07 Luka

Romance Series 9660

Beberapa hari berlalu, Jordan sudah pulih sepenuhnya. Lelaki yang kini merasa nyaman dengan kehidupannya harus menerima kenyataan pahit ketika wanita yang di sukainya memberi sebuah pilihan.

“Jordan” lirih Fiona memanggil.
“hum?” Jordan yang tadinya sedang menikmati makanannya menoleh menangkap mata itu.

Sret, Fiona memberikan sebuah amplop di atas meja makan.

“apa ini?” tanya Jordan menghentikan makan nya. Dia tampak bingung, dengan ragu dia membuka isi amplop itu.

“ini...”

Amplop itu berisikan sebuah uang dengan jumlah yang besar, setidaknya bisa membawa Jordan sampai dengan selamat ke tempat dia tinggal

“kondisimu saat ini...sudah pulih sepenuhnya. Dan kamu harus kembali ke tempat asalmu” ucap Fiona sebenarnya merasa tidak enak hati

Jordan terdiam dalam lamunan, wajah yang cerah itu seketika pudar menjadi reaksi kosong tiada emosi.

“selama ini aku selalu penasaran dengan latar belakangmu dan siapa kamu, tapi dengan sikapmu yang sangat baik padaku itu saja sudah cukup bagiku” ucap Fiona dengan santun. Lagi pula dalam benaknya, mereka tidak akan pernah bertemu lagi, sama seperti orang-orang yang selalu mendapatkan uluran tangan dari darinya

Jordan terdiam menatap mata hazel yang sangat indah dan tulus padanya. Entah alasan apa lagi agar dia bertahan lebih lama di apartemen ini.

“apa aku bisa mengunjungimu saat aku pergi?” tanya Jordan menatap penuh harap

“aku tahu kamu bukan berasal dari negara ini. Pasti akan sulit bagi kamu untung datang mengunjungiku. Anggap saja pertemuan kita ini hanya sebuah kebetulan, anggap saja aku berniat menolong seseorang tanpa pamrih dan sebuah kebaikan yang di lakukan sebaiknya dilupakan”

“apa kamu percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini?” tanya Jordan merasa hatinya sesak mendengar kalimat yang tidak berarti bagi Fiona, apalagi dirinya.

“Jo, entah pertemuan kita sebuah kebetulan atau tidak, aku hanya tidak ingin terlibat dengan apa pun lagi” jawab Fiona menghindar dari semua kenyataan pahit di hidupnya.

“berarti kita akan..” Jordan kini diam sembari menatap wanita ini

“ya! Ini adalah yang terbaik bagi kita. Mari kembali pada rutinitas seperti biasanya” jawab Fiona dengan santai

“baiklah kalau itu maumu” ucap Jordan kembali menyelesaikan dinner yang mungkin menjadi terakhir kalinya

Seorang lelaki yang memiliki sikap dingin kini menjadi hangat karena merasakan kenyamanan di apartemen ini. Entah bagaimana seorang wanita sederhana mampu mengubah atmosfer dirinya. Seorang lelaki yang sangat di segani dan ditakuti oleh banyak orang, tapi ketika berada di tempat ini harga dirinya begitu murah di hadapan wanita yang selalu memerintah, memarahi bahkan mengatai dirinya. Fiona adalah satu-satunya wanita yang berani membentak dan memanggil namanya dengan lantang.

Bahkan Fiona juga terbiasa dengan kehadiran lelaki ini di sisinya, setidaknya mengisi hari-harinya yang pilu. Di apartemen ini, dia bisa menunjukkan semua sisinya tanpa sebuah panggung sandiwara yang selama ini dia perankan, yakni terlihat bahagia dan baik-baik saja. Dan Jordan menjadi salah satu pelampiasan emosional nya yang tidak stabil saat ini, mungkin karena Jordan adalah satu-satunya pria yang mengetahui sisi gelap yang selama ini dia sembunyikan.

Sebenarnya, Fiona juga merasa berat hati untuk mengatakan harus pergi dari tempat ini, hanya saja tidak baik baginya jikalau seseorang akan mengetahui keberadaan Jordan di apart nya, terlebih keluarga Fiona. Jangan sampai semuanya menjadi kesalahpahaman.

Kali ini Fiona mendapatkan shift malam yang harus membuatnya berada di rumah sakit semalaman. Bekerja di bagian UGD sangat lah menguras tenaganya. Bahkan malam ini ada operasi darurat yang di pimpin oleh dirinya.

Fiona baru saja keluar dari ruang operasi, lelah yang terus berlanjut. Dia sedikit memijit bahu juga punggungnya yang pegal sembari berjalan menyusuri ruangan menuju ke tempatnya. Dokter datang untuk melakukan pergantian shift degan Fiona.

“semangat dokter!” ucap Fiona memberikan semangat setelah mengemasi semua berang-berangnya untuk kembali ke apartemen.

Tiba saat dirinya menuju ke parkiran menuju mobilnya.

Tampak seseorang dengan jas putihnya bersandar di mobil itu, seseorang yang menunggu pemiliknya datang.

“Pandu?” terka Fiona memanggil menghampiri. Lelaki dengan wajah sendu itu menatap Fiona penuh harap. Dari tatap mata keduanya terpancar kerinduan yang sangat mendalam.

“biar aku antar” ujar Pandu langsung menarik tangan itu mengiringnya menuju sebuah mobil.

Tep, “Pandu..”
“ada yang ingin aku bahas denganmu. Mengenai hubungan kita” lirih Pandu membawa Fiona masuk ke dalam mobilnya. Melihat pria di hadapan nya terlihat sangat berantakan, sepertinya lelaki di hadapannya ini kurang tidur karena memikirkan banyak hal, cukup membuat hatinya tergores. Sakit rasanya. Mau tidak mau, Fiona menerima tumpangan itu dengan berat hati

Sepanjang perjalanan menuju ke apartemen, Fiona menunggu pertanyaan yang tak kunjung datang dari bibir pria itu, dia fokus menyetir tanpa melirik ke arahnya sedetik pun. Lokasi yang dekat membuat mobil itu tiba di parkiran apartemen.

Suasana hening di dalam mobil, “apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya Fiona masih diam menunggu pembahasan penuh sesak baginya.

“bagaimana kalau kita membahasnya di dalam” tawar Pandu sedang menyelidiki sesuatu.

“kita bisa membahasnya sekarang” jawab Fiona menolak ajakan itu. Di dalam masih ada seorang pria yang mungkin sedang beristirahat di sofa sembari menonton TV

“kenapa kamu menolaknya Ana? Biasanya kita memang membahasnya di apartemenmu. Atau jangan-jangan kamu bersama dengan seseorang di sana?” kata Pandu membuat Fiona menyadari satu hal, pasti pria ini mengetahui ada yang dia sembunyikan.

“itu dulu, sekarang kita bukan siapa-siapa, hanya sebuah rekan kerja di meja operasi”

“sikapmu seakan-akan menyuruh aku pergi Ana. Mau sampai kapan lagi kamu akan menyembunyikan lelaki yang bersama kamu selama ini?” ucap Pandu membuat wanita itu bereaksi dengan sikapnya yang tidak bisa berbohong

“dia tidak ada hubungannya dengan kita berdua Pandu” tolak Fiona mencoba meyakinkan.

“apa ini alasan kamu memaksa mengakhiri semuanya?” Fiona hanya diam. Mau sekeras apa pun dirinya menjelaskan, tetap Pandu akan memikirkan hal yang masuk akal dalam benaknya.

“tidak bisa! Aku harus bertemu dengannya”
Dug! Dug! Dug!

Pintu apartemen di gedor paksa lagi oleh seorang perempuan gila menurut Jordan. Pukul 12:30 dini hari, perempuan itu mulai berulah dengan sikapnya yang seolah mencari respek dari orang-orang seolah dialah yang menjadi korban.

“Fiona! buka!” ucap Natalia dalam kesadaran yang kurang.

Di sekeliling apart yang sepi seperti tak berpenghuni karena memang waktu malam untuk beristirahat.

“hahaha, gue mau kasih informasi yang buat lo hancur Fiona!” ucap Natalia dengan sangat percaya diri.

“heh, perempuan gila” gumam Jordan sedikit terkekeh, menatap jijik Natalia sama seperti perempuan lainnya

“Natalia?” terka keduanya datang bersamaan. Wanita setengah sadar itu melirik keduanya, terutama Fiona dengan mimik wajah yang cemas karena tidak berhasil menghentikan Pandu menuju ke apartemennya

“Mas Pandu?” ucap Natalia langsung menempeli Pandu dengan genit.

“apa yang kamu lakukan di sini? Kamu mabuk?” tanya Pandu memapah wanita yang sempoyongan memeluk dirinya.

“aku enggak mabuk mas sayang, Cuma sedikit pusing aja” jawab Natalia sangat nyaman berada dalam pelukan Pandu.

“sayang?” ujar Fiona menatap Pandu menuntut sebuah penjelasan.

“iya. Aku dan mas Pandu sudah tidur bersama, tidak lama lagi aku sama mas Pandu akan segera bertunangan” jawab Natalia sangat bahagia.

Sakit, sesak yang di tahan semakin menyayat dirinya dengan perlahan. Fiona hanya bisa diam menatap mata cemas yang juga tidak bisa apa-apa.

“Ana...aku bisa jelaskan”

Menguatkan tekad menghadapinya dengan senyuman, “selamat, kamu dan aku...sudah selesai” lirih Fiona segera masuk ke apart nya.

Tep,

“Ana...”

Tak! jemari itu ditepisnya dengan kasar. Hubungan keduanya benar-benar berakhir.

Di balik pintu, Fiona bersandar. Seolah tersambar petir yang sangat menyayat hatinya. Tidur bersama? Sejak kapan?

Tep. Sebuah tangan menyentuh bahu Fiona seolah memberi semangat untuk kuat dan lapang menerima semuanya. “semua sudah berakhir” ucap Jordan tepat berdiri di sebelahnya.

Fiona menggeleng, dia menolak, menolak semua takdirnya. Tubuhnya lemas seketika “hiks hiks” tangis Fiona pecah tak terbendung.

Sruk,

Tubuh itu di tarik masuk dalam dekapannya. Menjadikan dirinya sebuah sandaran untuk mengeluarkan semua penderitaannya.

“sebenarnya aku siapa? Mengapa aku tak pernah di anggap! Hiks hiks” dengan lembut jemari itu menyeka setiap bulir air mata yang mengalir di pelupuk mata hazel Fiona, entah mengapa setiap kali mata itu saling menatap, dia semakin meledak dalam tangisnya.

“aku sangat mencintainya, sangat...” ucap Fiona membalas dekapan itu dengan erat.

"mengapa mereka mereka se tega itu pada ku hiks hiks” Fiona berteriak sekeras mungkin. Dia tetap memeluknya semakin erat dan tidak pernah berniat untuk melepaskannya.

“apa ada obat untuk menghilangkan rasa sakit ini? Hiks hiks mengapa sakitnya tidak hilang Jordan! Aku tidak kuat lagi hiks hiks”

Lelahku memperjuangkan diri sendiri tapi kenyataannya hati tak baik-baik saja. Nafasku sesak, semuanya bergetar menahan emosi yang tidak bisa di luapkan. Bersamamu aku terluka, tapi melepasmu aku lebih tersiksa. Ingin ku teriak untuk menenangkan diri tapi apakah semuanya akan selesai? Tidak, ketenangan itu hanya sementara, sedangkan aku menginginkan selamanya. Dan pada akhirnya kembali pada lembaran lusuh yang terisi dan berlanjut sampai saat ini.
Malam itu Fiona menangis sampai sesenggukan, dia sendiri tidak menyadari bisa tertidur dalam pelukan seseorang yang menolongnya.

“tenang saja, semua penderitaanmu akan ku hilangkan sampai kamu lupa bagaimana menangis. Kamu hanya akan tersenyum dan mendapatkan apa yang kamu inginkan” tutur seorang pria yang kini sudah memindahkannya menuju kasur dan menutupinya dengan selimut.

“sekalipun dunia membencimu, aku akan memusnahkan semuanya dengan tanganku” tutur Jordan tidak hentinya menatap wajah yang sudah tertidur lelap.

Kamu menolong dan mengobati luka orang-orang disekitar mu, tapi kamu lupa bahwa lukamu lebih besar juga membutuhkan penawar

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience