap lelaki di hadapannya dengan rasa kagum. Membantu nya meneguk air mineral bersama dengan obat yang sudah dilepaskan dari labelnya
“aku penasaran wanita seperti apa yang akan menjadi istri seorang yang sangat ahli dalam segala hal” puji Fiona sambil tersenyum
“pasti dia sangat bahagia” tambahnya
“bahagia? Aku bahkan tidak pernah melihat seseorang tersenyum tulus padaku selain dirimu” gumamnya terdiam merenungi kalimat yang diucapkan oleh Fiona.
“kamu pria yang baik dan hangat” puji Fiona dengan jujur
“aku tidaklah baik Ana, sikapku seperti ini karena kamu” lagi-lagi keduanya di buat canggung meskipun Fiona tidak pernah menganggap Jordan lebih dari sebatas tamu atau seorang kenalan yang nantinya akan pergi jauh
“jordan”
“hm?”
“kamu boleh pergi”
“tapi kondisimu..”
“aku seorang dokter!” sarkasnya
Kali ini Jordan benar-benar akan meninggalkan tempat ini. Dia mengemasi semua pakaian yang di beri oleh Fiona untuknya. Sebuah tas ransel yang kini terpakai pertanda kalau semuanya sudah siap.
“Jordan” panggilan itu kembali menarik hati Jordan.
“aku ingin mengantarmu pergi” dengan kondisi tubuh yang lemah, Fiona memaksa beranjak dari kasurnya.
“biar aku gendong” ucap Jordan langsung menggendong Fiona ala bridal style. Fiona mengalungkan jemarinya di leher Jordan, juga menyandarkan kepalanya di dada lebar dengan nyaman. Terasa suhu panas dari tubuh Fiona menyebar ke tubuhnya.
Wajah keduanya saling berdekatan, Jordan yang tidak ingin mengalihkan pandangannya pada Fiona semakin tidak ingin melepasnya jauh darinya. Nafasnya yang panas sangat terasa menembus dada Jordan, seolah beradu dengan nafasnya
“sampai di sini saja” ucap Jordan tepat berada di depan pintu. Dia melepaskan rangkulannya lalu turun perlahan dari tubuh lelaki tinggi yang masih mendekapnya dalam pelukannya.
“pelukan perpisahan?” tawar Fiona merentangkan kedua tangannya. Dengan helaan nafas juga senyuman paksa, Jordan sedikit membungkukkan badannya langsung menarik Fiona dalam pelukannya. Menghirup dalam-dalam wangi lembut di dalam ceruk leher yang sangat panas terasa namun mampu menenangkan hati dan pikirannya.
“jaga dirimu baik-baik dan jangan pernah terluka lagi” pesan Fiona di perpisahan terakhirnya.
Jordan tersenyum, lagi-lagi dia merasakan hal yang tidak pernah dia dapatkan dari siapapun. Kalimat itu sangat manis. Kalimat itu mampu menggoyahkan imannya. Kalimat yang biasa saja, tapi bagi lelaki di depannya itu adalah hal yang tidak pernah dia sangka.
Tidak ada sepatah kata yang dia ucapkan di waktu terakhir mereka, karena baginya tidak ada perpisahan melainkan sebuah awal baru baginya.
Klek
“FIONA!”
Keduanya terkejut melihat sang ayah, adik, ibu juga Pandu sudah berada di depan pintu apartemen nya.
Plakk!
Tamparan dari sang ayah membuat Fiona terdiam kaku tak bergerak.
"a..ayah” bibir itu bergetar hebat Fiona menatap sang ayah dengan ketakutan. Jordan yang tidak bisa menepis tamparan itu langsung berdiri tegak melindungi Fiona dari depan
“apa ini Ana! siapa lelaki ini!?” tanya sang ayah sangat marah besar melihat anak kebanggaannya bersama dengan seorang pria.
Tubuh tinggi dan kekar itu sudah mampu mengalahkan Nugroho yang tidak bisa melihat keberadaan Fiona di belakangnya. Kemarahan sang ayah tidak lain adalah hasutan dari istri dan anaknya yang tidak bisa mengalihkan pandangan menatap seorang pria tampan yang berdiri membela Fiona.
“bersikap lembut lah pada Ana, dia sedang sakit” tutur Jordan dengan sopan, tapi mata elangnya menatap dengan tajam.
Mendengar hal itu, Nugroho terdiam melihat putrinya yang ketakutan meliriknya di balik tubuh seorang lelaki yang kini membuatnya kesal.
“sakit? Atau jangan-jangan Fiona sedang hamil!” ucap Tamara ingin memperkeruh suasana. Menghasut semua yang ada di tempat itu agar percaya dengan apa yang dia katakan.
“aku tahu rahasiamu kak! Selama ini kamu tinggal bersama lelaki ini kan. Semua pakaian pria yang berada di lemarimu adalah miliknya kan?” tuduh Natalia kali ini menunjukkan rasa sopan nya di depan sang ayah juga Pandu yang sedang menahan amarahnya.
Apalagi seorang lelaki yang kini melindungi Fiona terlihat sangat menawan dan menarik perhatian nya, meskipun lelaki itu terlihat berantakan dengan penampilannya tapi postur tubuhnya sangatlah membangkitkan gairah Natalia untuk menggodanya
“jadi selama ini kamu bersamanya?” tanya Pandu penuh dengan tatapan kekecewaan
“apa yang di katakan ibu dan adikmu benar Fiona?” tanya sang ayah dengan tegas.
“apa yang di katakan mereka tidak semuanya benar. Fiona tidak hamil dan...”
“cukup! Siapa kamu berani menjawab pertanyaan yang bukan di tujukan untukmu!” bentak Tamara membuat Jordan terdiam.
“siapa kamu?” tanya Nugroho. Bagaimana Jordan menjawab pertanyaan ini. Identitasnya harus dia sembunyikan tapi Fiona yang akan menjadi korban kalau dirinya terungkap.
“saya Jo-“
“dia tinggal bersamaku ayah!” jawab Fiona angkat suara. Satu-satunya cara menyelamatkan lelaki yang membelanya adalah mengakui semuanya. Fiona harus melindungi nya sampai akhir
“jadi semua itu benar Fiona?” tanya sang ayah dengan emosi yang memuncak. Jordan melirik Fiona.
Mengapa?
Fiona mengangguk paham lewat tatapan mata itu.
“maaf ayah” lirih Fiona memohon penuh harap, meraih dan memeluk tubuh Nugroho memohon ampunan sang ayah. Dia masih menatap anaknya dengan tatapan marah dan kecewa.
“Pandu” panggil Nugroho
“iya om?”
“pertunanganmu dan Natalia akan dilaksanakan besok hari” ucap Nugroho membuat Fiona lemas dan tersungkur hampir terjatuh, namun Jordan menangkupnya dengan kuat agar dirinya bisa berdiri tegak.
“dan satu lagi, aku hanya mempunyai seorang putri yang bernama Natalia Nugroho di keluarga ku” ucap Nugroho berlalu pergi meninggalkan ruangan itu dengan penuh dendam dan kekecewaan yang mendalam.
“No! ayah!” panggil Fiona mencoba menyusul sang ayah tapi tenaganya telah habis. Memaksa untuk pergi tapi kondisinya sedang tidak sehat.
“AYAH! Maafkan Fiona ayah! Mama! Natalia! Hiks hiks...ayah” panggilan Fiona tak mendapatkan balasan.
“jangan pergi ayah, Fiona di sini” lirih Fiona dalam tangisnya.
Satu-satunya hal yang paling menakutkan dalam dirinya adalah ditinggalkan. Kini hal itu tepat berada di hadapannya, semua bangunan kokoh yang dia buat demi membuat hubungan nya kuat tapi kini hancur hanya karena sebuah kesalahpahaman yang dia ciptakan. Bahkan orang yang kini selalu bersamanya juga memilih untuk tidak percaya dan meninggalkan nya. Apalagi yang dia harapkan sekarang, semuanya sudah hancur lebur
“Ana, jangan seperti ini. Kondisimu-“
“pergi.”
“tugasku sudah selesai”
“pergi Jordan!”
Share this novel
sedihnya kehidupan Ana..