38 Jordan

Romance Series 9660

Hawa panas begitu terasa saat nafas keduanya bertautan. Tangan kekar itu menariknya lebih dalam ke dekapan nya. Fiona tidak bisa menolak, dia hanya terbaring sembari menatap lelaki yang kini sedang menggerogoti tubuhnya dengan rakus. Bulir air mata mengalir satu persatu saat desahan mulai keluar dari bibir nya.

"Ahh!"

Jemari itu masuk ke dalam dirinya, jemari yang tebal dan besar sampai mampu membuatnya terkulai gemetar dalam rangkulannya.

"Rileks Ana"

Tangan Jordan sangat lihai memainkan bagian bawahnya dengan lembut sementara mulutnya sedang menghisap areola Fiona lalu memainkannya dengan lidah.

Saat jemari itu menambahkan jumlahnya, mata Fiona terbuka lebar, mulut yang terkatup seketika terbuka lebar.

"Ahng! Jo"

Mengigit dagu Fiona dengan keras, nafasnya sudah tidak karuan. Tangannya mencoba menarik jemarinya keluar tapi bibirnya kembali mendapat lawan.

"Kamu sangat manis Ana, aku ingin menjilat, menghisap dan menggigit setiap sudut tubuhmu"

Bahkan kata-kata itu tidak mampu dia respon, rasa basah keringat menyatu diantara keduanya. Pemanasan mereka belum sampai pada ujungnya.

"Jordan...emphh" kali ini tidak ada pengampunan bagi Fiona. Rasa panas juga gemuruh detak jantung semakin beradu cepat.

Beberapa kali Fiona menggeleng untuk menolak, tapi tetap saja satu tangan Jordan mampu membekap kedua tangannya yang tidak berguna lagi.

Jordan tahu alasan wanita di bawahnya menangis menolak melayaninya, percakapan diantara dua kekasih semakin menambah kebrutalan lelaki yang sedang kesal. Akibatnya dia tidak memiliki rasa iba ingin masuk lebih dalam bahkan ingin memiliki semua yang dia punya

"Ahh! Ahh!"

Benda tumpul yang sedari tadi menegang kini masuk ke dalam dirinya tanpa jeda.

"Ahng! Jo! Berhenti!" Air mata mengalir deras saat alat reproduksi jantan itu menekan masuk lebih dalam. Bahkan jari-jarinya sudah menembus masuk mencakar punggung Jordan tanpa peduli.

Rahang tegas itu menegang, urat-uratnya bermunculan sampai Jordan tidak mampu menguasai dirinya sendiri.

Tidak peduli seberapa keras dia membobol masuk ke dirinya tetap saja Jordan sangat kesulitan menariknya kembali. Serasa miliknya akan patah saat menariknya keluar.

"Ugh! Oh Ana"

Fiona kehilangan akal merasakan sensasi benda yang memaksa masuk, kali ini dia pasrah karena tidak mampu lagi melawannya.

Fiona gemetar, terbaring lemah dalam dekapannya yang hangat.

Malam panas yang mampu membuat Fiona tidak sadarkan diri. Bahkan dirinya tersadarkan saat tubuhnya merasakan beban berat memeluk perutnya.

Lingerie seksi yang sudah diganti menjadi gaun piyama tidurnya yang lembut. Lagi-lagi dia tidak menyadari bahwa tubuhnya sudah dibersihkan oleh Jordan

Lelaki di sebelahnya masih tertidur pulas memeluk tubuhnya tanpa pakaian. Punggung kekarnya terlihat sangat jelas bersamaan dengan bekas cakaran merah yang panjang dan banyak.

Fiona menyentuhnya, menyentuh bekas tangannya di punggung Jordan. Meskipun hanya sebuah goresan tapi Fiona merasa tidak enak hati melihat bekas-bekas luka yang sangat banyak dan besar.

Membayangkan luka-luka itu membuat Fiona membayangkan bagaimana masa lalunya yang kelam itu. Sepertinya lelaki yang memeluk tubuhnya lebih tersiksa darinya.

"Tidak tidur?" Tanya Jordan merasakan sentuhan tangan Fiona.

Fiona menggeleng, matanya sedikit bengkak "sarapan?" Tawar Jordan dengan lembut

Fiona kembali menggeleng. Jordan mengelus kepalanya sembari tersenyum menatapnya

"aku harus bekerja" ucapnya

"Hari ini kami shift malam, jadi kamu boleh istirahat seharian"

"Ada operasi siang ini, aku yang harus melakukan nya"

"Semuanya sudah di atur Ana"

"Apa kamu selalu seenaknya seperti ini?"

"Asalkan kamu menuruti semua keinginanku"

"Sia-sia saja aku menaruh perhatian padamu" gumamnya dengan sangat kesal.

"Jordan, meskipun Medical Center adalah milikmu namun aku juga seorang dokter yang memiliki sumpah dan tanggung jawab pada pasien ku"

"Kalau begitu apa kamu ingin menjadi kepala ruang ICU?"

"Bukan itu maksudku! Aku ingin bekerja seperti dulu lagi"

"Big no Ana. Aku tidak ingin kamu kelelahan"

"Kamu yang paling tahu kenapa aku kelelahan!"

"Apa kamu tidak sanggup menyesuaikannya dengan ku? Baiklah, kita kurangi durasinya"

"Aku sedang tidak bermain-main Jordan!"

"Lalu apa maumu Ana?"

"Kamu tidak boleh ikut campur dengan pekerjaan ku"

"Oke. Tapi kamu harus melaporkan setiap kegiatan mu di rumah sakit. Baik itu pasien ataupun orang-orang yang bersamamu"

"Jordan! Kamu sudah keterlaluan"

Anehnya Jordan sama sekali tidak marah, dia merespon semua ucapan Fiona dengan santai.

"Kamu harus segera bersiap-siap Ana, atau kamu akan terlambat" peringat Jordan dengan seringainya.

"Aku akan pergi sendiri"

"Tidak, mulai sekarang aku yang akan mengantar juga menjemputmu saat pulang"

"Orang-orang pasti akan mengenalimu"

"Aku tidak perduli"

Tiba saat Fiona berada di ruangannya, dia bertemu dengan ayah dan ibunya. Lebih tepatnya menemani Natalia melakukan pemeriksaan mingguan kandungan nya.

"Ana, sudah seminggu kamu tidak kembali ke rumah" ucap sang Nugroho seperti biasa

"Ana sibuk ayah. Banyak pekerjaan yang harus di ambil alih"

"Ada hal penting yang harus Ayah sampaikan padamu"

"Apa itu ayah?"

"Kita tidak boleh membahasnya di sini. Malam ini ayah menunggu mu di rumah"

"Ana akan datang"

Fiona tahu masalah yang akan mereka bahas, bahkan wajah ayahnya yang tegang dan terlihat cemas pasti membuat nya tidak tega untuk menolak.

"Ana, ayah ingin kamu berhenti bekerja di medical center, ayah akan mencarikan rumah sakit untukmu" ucap ayahnya

"Maafkan Ana, sepertinya tidak bisa ayah" jawabnya dengan tenang

"Kalau begitu jauhi Jordan Alexander Smith. Kamu tidak boleh memiliki hubungan dengan nya"

"Alasannya?"

"Kalian tidak boleh bersama, dia tidak pantas untukmu. Dia adalah pria yang kejam. Ayah tidak ingin kamu terluka, ayah tidak ingin kehilangan Ana lagi"

Kalimat itu mampu membuat Fiona patuh sampai dia sendiri tidak bisa berkata-kata. Merasa bahagia karena dirinya di anggap sangat berharga bagi ayahnya.

Saat ini dia termenung di kamarnya, mengirimkan pesan pada Hendry agar Jordan tidak mencarinya malam ini. Sungguh kali ini dia semakin sesak akan hidupnya, apalagi hubungan nya yang berada di ambang kehancuran.

Klek

Natalia masuk tanpa izin. "Kamu pikir aku tidak tahu apa-apa mengenai hubungan mu dan Jordan Alexander?"

Wajah Fiona terlihat cemas saat Natalia berdalih. "Aku melihatmu bersamanya di dalam mobil. Berapa harga tubuh yang kamu tawarkan pada dirinya?"

"Kami tidak memiliki hubungan apapun. Aku bekerja sebagai dokter pribadi nya"

"Aku harus memberitahu ayah mengenai hal ini"

"Jangan Natalia, ayah pasti akan kecewa. Aku tidak ingin serangan jantung ayah datang lagi"

"Memohon lah. Lakukan seperti yang selalu kamu lakukan Fiona" ucap Natalia tersenyum puas

"Sebelum aku melakukannya, aku ingin bertanya. Siapa ayah dari anak yang sedang kamu kandung?"

"Tentu saja mas Pandu!" Jawab Natalia tanpa ragu

"Sebaiknya kamu jujur Natalia, hubungan yang diawali dengan kebohongan itu tidaklah baik" nasihat Fiona dengan dingin

Natalia dengan santai menjawabnya "bukan urusanmu! Yang penting mas Pandu mencintaiku dan buah hati ku"

"Sebelum ayah mengetahuinya, beri tahu aku siapa lelaki yang telah menghamili kamu Natalia"

Brukk!

"Ugh!"

Fiona di dorong kuat sampai terpental ke lantai, rambutnya di Jambak dengan kuat oleh jemari Natalia.

"Berani-beraninya jalang seperti mu mengancam ku! Kamu pikir aku takut!? Hah!?"

Tak

"Argh! Natalia!" Kaki Fiona yang patah diinjaknya dengan kuat.

"Jangan pernah mendekati mas Pandu atau kamu akan merasakan akibatnya, kakak ku sayang" ancam Natalia berlalu pergi meninggalkan Fiona yang masih kesakitan di lantai.

Dengan perlahan Fiona merangkak bersandar di kasur beralaskan lantai, dia tidak mampu naik ke atas kasur. Meluruskan kakinya dan sedikit melakukan pijatan tapi sepertinya kakinya sedikit terkilir

Srek

Bayanan seseorang dari balkon kamarnya terlihat jelas karena cahaya bulan, pintu masuk dari balkon terbuka lebar. Cahaya bulan juga angin berhembus melayangkan tirai yang menutupi keduanya.

Jordan datang dari arah sana, perlahan menghampiri masuk ke kamarnya. Fiona segera menghapus air matanya, tidak ingin menunjukkan keterpurukannya lagi di hadapan Jordan

Nafas yang tidak beraturan, rambutnya yang berantakan membuat mata Jordan menyipit memerhatikan dengan jelas.

Jordan merapikan rambut yang berantakan, juga sisa air matanya yang bergenang bebas.

"Tidak ingin cerita?" Dengan lembut nya suara itu mampu memberikan kontribusi terhadap air mata Fiona yang kembali mengalir.

Apalagi keringat dingin membasahi tubuhnya, Jordan tahu ada yang tidak beres pada wanitanya.

"Ugh!" Jemarinya menyentuh pergelangan kaki Fiona.

Mata Jordan menyipit lagi memerhatikan pergelangan kaki yang mulai membengkak.

"Aku tidak sengaja menabrak kasur lalu terjatuh" ucap Fiona tahu reaksi kesal Jordan dari raut wajahnya yang tegang

"Siapa?" Tanya Jordan

"Aku tidak ingin mengulangi pertanyaan ku Ana"

"Apa pelakunya adikmu?"

"Dia sedang hamil Jordan"

"Aku harus memberinya sedikit pelajaran"

Jordan mengangkat Fiona, "aku tidak ingin keluar. Ayah pasti mencari ku. Biarkan saja" pesannya saat Jordan hendak membawanya pergi

Dia hanya menghela nafasnya sangat kesal. Hingga akhirnya Fiona hanya dibaringkannya di kasur. Dengan hati-hati Jordan memijit kakinya. Awalnya terasa sakit tapi lama kelamaan rasanya sudah baik-baik saja, bahkan pijatan kaki itu membuat nya nyaman sampai tertidur pulas.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience