32 My first time

Romance Series 9660

Fiona merasakan sentuhan hangat tangan seseorang mengelus kepalanya dengan lembut. Kali ini membuka mata saja dia sudah tidak sanggup, apalagi menggerakkan tubuhnya yang terasa ngilu di setiap sendinya.

Miss v nya juga terasa perih seperti ada robekan sampai terasa sakitnya. Fiona masih menutup matanya, sangat kelelahan akibat aktivitas berlebihan di malam mereka.

Seorang lelaki yang bersandar di sudut kasur menjaga wanitanya beristirahat dengan tenang dan nyaman, hingga sebuah kebisingan datang saat kedua pria menghampirinya

"Bukankah ini terlalu berlebihan master?"

Ujar seorang lelaki melihat tubuh mungil itu terbungkus dengan selimut dan sebuah kompres hangat berada di kepalanya.

"Sepertinya obat perangsang itu sudah berpindah padamu" ledek seorang lelaki dengan perawakan tinggi setara dengan Hendry.

"Wanita yang malang, monster sepertimu harus nya mencari lawan yang setara, bukan kelinci kecil tidak berdaya seperti ini"

"Sudah cukup! Aku membawamu ke sini hanya untuk mengecek kondisi nya" dengan santainya Jordan memainkan anak rambutnya yang berwarna pirang emas itu lalu mengecupnya

"pelan kan suara kalian, aku tidak ingin dia terbangun" peringat Jordan dengan hati-hati, matanya tidak berhenti menatapnya dengan sentuhan lembut

"Yah, sebagai seorang dokter aku hanya ingin berpesan untuk saat ini biarkan dia beristirahat total" saat ini dia hanya melihat kondisi Fiona tanpa harus menyentuhnya, sudah pasti lelaki buas ini tidak akan membiarkan miliknya telanjang bulat hanya terbungkus selimut dilihat oleh lelaki lain

"seperti bagian bawahnya juga sedikit lecet karena birahi seorang bintang buas yang memaksa masuk" tebakan itu membuat Jordan berdehem sambil menghindari kontak mata.

Kali ini kata-kata normal tidak akan bekerja di telinga seorang malaikat maut, akan lebih baik jika kalimat itu sesuai dengan julukan yang dia miliki, hewan buas.

"Dan pesan untukmu tuan birahi yang sedang dalam masa kawin. Tubuhnya tidak sekuat otot mu, dia akan mati kalau kamu tidak bisa mengontrol birahimu itu"

Kening Jordan berkerut lalu menghela nafas panjang dengan kelegaan yang membuat nya sedikit kesal mendapatkan komentar dari temannya.

"Apa sudah selesai? Apakah masih ada ocehan yang masih belum tersampaikan?"

"Master, nona Fiona sudah di pindah tugaskan untuk pasien VVIP di rumah sakit"

Jordan mengangguk paham. Seringai seseorang terpampang jelas di mata dua lelaki yang menatapnya

"Aku pasti akan sering bertemu dengan wanitamu, master" ucapnya sebelum pergi meninggalkan kamar itu bersama dengan Hendry

"Lain kali, pastikan pelumas nya cukup sebelum benda itu masuk. Setidaknya itu demi kebaikan dokter Fiona agar tidak meninggalkan mu"

Setelah mendengar suara para lelaki itu menghilang, Fiona membuka matanya dengan malas.

"Istirahat lagi, kamu pasti kelelahan" tutur seorang lelaki tampan dengan senyuman hangat tanpa dosa mengelus kepala nya.

Fiona menatapnya kesal, tatapan itu pertanda kalau semua ini adalah ulahmu! Mereka melakukan nya sampai fajar, sudah pasti yang sangat kelelahan adalah wanita mungil yang berada dalam selimut nya.

Jordan terkekeh, "iya, iya. Aku tahu maksud mu" ucapnya

Tubuh kekar itu tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, melainkan wajah cerah yang semakin membuatnya sangat tampan pagi ini.

"Air" lirih Fiona dengan suara seraknya.

Jordan mengangkat tubuh itu ke atas pangkuannya bersama dengan selimut, Fiona mengalami demam akibat tubuh yang tidak sanggup menerima tekanan itu sepanjang malam.

Dia meneguk air itu lalu menempelkan bibirnya ke mulut Fiona dan memberikannya dengan lembut. Fiona tidak bisa menolak, dia sudah tidak punya tenaga meladeni lelaki yang seenaknya sendiri.

"Lagi?"

Fiona mengangguk, dia meminum air melalui mulut seorang pria berkali-kali. Dengan lembut Jordan menyeka bibir basah itu seolah ibu jarinya adalah tisu.

"Aku memindahkan mu ke VVIP" ujarnya membuat Fiona lagi-lagi menatapnya tajam.

Pukulan yang tidak terasa itu hanya membuatnya geli dan terkekeh. Fiona tidak bicara tapi tatapan matanya mampu menjawab semua kalimat Jordan.

"Aku hanya tidak ingin membuatmu kelelahan. Karena seperti nya kamu akan bangun dengan kondisi seperti ini setiap hari"

Kalimat itu membuat pipi Fiona merona, dia menghindari tatapan mata Jordan menenggelamkan tubuhnya di dada bidang itu dengan nyaman.

Kali ini dia benar-benar malu di pangkuan nya.

Rangkulan sekaligus pelukan hangat yang dia dapatkan terasa sangat nyaman. Fiona pun sudah terbiasa mendapatkan perlakuan hangat seperti ini.

"Apa masih sakit?" Tanya Jordan menatap mata hazel itu dengan dalam.

Fiona mengangguk malu, tangan kekar itu menariknya perlahan ke dadanya. "Salepnya sudah disiapkan. Istirahat lah"

Jordan membiarkan tubuh mungil itu duduk lebih lama di pangkuan nya. Dia bahkan mengelus punggung itu dengan sentuhan-sentuhan lembut yang membuat Fiona terlelap dalam dekapannya.

"Bagaimana dengan ayahku?"

Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Fiona tersadar dari tidurnya. Kening Jordan berkerut, di situasi seperti ini Fiona masih mencemaskan keluarga nya. Entah mantra apa yang membuat Fiona sama sekali sangat bergantung pada keluarganya

"aku sudah mengurus nya"

Kalimat itu membuat dirinya kembali tenang, "terimakasih" lirih Fiona sebelum kembali melanjutkan tidur nya.

Matahari hampir terbenam di sebelah barat, Fiona masih terbaring nyaman di atas kasur. Baru kali ini dia merasa tidur nya sangat lama, wanita yang hanya menghabiskan waktu istirahat malam hanya lima jam, sungguh dia sangat menikmati waktu nya.

Terasa tangan kekar melingkari pinggangnya dengan nyaman, seorang lelaki berada di belakangnya. Fiona tahu jemari itu, dia tidak memindahkan nya, malah membiarkan.

Dia berbalik dengan pelan tanpa menggangu seseorang yang sedang tidur. Menatapnya dalam diam, lalu menikmati pemandangan indah di hadapannya

Tubuhnya masih terasa sangat segar, pakaiannya juga sudah berganti dengan piyama yang terbuat dari kain sutra yang sangat lembut dan nyaman.

Rambutnya masih terasa lembab "apa dia yang memandikan ku?"

Mengingat malam mereka yang panas, Fiona membuka piyama itu sedikit terkejut dengan kulitnya dipenuhi oleh tanda merah yang banyak.

Apalagi di bagian putingnya yang sedikit membengkak, terdapat bekas gigitan di mana-mana. Dia hanya menghela nafasnya lalu kembali menutup nya.

Menatap lelaki di hadapannya dengan kesal, sepertinya dia mendapatkan banyak keuntungan tadi malam. Tapi, dia tidak menyesal justru merasa lega karena malam pertamanya dengan lelaki ini, meskipun dia tidak mengingat kejadian semalam dengan jelas.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Mata biru itu ternyata menatapnya yang sedang melamun dengan pipi merona.

Fiona menggeleng, dia memasukkan dirinya ke selimut.

Jordan menarik selimut menggembung yang di dalamnya ada Fiona, memeluknya erat sampai membuat orang di dalamnya kesulitan bernapas.

"Apa masih sakit?"

Tanyanya saat kepala mungil itu keluar dari selimut. Fiona menggeleng, tatapan mata itu terlihat baik-baik saja.

"Aku harus pulang" lirih Fiona dengan pelan.

Jordan berdecak kesal, dia memutar matanya malas, lalu menghela nafasnya dengan jenuh.

"Bagaimana kondisi tuan Wilson? Kamu... tidak membunuhnya kan?" Tanya Fiona sedikit takut mendengar jawaban nya.

"Kamu mencemaskan nya?"

"Tidak! Hanya saja..."

Cup

"Mulai detik ini, setiap nama lelaki yang keluar dari bibirmu akan mati"

Kecupan singkat itu pertanda dia sangat malas mendengar cerita apapun di luar tentang mereka berdua.

"Apalagi..." Bibir itu berbisik mendekat telinga Fiona

"Saat kita berdua sedang menyatu seperti ini" ucapnya.

Jordan akan di cap sebagai binatang buas yang sedang birahi jikalau dia mengikuti instingnya saat ini, melihat kelinci kecil dalam selimut nya sudah pasti tubuhnya akan bereaksi.

Tapi kini ada hal penting yang harus dia lakukan. Seorang pelayan masuk membawa makanan berat juga beberapa buah manis yang segar di atas nampan.

Pelayan itu tahu apa yang harus dia lakukan setelah menaruh nampan makanan di meja, dia segera keluar dari kamarnya.

"Malam ini kamu harus makan banyak" ucap Jordan turun dari kasur mengambil makanannya.

Memberikan Fiona susu, lalu memberikan beberapa potong buah ke dalam mulutnya.

"Aku sudah kenyang" tolak Fiona ketika mendapatkan suapan nasi ke lima. Dia sudah menghabiskan anggur juga buah naga, tapi Jordan memaksa untuk melanjutkan makanan berat.

Entah Fiona yang terbiasa makan sedikit, atau memang perutnya sudah tidak mampu menampung nya lagi. Tubuhnya yang kurus itu sangat memprihatikan, tidak ada manusia yang menolak makanan enak apalagi menahan rasa lapar padahal begitu banyak pilihan makanan.

"Setidaknya habiskan dagingnya" ucap Jordan kembali menyuapi dengan paksa.

"Aku tidak sanggup lagi" jawab Fiona mendorong sendok nya

"Kalau begitu, sekali teguk" tawar Jordan melihat sisa susu di gelas Fiona.

Dia mengangguk lalu meneguk nya dengan cepat. Kembali menarik Fiona masuk ke dalam pelukannya yang hangat, tidak lupa mengecupnya singkat dengan senyuman manis dari keduanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience