Fiona kembali ke kediaman Alexander, biasanya dia akan makan malam bersama dengan Jordan tapi kali ini dia hanya ditemani oleh Hendry. Sepertinya memang ada urusan penting di dunia bawah sampai saat ini tidak ada tanda-tanda suara mobil Jordan.
"Hendry"
"Iya Nona, apa makanan nya tidak enak?" Tanya Hendry karena wanita cantik itu hanya melamun sembari menatap piringnya yang masih tersisa makanan.
"Apa kamu akan membantu ku?"
"Maksud nona?"
"Kalau aku menginginkan sesuatu, apa kamu akan mengabulkannya?"
"Saya akan berusaha untuk membantu nona"
"Kalau begitu, beri tahu aku tentang dunia bawah dan ada hubungan Jordan dari nyonya Elizabeth?"
"Saya akan menjawabnya, tapi dengan satu syarat"
Fiona menatapnya dengan pandangan penuh kerelaan.
"Nona harus mengabulkan satu permintaan saya"
"Permintaan seperti apa?"
"Untuk saat ini saya belum mempunyai permintaan kepada Nona. Anggap saja di saat saya menginginkan permintaan itu, saya akan mengatakannya langsung"
"Baiklah"
"Dunia bawah adalah tempat yang tidak bisa di masuki oleh orang biasa. Dunia gelap di dalamnya terdapat orang-orang kejam, bengis, dan pembunuh yang tidak pandang bulu. Di sana mereka dengan mudah mendapatkan barang ilegal bahkan penyeludupan yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Dunia bawah adalah tempat para petinggi, pejabat bahkan orang tertinggi negara datang untuk meminta bantuan agar mereka tetap memiliki jabatan, kekuatan di dunia politik"
Fiona langsung mencemaskan keadaan Jordan, apakah dia meminta bantuan dunia bawah demi membalaskan dendam keluarga nya?
"Lalu Jordan?"
"Tantu saja dunia bawah dipenuhi kekacauan bahkan tingkat kriminal tertinggi yang tidak bisa di tembus oleh hukum. Jadi untuk menormalisasi setiap kejahatan sudah pasti harus ada kekuatan yang mampu membendungnya. Dunia bawah memiliki hukum rimba, di mana yang terkuat akan memimpin. Nyonya Elizabeth Mathilde adalah ketua dari dunia bawah. Tapi melihat kondisinya saat ini hanya master yang mampu memimpin sampai saat ini" jawab Hendry
"Master?"
"Ya, dia adalah tuan Alexander Smith"
"Apakah dia sekuat itu sampai kalian menyebut master?"
"Tuan sering di sebut sebagai malaikat maut, atau binatang buas oleh orang-orang yang pernah bertarung melawan nya. Mati atau tersiksa"
"Luka-luka itu? Apakah dia mendapatkan nya saat melawan mereka semua?"
"Tuan ditemukan oleh nyonya Elizabeth di sebuah hutan belantara dengan kondisi penuh luka dan tatapan nya seperti hewan buas. Pada saat pengobatan tidak ada rasa sakit yang tuan tunjukkan melainkan dia sama sekali tidak perduli dengan luka-lukanya. Dia menggigit bahkan melukai dokter yang mengobatinya hingga akhirnya luka-luka itu sembuh dengan sendirinya. Tidak ada yang berani mendekat ataupun berinteraksi dengannya"
Mendengar hal itu, Fiona meneteskan air mata, betapa menyedihkannya lelaki yang tidak pernah menunjukkan kelemahan ataupun rasa sakit.
"Setelah berhari-hari tuan menunjukkan kondisi di mana dia manusia tapi berperilaku seperti hewan buas. Hingga akhirnya mereka menemukan kalau setiap harinya tuan selalu di suntikkan cairan sejenis narkotika dengan dosis tinggi. Lebih tepatnya tuan dijadikan sebagai bahan penelitian gila oleh paman nya sampai tuan kecanduan bahkan jika tuan tidak mengonsumsi cairan itu, dia akan kembali seperti hewan yang menyakiti bahkan membunuh siapapun yang berada dalam penglihatannya sampai saat ini. Namun hal yang paling menakjubkan adalah pengetahuannya, semua profesor yang pernah mengajarinya mengakui kalau dia adalah manusia jenius yang mempu menguasai segala hal dengan sekali melihat dan daya ingat yang sangat kuat dan mendetail"
Fiona sampai menutup mulutnya menahan tangis. Jantung nya terasa sakit sampai membuatnya sulit bernafas.
Tapi Hendry masih terus melanjutkan ceritanya sampai Fiona mengatakan cukup
"Alasan tuan selalu mengonsumsi cerutu dan alkohol dengan dosis tinggi adalah menetralisir tubuhnya agar tetap normal seperti manusia. Dan akhir-akhir ini tuan sepertinya tidak mampu mengontrol dirinya"
"Pasti ada obat yang bisa menyembuhkannya" ucap Fiona dengan yakin
"Bahkan sampai saat ini, pusat penelitian Medical Center belum bisa menemukan penawar nya. Tuan tidak pernah kalah dari siapapun, perasaan buas dalam dirinya hanya bisa dia salurkan lewat pertarungan lawannya"
Seketika tubuh Fiona tersumpu di lantai, tubuhnya lemas dan gemetar. Selama ini dia hampir melenyapkan nyawa seseorang. Dia telah menyiksa Jordan
"Tenang saja nona, setidaknya tuan bisa meluapkan nafsu nya saat dia berada di dunia bawah dan dia bisa merasa tenang saat bersama nona"
"Jadi, permintaan saya pada nona. Tolong tetap bersama tuan Alexander, di sisinya"
Tepat pukul Tengah malam Jordan tiba di kediaman nya, tubuh yang dipenuhi oleh darah juga bau amis yang mencekam semakin sesak menyusuri setiap ruang yang dia lewati, pelupuk mata yang sipit, kening berkerut pertanda kalau mood nya sedang tidak baik-baik saja.
Para pelayan yang sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing, menyadari kehadiran seseorang yang sangat mereka takuti, belum lagi hawa pembunuh jelas seperti nyawa mereka akan segera melayang jikalau berpapasan dengan malaikat maut. Begitu kira nya dalam benak mereka.
Sudah pasti mereka langsung bersembunyi sebisa mungkin untuk tidak berpapasan dengan lelaki yang dibalut dengan pakaian hitam dari kaki sampai kepala. Lantai dipenuhi oleh titik-titik noda darah yang mengikuti setiap langkah Jordan dalam keheningan.
Sruk, Jordan melepaskan jaket hitamnya sebelum masuk ke dalam kamar, tersisa kaus hitam pendek dan celana panjang yang menyelimuti tubuh nya. Dengan sigap para pelayan tahu tugas mereka dan apa saja yang harus mereka lakukan
Klek
Pintu utama kamar terbuka, dengan langkah kaki yang sama sekali tidak menimbulkan bunyi dia mendekati sudut kasur yang terdapat seorang wanita cantik tertidur pulas dengan lingerie seksi berwarna putih, selimut berwarna sama yang sangat elegan dan mewah sudah menutupi setengah tubuhnya yang sangat indah.
Seketika wajah yang sangat menakutkan itu hilang ditelan bumi, bibir yang mengembang lebar itu tersenyum menatap kelinci kecil yang tertidur sangat pulas.
Mata itu tidak bisa bohong, jelas kalau dia sudah menaruh hati yang dalam padanya. Terbesit di benak nya ingin menyentuh pipi yang lembut bagaikan kapas, tapi tangan yang bersimbah darah itu tersadar lalu menghilangkan tekad untuk menyentuhnya.
"Aku sudah kehilangan akal" seringainya dengan senyuman yang tidak bisa dijelaskan
Segera menuju ke kamar mandi membersihkan diri, sebelum iblis dalam dirinya menguasai birahi yang selalu meminta lebih dan menerkam mangsanya dengan liar.
Bau amis yang mengelilingi dirinya perlahan memudar dengan guyuran air yang mengalir. Sebisa mungkin menghilangkan darah agar tidak ada yang menyadarinya, terutama setelah seseorang yang selalu menemani nya setiap malam.
Setelah dia sudah yakin bahwa dirinya sudah sangat wangi akan sabun dan juga parfum, masih dengan jubah mandinya dia berjalan menghampiri tempat peristirahatan yang sudah ditinggali sejak beberapa jam sebelumnya.
Perlahan jubah itu dilepaskan dari tubuhnya yang sempurna, hanya menyisakan celana pendek yang menutupi pedang jantan perkasa kepemilikannya
Tidak ingin membangunkan atau mengganggu tidurnya, perlahan Jordan masuk ke selimut itu agar tekanan tidak terlalu besar. Hanya dengan melihat punggung yang mulus dan sangat putih itu sudah mampu menggoyahkan egonya yang kuat
Perlahan tangan besar itu melingkari pinggang ramping yang membelakangi nya, lalu menariknya masuk lebih dekat lebih rapat seperti perekat menuju ke tubuhnya. Menghirup dalam-dalam wangi nya yang sangat candu bagaikan penawar kegelisahan.
Sontak tubuh mungil itu sedikit terkejut merasakan bibir dingin yang menempel di punggungnya. Belum lagi tangan itu dengan ringannya mengelus dengan lembut tapi dengan tebakan yang kuat tidak ingin melepas.
Dia sudah tahu, tidak ada lelaki yang berani masuk ke kamar ini selain pemiliknya. Meraih tangan kekar yang berada di perutnya, Fiona berbalik ingin memeriksanya.
Jemari kecil itu mulai menyentuh keningnya, lalu turun ke hidung tajam dan berakhir di bibirnya. Lelaki itu membiarkan dirinya merasakan sentuhan lembut yang mampu menghipnotis dirinya sesaat.
"Kamu habis mandi"
Melihat rambut yang masih lembab juga suhu tubuh yang tidak biasanya sudah mampu dia terka dengan benar. Wangi sabun juga parfum menyatu dalam indra penciumannya, wajah yang sudah sangat dekat itu masih saja membuat dirinya belum terbiasa dengan aktivitas ini.
Dia tahu akan tugasnya sebagai penghangat juga pemenuhan hasrat seksual bagi pria dihadapannya. Tapi rasanya berbeda, seolah perjanjian itu hanya sebagai dalih untuk membuat dirinya menjadi seseorang yang berharga bahkan lebih dari yang dia inginkan. Membayangkan penjelasan Hendry mengenai rasa buas nafsu yang tidak bisa dibendung Jordan
Fiona menyadari kalau selama ini hubungan seks berlebihyang mereka lakukan adalah batas normal dari Jordan agar dirinya tidak terluka, akan seperti apa Jordan melakukannya saat melewati batas normal nya?
Bersama dengan lelaki ini, dia seperti keluar dari zona nyamannya tapi dia sangat menikmati setiap hal yang dia lakukan bersamanya. Perlakuan hangat, lembut kadang juga liar seolah kontrak ini lebih menguntungkan dirinya dan terutama dia merasakan perlindungan.
Cup
Kecupan singkat mempu membuat mata biru itu terbuka lebar, pupilnya melebar dan semakin terang seperti rembulan.
Kecupan itu adalah tanda terimakasih juga permintaan maaf yang tidak mampu dia lontarkan untuknya, "apa aku melakukan hal yang membuatmu bahagia?" Tanya Jordan berfikir keras melalui tatapan matanya. Fiona tersenyum sembari membelainya dengan lembut.
"Bukankah sehari lima ciuman? Dan kita belum cukup melakukannya hari ini" jawab nya tersipu malu. Biasanya Jordan lah yang memulai ciuman itu ataupun menyuruhnya dengan lembut tapi kali ini dia sendiri yang memulainya.
Jordan terkekeh, matanya menatap lebih dalam. "Bagaimana ini. Aku berniat untuk memberimu libur, tapi..." Seketika suasana menjadi hening, hembusan deru nafasnya begitu terasa melumuri seluruh wajahnya yang tersipu malu.
"Tapi aku tidak bisa menahan diri melihatmu menjadi aktif" bisiknya dengan senyum menggoda. Lingerie seksi memaparkan dada putih itu sudah menjadi spot tangan kekar yang memainkan sesuatu dengan jari-jarinya
Fiona sedikit mundur tapi tangan yang berada di pinggangnya menariknya lebih dekat, usahanya tidak membawakan hasil malah membuatnya semakin panas ketika kedua kening mereka berdempetan
Menolak dengan halus, dan alasan yang bisa diterima "Besok. Pagi ada operasi"
Bibir itu berucap dengan kaku, sebisa mungkin dia menahan nafasnya karena sudah beradu dengan lelaki dihadapan nya.
Jordan kembali terkekeh, entah apa lagi yang terbesit di pikiran nya pada wanita ini "aku bisa mengundur jam nya jadi siang" tatapan serius dengan ucapannya
Plak "Jordan!"
Dada itu dipukul keras, tapi sang pemilik hanya tersenyum melihat raut wajah cemberutnya. Sesuka hati memutuskan! Itulah yang ada dalam pikiran Fiona.
"Kalau begitu, malam ini hanya ciuman. Bukan kecupan" peringat nya dengan suara yang berat tapi lembut
Fiona tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Dan..." Kembali pria itu berbisik dengan seringainya "jangan hiraukan yang ada di bawah jika kamu ingin selamat" peringatan itu jelas demi kemerdekaan dirinya
Merasakan ketegangan di bagian bawah tentu saja Fiona tahu maksudnya. "Sentuh aku lagi" rengek nya manja ketika tangan kecil itu di letakkan nya di pipinya.
Entah bagaimana, perasaan Fiona mengatakan kalau lelaki di hadapannya ini sedang tidak baik-baik saja, mungkin sedikit perhatian nya mampu mengubah atmosfer lelaki yang menginginkan kehangatan darinya.
Cup
Bibir pink itu mengecup kedua matanya, lalu sudut hidung mancung yang tajam, kedua pipi yang tegas dan berakhir di sepasang bibir tebal yang seolah menanti dengan sabar.
Kali ini ciuman itu datang perlahan menyentuh bibirnya, ingin merasakan lebih dalam lagi perasaan panas ini sampai membuatnya menutup mata dengan sensasi hangat.
Pergerakan itu semakin lama semakin dalam, seorang wanita yang tidak terlalu handal namun mengikuti nalurinya mentransfer rasa hangat yang semakin panas seperti larva yang keluar dari gunung berapi
Bibir itu diraupnya dalam-dalam, lidah yang masuk sudah saling bertemu dalam kenikmatan yang semakin panas, bahkan wajah yang merona itu semakin sulit mengakses udara masuk karena pria ini begitu rakus melahapnya tanpa henti.
Tangan itu memasuki lingerie dengan mulus, mengelus punggung nya lalu berhenti di dua tempat favoritnya. Mengelusnya dengan lembut hingga terdengar erangan panjang ketika tangan itu meremas dan mencubit puting pink yang sudah timbul membesar.
"Emhh!"
Seketika ciuman itu terhenti, tangan Fiona dengan sigap menangkap serangga yang sudah bersarang di dalam lingerie nya. Tatapan meminta ke gentleman an seorang lelaki yang hampir saja melanjutkan perjalanan nya menuju puncak kebahagiaan.
"Kalau begitu peluk saja" ucap nya mencoba menahan diri.
Tangan kecil itu merangkulnya dan menariknya masuk ke dalam tubuh mungilnya. Dengan senang hati Jordan masuk ke dalam tubuh itu menempelkan kepalanya di dada mulus yang sangat wangi dan menenangkan.
Tangannya mengelus kepalanya, dan satunya lagi menepuk-nepuk punggung seperti seorang ibu yang mencoba menidurkan anaknya.
"Kalau mandi jangan lama-lama, sekalipun airnya hangat tetap angin malam tidak baik untuk tubuhmu" ucapnya seperti pengantar tidur bagi Jordan. Perhatian kecil yang belum pernah dia dapatkan dari siapapun dengan mudahnya terucap dari tubuh mungil yang bahkan tidak tahu seberapa kuat lalaki yang berada dalam pelukannya ini.
Mata yang hampir tertutup kembali terbuka, mendongakkan kepalanya melihat wanita yang berada di atas "Ana.." lirihnya memanggil
Fiona menunduk menangkap tatapan itu, "jangan katakan itu pada pria lain" ocehannya mampu membuat keningnya berkerut
"Iya. Aku tahu" jawabnya membuat lelaki itu puas mendengar nya.
"Ana..." Lirih nya mendongak lagi menatap Fiona
"Apa lagi?" Jawabnya dengan penuh helaan nafas
"Selamat malam. Cup" mengambil kesempatan mengecup bibir itu lalu kembali memeluk nya dengan erat.
Hanya Fiona yang tahu betapa panasnya pipi yang sudah memerah seolah terbakar
Friday!!
Share this novel