44 Elizabeth Mathilde

Romance Series 9660

"Jordan. Apa kamu tidak ingin memperkenalkannya padaku?" Ucap wanita tua itu dengan santai.

"Dia wanitaku" singkatnya

"Apa dia bisa bertahan denganmu?" Ucapnya dengan santai sembari melirik kearah Fiona dalam rangkulannya

"Kamu seorang dokter kan?" Tebak nya dengan benar.

"Saya Fiona Anastasya, dokter bedah umum di rumah sakit Medical Center" ucap Fiona memperkenalkan dirinya

Sudah sangat jelas kalau wanita tua itu tertarik dengan Fiona. Melihat rambut pirang emas nya yang terurai panjang juga tatapan mata hijau yang sangat terang membuat wanita tua itu selalu memerhatikan nya dengan pandangan menganalisa

"Panggil saja nyonya Elizabeth Mathilde" ucap wanita tua itu menyebutkan namanya. Sontak Jordan dan Hendry langsung bertatapan. Baru kali ini wanita tua itu tertarik pada wanita yang berada di dekat Jordan.

Sudah pasti keduanya dilanda ketegangan, meskipun rambutnya sudah berwarna putih tapi nyonya yang lebih layak di panggil nenek itu sangatlah cerdas dan tidak mudah di tebak. Dia masih memiliki banyak kekuatan di belakang nya. Bahkan Jordan sendiri tidak mampu menguak misteri latar belakang keluarganya, satu-satunya yang dia ketahui bahwa Elizabeth Mathilde adalah seorang keturunan bangsawan.

"Ada urusan apa yang membuat nyonya Elizabeth datang pagi ini?" Tanya Jordan tidak ingin Fiona mendapatkan masalah

"Tidak ada, aku datang hanya untuk menyapamu. Tidak menyangka bertemu dengan wanita yang kamu rawat beberapa bulan lalu. Ternyata dia sangat berharga sampai membuatmu cemas seperti ini" ucapnya dengan sedikit tempramen yang kuat. Tapi masih dengan duduk tenangnya di single sofa kebesaran.

"Jangan bertele-tele. Langsung saja ke intinya" ucap Jordan dengan datar. Pelukannya semakin erat di pinggang Fiona

"Ada sedikit kekacauan, bereskan secepatnya" ucap Elizabeth mode serius menatap Jordan.

"Malam ini aku akan membereskan nya" jawab Jordan dengan dingin.

"Sepertinya tidak ada lagi yang perlu di bahas. Hendry" perintah Jordan langsung dilaksanakan.

"Eh!" Fiona langsung di gendong ala bridal style, memeluk leher Jordan agar tetap seimbang. Fiona menoleh melirik wanita tua yang dari tadi menatapnya dengan senyuman, dia mendapatkan lambaian tangan selamat tinggal dari wanita tua itu bersama dengan senyumannya, lagi.

Tepat saat keduanya kembali ke dalam kamar Fiona diturunkan dengan hati-hati di atas kasur "sepertinya dia orang yang baik" ujar Fiona membuat lelaki di hadapannya terdiam sejenak.

"Buang jauh-jauh pemikiran mu itu, dia tidak se hangat yang kamu pikirkan" jawab Jordan dengan serius

Tidaklah mungkin Jordan menjelaskan kalau wanita tua itu adalah satu-satunya wanita yang paling di takuti para mafia maupun dunia bawah yang sangat kejam dan gelap.

"Dengarkan baik-baik Ana. Seseorang yang ramah itu bukan berarti dia adalah orang yang baik hatinya, bisa jadi dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang sedang mengincar mu. Jadi jangan terlalu percaya pada mereka"

Kening Fiona berkerut, ucapan Jordan saat ini sangat sama dengan karakter nya. Lebih tepatnya lelaki di hadapannya adalah orang yang ramah dan hangat.

"Berarti selama ini kamu mengincar ku?" ucapnya penuh selidik menatap Jordan

"Em, tapi aku tidak ingin membunuh mu. Aku ingin menjaga mu dari mereka. Layaknya seorang lelaki yang rela mengorbankan nyawa demi hidup seseorang yang berharga. Jadi kamu harus percaya padaku"

Pagi ini Jordan mampu menggunakan banyak kalimat demi keamanan Fiona. Sebenarnya Elizabeth Mathilde bukanlah wanita yang sibuk dengan urusan asmara seorang Jordan tapi jikalau hal itu akan mempengaruhi dunia bawah mereka sudah pasti dia akan turut andil.

Apalagi jikalau dia tahu kalau ayah Fiona adalah komplotan dari orang-orang yang merebut kekuasaan keluarga Alexander, sudah pasti Fiona akan berada dalam bahaya.

"Sepertinya malam ini aku akan pulang terlambat" keluh Jordan dengan santai. Sembari memakai jubah mandinya, Fiona kembali di angkat dengan ringan dalam dekapannya.

"Apa kamu akan lembur?"

"Sepertinya begitu. Jadi, mari kita merehatkan diri pagi ini" ucapnya dengan senyuman hangatnya

"Mandi bersama?" Tanya Fiona. Dia masih berada dalam gendongan Jordan berdiri tepat di bak mandi besar yang sudah berisi air dan busa melimpah, aromatik yang keluar dari air hangatnya sangat wangi dan menenangkan.

"Tidak mau?" Tanya Jordan menantikan jawaban.

"Aku... sepertinya sudah mandi" jawabnya dengan gugup.

Jordan terkekeh, memang Fiona sudah mandi karena dimandikan sendiri oleh dirinya. Tapi di sisi lain dia hanya ingin mengetes wanita cantik yang sangat wangi pagi ini.

"Kalau begitu, mandikan saja aku" ucap Jordan segera menarik kursi dengan kakinya dan menaruh Fiona di kursi itu tepat di hadapan bathtub

Sret

Fiona langsung memalingkan wajahnya, jubah yang sudah terlepas dari tubuh pria kekar yang kini begitu transparan tanpa sehelai benangpun. Tidak ada rasa malu menunjukkan tubuhnya yang kekar justru dia sangat ingin menunjukkannya pada wanita mungil yang sudah memerah pipinya

Bak mandi yang terbilang besar untuk ukuran dua orang. Segera Jordan masuk ke dalamnya lalu bersandar dengan santai sembari menatap Fiona di hadapan nya.

Menyugar rambut yang sudah basah karena air, Jordan terlihat sangat tampan berkali lipat dengan tatapan mata yang tidak luput dari perhatian Fiona.

"Yakin tidak ingin masuk?" Tawarnya lagi saat Fiona sudah salah tingkah melihat tubuh Jordan yang terekspos dengan jelas

Anggukan kepala begitu cepat, tapi Jordan tidak menyerah.

"Malam ini jangan menungguku pulang. Langsung tidur dan habiskan makananmu"

"Lalu apa yang aku lakukan di sini?"

"Apa kamu tidak tertarik dengan tubuhku?"

"Jam berapa kamu akan pergi?"

"Jangan mengalihkan topik Ana"

Fiona sangat mudah di tebak jikalau sudah malu. Dari tadi matanya begitu sibuk mengalihkan pandangan dari seorang pria yang sangat dekat jaraknya.

"Kalau begitu, boleh aku meminjam tangan ini" ucap Jordan berpindah tempat tepat di hadapan Fiona, meraih tangan kecil itu dengan hati-hati dan menaruhnya di punggung nya.

Meskipun bak mandinya sudah dipenuhi busa, dia mengambil sabun mengoleskannya ke dada, punggung dan memberikan sedikit pijatan.

"Ah!"

Fiona terkejut, kakinya ditarik masuk ke dalam bak mandi, dia hampir terjatuh dari kursi tapi Jordan mampu menahannya hingga akhirnya dia duduk di bak mandi dengan kondisi kaki yang berada didalam air.

Jordan menikmati tangan Fiona menyentuh dan membelai tubuhnya. Dia bahkan menyandarkan kepalanya di paha Fiona. Menatapnya dengan pandangan kagum, rambut Fiona yang menggangu wajah nya langsung dibereskan oleh tangan Jordan.

"Cium aku" ucapnya

Saat ini keduanya sedang berhadapan tapi Fiona berada di atasnya.

Entah mengapa Fiona tersenyum, tangan yang licin menyentuh rahang tegasnya. Mengecup bibir Jordan sekilas. Posisi ini sedikit berbeda dari biasanya.

Berciuman dari arah yang berlawanan sedikit membuat Fiona kesulitan karena semakin menundukkan wajahnya.

"Bolehkah?" Tanya Jordan merasakan sensasi hangat memenuhi dirinya

"Kamu harus berangkat kerja" ucapnya melarang.

"30 menit saja"

"Tapi-"

"Tidak ada penolakan Ana"

Ucap Jordan menarik Fiona masuk ke bak mandi. Tubuh yang sudah berada di dalam pelukannya merasakan benda itu menegang keras di bawahnya.

Deru nafas itu terasa berat, selalu saja seperti kelinci kecil yang berada dalam kandang harimau. Gugup dan takut adalah hal pertama yang Fiona tunjukkan saat situasi memanas.

Cup

Menghirup dengan buas seolah-olah ada oksigen di dada Fiona, lingerie basah berantakan tidak lagi penting. Jordan memeluknya erat-erat sembari mengecupnya lama.

Tangan Jordan langsung masuk mengeluarkan buah dada segar yang membusung indah berwarna pink. Menjilati sekelilingnya, lalu menghisapnya dengan lahap.

"Tenang saja, 30 menit tidak akan cukup jika aku memasukkan nya. Jadi biar aku yang membereskan nya"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience