37 Baikan?

Romance Series 7177

Stefany Gregor adalah satu-satunya wanita tercantik di rumah sakit. Begitu banyaknya lelaki menyukainya tapi tidak ada yang terlintas di benaknya. Ya, baginya lelaki hanyalah sebuah mainan, jikalau bosan dia bisa mencari mainan lain. Dia dikenal sebagai wanita penggoda tapi memiliki karisma wanita bangsawan sesuai dengan keturunannya.

Di usianya yang masih mudah dia sudah memimpin RS Medical Center bagian VVIP. Koneksi juga latar belakang keluarganya adalah jawaban dari pekerjaan nya saat ini. Meskipun Hardin Ederson hanya sebatas rekan kerja kepemimpinan Stefany tapi dia cukup di segani oleh para tetua rumah sakit.

Dan kali ini sasaran empuk nya adalah Jordan Alexander Smith, lelaki tampan yang menarik perhatian nya. Tapi kali ini dia memilih lawan yang kuat, Jordan adalah lelaki yang sangat sulit untuk di dekati meskipun dia terlihat respect pada lawan bicaranya, sudah berapa kali mereka bertemu, baik itu di rumah sakit maupun di kediaman Stefany karena Jordan butuh hubungan demi menjaga hubungan kerjasama yang baik.

Biasanya para lelaki akan luluh dengan sekali rayuan ataupun tatapan matanya mampu menghipnotis, tapi tidak bekerja bagi Jordan. Sekalipun tubuhnya yang indah sempurna di hadapannya tapi tetap saja tiada reaksi ataupun kekaguman dari tatapan Jordan.

Meskipun Jordan baru saja di kenali oleh media massa, tapi begitu banyak gosip menyebar yang mengatakan kalau keduanya memiliki hubungan yang dekat, apalagi beberapa foto yang menunjukkan kalau Stefany sering mengunjungi kantor Jordan dan beberapa kali mereka ditemukan sedang berkomunikasi dengan santai. Hingga akhirnya Stefany semakin terkenal di lingkungan rumah sakit, bahkan para suster yang sering melayangkan kalimat manis seperti nyonya pemilik Medical Center Company.

Begitu mengetahui kalau Fiona kenal dengan Jordan apalagi dia juga bekerja di ruangan yang sama semakin membuat Stefany penasaran akan dirinya.

Tepat saat Fiona akan keluar dari gedung VVIP, ada sebuah buket bunga yang sangat besar bersama dengan sebuah bekal sarapan untuknya.

Terlihat lelaki kaku dengan seragam hitam datang menghampiri nya.

"Dokter Fiona Anastasya?" Tanya seorang lelaki yang membawa pesanan.

"Ada apa?"

"Dari Tuan Alexander" ucapnya bergegas pergi.

Fiona membaca sticky note yang berada di buket.

Habiskan makananmu, aku akan memeriksa nya saat pulang.

Pemandangan indah itu disaksikan langsung oleh kedua dokter yang memerhatikan dari ruangan. Satunya tersenyum karena tahu dari mana paket itu berasal, satunya lagi sedang menerka siapa yang mengirimkan buket bunga yang sangat indah itu.

Reaksi Fiona menerima buket terlihat sangat terbebani, apalagi begitu banyak pasang mata yang memerhatikan nya saat dia menuju ke gedung ICU.

Setidaknya Fiona tidak diserbu pertanyaan oleh para dokter dan suster hingga dia bisa masuk ke ruangan nya dengan cepat.

Ketika Fiona membuka bekalnya, tercium aroma daging steak sapi dan mashed potato yang sangat lembut seperti bubur. Dua kotaknya lagi berisi sayuran rebus seperti brokoli, wortel, jagung dan beberapa buah segar yang sudah terpotong rapih.

Fiona tersenyum, bagaimana bisa seorang lelaki begitu telaten mengurusi dirinya. Makanan sehat sempurna sungguh dia dapatkan setiap hari. Membayangkan pola makan nya saat bersama Jordan dan saat di rumah nya terlihat sangat amat berbeda.

Bersama dengan Jordan dia tidak takut menyantap apa saja tanpa harus waspada pada makanan nya tapi saat di rumah menelan air mineral saja sudah mampu membuatnya penuh pertimbangan untuk mengonsumsinya.

Kali ini tersirat dalam pikirannya seorang lelaki yang mengurusi dirinya dengan tulus dan penuh cinta, yaitu Pandu. Tidak mungkin dia melupakan masa-masa dirinya terpuruk hingga Pandu datang menerangi kegelapan hidupnya. Kali ini hidupnya sudah terombang ambing terseret arus yang mengikuti takdir.

Tiba-tiba seseorang yang sedang dia pikirkan masuk ke ruangan nya dengan tenang. Fiona menghentikan makan nya ketika Pandu tersenyum ke arahnya.

Melihat buket bunga di sudut mejanya membuat hatinya sedikit kesal. "Dari siapa?" Tanya Pandu dengan tenang.

"Teman lama" jawab Fiona santai.

"Oh, bunga nya cantik" puji Pandu tidak ingin menghancurkan suasana.

"Ada yang bisa di bantu?" Tanya Fiona terlihat ketus tidak ingin menatap lelaki di depannya

"Aku ingin kamu melihat berkas ini" ucap Pandu memberikan sebuah map kertas berisikan sebuah hasil pemeriksaan medis.

"Ini..."

"Ya, berkas itu berisi hasil DNA janin Natalia"

Fiona membaca dengan fokus setiap kalimat juga hasil nya. Dia terkejut ketika mengetahui kalau janin yang berada dalam perut Natalia bukanlah milik Pandu melainkan orang lain.

"Jadi ini alasan kamu selalu ingin mengajakku bertemu?"

"Ya, aku ingin membuktikan kalau sebenarnya aku dijebak oleh Natalia. Dan anak yang berada di kandungan Natalia bukanlah anakku"

Fiona termenung, selama ini selalu saja dia menghindar bahkan tidak segan menatap lelakinya dengan penuh amarah dan kebencian. Lelaki yang selalu mengejarnya untuk memberikan penjelasan tapi dia sendiri pergi begitu saja dan tidak mau mendengarkan penjelasan apapun.

"Selama ini aku ingin mencari kebenaran nya Ana. Aku tahu saat ini kamu sangat kesulitan. Bahkan aku mencari mu saat tahu kalau Natalia pergi membawa mu jauh tanpa jejak"

Rasa bersalah, kini Fiona sedikit tahu keberadaannya. Pandu berusaha untuk membuktikan dirinya tidak bersalah tapi kebenaran ini tidak berarti lagi bagi keduanya.

Apalagi saat ini Natalia sedang mengandung, sudah pasti Pandu tidak ingin melukai ataupun menambah beban pikiran demi keselamatan sang bayi. Meskipun bukan anaknya tapi Pandu adalah lelaki baik hati. Bulir-bulir air mata mengalir deras, sudah sangat lama perseteruan ini terjadi.

"Maafkan aku Pandu. Maafkan aku tidak mendengarkan penjelasan mu saat itu"

"Aku yang bersalah. Maaf karena aku tidak bisa memahami perasaan mu"

"bagaimana dengan adikku? Apakah kamu sudah menemukan lelaki yang menghamilinya?"

"Saat ini aku masih menyelidiki nya. Natalia memiliki banyak lelaki yang mendekatinya. Demi menjaga martabat keluarga mu, aku tidak ingin menginterogasi mereka satu persatu. Untuk itu aku perlu waktu untuk mencarinya"

"Semua sudah selesai. Jangan menangis lagi" lirih Pandu menyeka air matanya dengan lembut.

Fiona mengangguk, sekalipun hubungan mereka sudah membaik tapi kisah mereka tidak lagi sama. Banyak rahasia yang harus Fiona jaga, termasuk perasaan nya saat ini.

Saat ini lelaki yang paling dia cintai tepat berada di hadapannya tapi begitu sulit untuk meraihnya. Sedangkan hidup dan matinya sudah bukan lagi miliknya seorang.

"Sore ini aku akan mengantarmu" ajak Pandu dengan bahagia

"Maaf, ada hal mendesak yang harus aku selesaikan sore ini"

"Apa kamu masih bertemu dengan lelaki itu?"

Prasangka Pandu tidak bisa di tolaknya. "Kamu tahu kan kalau dia pemilik rumah sakit ini?"

"Tentu saja"

"Sepertinya dia bukan lelaki yang baik Ana"

"Aku tahu"

"Hubungi aku kalau dia mendekatimu"

"Em. Aku akan memberitahumu"

Cukup dia. Tidak perlu ada yang tahu tentang kontrak itu. Setidaknya dia tidak ingin melukai lelaki yang dia cintai untuk yang kedua kalinya.

Tepat saat Fiona sedang bersandar di kasur sembari membaca buku sendirinya. Ruang baca itu kini menjadi spot kegemarannya saat berada di kediaman Alexander.

Jadi akan lebih mudah menemukan Fiona jika tidak berada di kamarnya. Kali ini dirinya sedang menunggu kepulangan seseorang yang sangat sibuk. Malam yang hangat menunjukkan waktu pukul sembilan malam tapi tidak ada tanda-tanda Jordan akan kembali lebih cepat.

Mungkin karena tugasnya yang semakin banyak sudah pasti dalam benak Fiona dia bisa merasa ringan karena tidak melayani Jordan dengan alasan kesibukannya.

Meskipun dalam benaknya berkecamuk pikiran pikiran menunggu kedatangan, dia masih bisa fokus menghabiskan beberapa halaman buku lagi di saat terakhir.

Tep

Tangan kekarnya mampu menutupi hampir semua buku di hadapannya. Fiona menoleh, melihat Jordan dengan penampilan dengan wangi yang sangat maskulin. Rambut hitam yang lembab sedikit berantakan, merasakan sentuhan tangan yang dingin menyeka wajahnya seketika.

Sedikit terkejut merasakan jemari itu, Fiona tidak lagi menghiraukan buku yang berada di pangkuannya. "Kamu seperti porselen yang sangat rapuh" ucapnya penuh perhatian pada lingerie hitam beserta jubahnya. Menampakkan bahu yang mulus sangat bening dan sehat.

Seharian mereka tidak bertemu, Fiona hanya dijemput oleh Hendry atas perintah dari atasan nya.

"Bagaimana kabarmu hari ini?"

"Tidak terkontrol dan sangat tersiksa" bisiknya di telinga Fiona.

"Aku bertemu dengan temanmu" ucapnya

"Teman?"

"Hardin Ederson, lelaki yang pernah aku dengar sedang memarahi mu pagi itu" ucapnya.

Dengan santai Jordan merespon"Oh, rupanya kamu mendengar ocehannya juga"

Tak

Dengan cepat tangan Fiona mendarat tepat di atas tangan Jordan saat hendak melepaskan tali lingerie yang berada di pundaknya.

"Kamu...pasti lelah" tahan Fiona. Semua aktifitas ini sama halnya mengkhianati hubungan nya dengan Pandu.

Sakit. Tapi sungguh ini adalah tugas sekaligus luka bagi dirinya. Meskipun dia mendapatkan perlakuan yang hangat, tetap saja dia tidaklah tergantikan

Apalagi sikap Fiona saat ini begitu jelas mencoba menghindar darinya. Sedikit kecewa tapi saat ini sebenarnya Jordan sedang berada di situasi yang semakin buruk.

"Jordan"

"Hm?"

"Maaf. Aku..."

"Tidak untuk malam ini Ana"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience