02 Pandu Wiratama

Romance Series 7177

Matahari menyinari kamarnya yang tertutup tirai, wanita itu terlelap sambil membaca buku yang masih berada di dadanya di atas kasur. “ugh” ringis nya merasa kepalanya sakit. Dia harus pergi ke rumah sakit karena shift nya yang harus selalu berada di UGD.

Celana panjang kulot highwaist berwarna hitam dengan kemeja biru dilapisi oleh jas dokternya yang putih terang. Rambut panjang yang di kincir kuda, make up sederhana sudah mampu membuatnya sangat cantik, elegan dan berwibawa. High heels setinggi 5 cm semakin membuatnya terlihat tinggi dan modis.

Wanita itu turun dari mobilnya, kali ini dia memilih naik mobil meskipun jarak apartemen hanya berselang 10 menit dengan langkah kaki yang santai. Dia mengarahkan kaca spion ke arahnya “semangat Fiona, kamu pasti bisa!” senyuman cerah langsung terpatri indah di bibirnya.

Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan, tentu saja dia menyapa dengan senyuman orang-orang yang berpapasan dengannya. Senyuman yang mampu menghipnotis orang-orang, bahkan mampu membuat terpana oleh siapa saja.

Apalagi bola mata berwarna hazel itu terlihat sangat menawan karena tidak ada satupun yang memiliki nya, seolah mata itu adalah barang berharga antik yang hanya dimiliki oleh beberapa persen orang di dunia. Warna kulit yang putih mulus seperti susu yang sangat bersih, bibir yang sexy dengan tutur kata yang lemah lembut, membuat setiap pasien yang dia layani merasa sangat senang hati.

Tidak heran begitu banyak pria yang selalu mencuri-curi pandang bahkan dokter-dokter lajang mencari perhatian nya, tapi tetap saja selama bukan dalam ranah pekerjaan dia akan bersikap dingin pada siapapun. Apalagi dia juga memiliki seorang kekasih yang selalu ada untuknya, lalu untuk apa mencari yang lain.

“selamat pagi dokter” sapa para perawat yang berpapasan dengannya. Tentu saja dia membalasnya dengan senyuman terbaik.

“suster Dinda, boleh cek jadwal saya hari ini?” tanya Fiona di lobi spesialis bedah umum.

“tentu dokter” jawab Dinda memberikan selembar kertas berisikan nama-nama pasien yang dia tangani hari ini dan pasien yang berada di bawah pengawasannya.

“sepertinya dokter akan kembali pada malam hari lagi” ucap Dinda melihat jadwal padat Fiona dengan senyuman.

Fiona menghela nafas panjang dengan semangat, “ya, kewajiban harus dilaksanakan”

Fiona menuju ke ruangan pasien memeriksa pasiennya yang ditemani oleh dua suster yang bertugas, ia berinteraksi dengan para pasien yang dalam masa pemulihan. Para suster mencatat setiap arahan yang dia berikan untuk kebutuhan pasien dan waktu pengecekannya nanti. Waktu berjalan sangat cepat hingga waktu istirahat telah tiba. Fiona dan rekan kerjanya menuju ke kantin rumah sakit untuk makan siang. Rumah sakit yang terkenal dan terlengkap fasilitasnya sudah pasti kualitas makanannya juga terbaik.

“Fiona! Duduk sini!” panggil seorang wanita yang sudah berada di meja menyisakan tempat duduk untuknya. Ia mengangguk, mengambil lauk lalu menuju ke sahabatnya yang berbeda bangsal dengannya.

“tumben makan sini, biasanya makan di luar” ucapnya duduk di sebelah sahabatnya

“banyak pasien, jadi malas keluar” jawabnya fokus melahap makanan yang sudah berada di piringnya

“Fiona, itu pangeran mu baru datang” tegur sahabatnya melihat pandu bersama dengan teman-teman divisinya juga beberapa suster yang mengekori mereka. Lelaki tampan yang sempurna dengan latar belakang keluarga yang dikenal oleh para bangsawan. Lelaki campuran Asia dan Eropa itu sangat banyak pengagumnya.

“Pandu, istri mu ada di sini!” panggil Anisa melambaikan tangannya pada cogan yang baru saja mengambil makanan mereka di meja prasmanan. Pandu segera menghampiri dengan teman-temannya hingga meja itu di penuhi oleh para dokter yang berasal dari berbagai macam bangsal.

“kenapa tidak menungguku?” tanya Pandu berada di sampingnya.

“aku lupa bawa hp” jawabnya singkat

“are you okay?” tanya Pandu untuk yang ke sekian kalinya.

“i’m okay” jawab Fiona fokus menyantap makanannya. Ya, sepertinya ada berbeda dari sikap Fiona saat Pandu datang. Ekspresinya pun berubah menjadi dingin.

“aku sudah selesai. Aku deluan ya” ucap Fiona pergi dengan senyuman cerahnya. Semuanya mengangguk mengiyakan

Brakk

“kita harus bicara Ana” ucap Pandu merasa kesal akan perlakuan Fiona yang berubah dari semalam.

Kini mereka berdua berada di rooftop lantai paling atas rumah sakit. “kamu kenapa hm? kenapa sikap kamu seperti ini Ana? Ada yang salah dengan perlakuanku padamu?” tanya Pandu dengan lembut

“Pandu...hubungan kita...sampai di sini saja” lirihnya tidak berani menatap lelaki yang sedang mengharapkan penjelasan darinya.

“jangan ngaco Ana! Ini tidak lucu!” serunya.

Pandu semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada wanita yang selalu tertawa dan ceria bersamanya.

“aku lelah” keluhnya lirih

“kalau hanya lelah, kenapa harus mengakhiri hubungan kita? Kamu kenapa?” Pandu mencoba menahan emosinya dan bicara baik-baik. Jemari itu diraihnya dengan tenang, mencoba membaca arti dari tatapan itu

“aku lelah jalani hubungan ini sama kamu” ucap Fiona mencoba terlihat baik-baik saja. Ia menahan air mata yang menggerogoti hati dan pikirannya.

Pandu menggenggam erat kotak yang ingin dia berikan pada Fiona, ia meremas kotak yang berada di tangannya, dan Fiona menyadari keberadaan kotak yang berisikan cincin lamaran saat di mana dulu mereka berjanji akan hidup bersama.

“kamu tidak mau menjelaskannya padaku?” yang Pandu inginkan saat ini adalah penjelasan akan sikap kekasihnya yang tidak biasa. Fiona menunduk tidak percaya diri saat ini di hadapan seseorang yang selalu ada untuknya.

“hiks...hiks hiks” air mata tidak bisa lagi di bendung nya. Pandu sudah mendapatkan jawabannya, sepertinya masalah ini sangatlah besar hingga Fiona sendiri hanya bisa memendam semuanya dalam tangisnya.

Sruk

Tangan kekar itu menariknya masuk ke dalam pelukan yang selalu menenangkannya “kita berjanji untuk hidup bersama Ana. Janji kita akan segera terwujud kan. Kita berdua akan bahagia” ucap Pandu membuatnya semakin sakit. Siapa yang tidak menginginkan hidup bahagia bersama dengan orang terkasihnya

“kalau kamu tidak ingin menceritakan nya. It’s okay. Aku mengerti" ucap Pandu masih memeluknya erat.

“hiks hiks...i love you” gumam Fiona di dengar oleh sang kekasih.

Rumit bukan, Fiona bingung menjelaskan hubungan mereka yang sangat indah namun menyakitkan. Kini mereka berdua berada di ruang operasi seorang pasien yang melakukan bedah mastektomi (pengangkatan payudara) pada pasien yang mengalami kanker payudara. Operasi mastektomi biasanya berjalan 2-3 jam tapi jika Fiona yang melakukannya semuanya berjalan hanya dua jam karena kehebatannya. Dia dijuluki sebagai tangan kanan Tuhan karena keajaiban bagi setiap pasien yang menjadi konsultan nya. Usaha tidak akan mengecewakan hasil, tentu saja usaha Fiona yang dulu tidaklah main-main.

Mungkin salah satu alasan mengapa Fiona sangat mencolok di hadapan orang-orang bukan hanya parasnya yang sangat cantik, tapi juga kualitas yang ada dalam dirinya sampai siapapun bisa saja memberikan semuanya pada Fiona

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience