06 Friend?

Romance Series 7177

"aku mengerti. Cari informasi lebih dalam lagi mengenai pria itu” Jordan menutup panggilannya.

Wajah yang sangat seram sampai suasana saat itu mencekam dan sesak, pupil mata yang tajam seolah mampu menghancurkan apapun di sekelilingnya. Apalagi ketika dia melihat begitu banyak foto seorang lelaki yang selalu bersama Fiona. Sebuah pelukan mesra yang diberikan Fiona pada kekasihnya, entah bagaimana menambah kekesalan dalam dirinya.

“Pandu Wiratama” gumam Jordan meremas handphone yang berada dalam genggamannya. Senyuman polos dan sangat bahagia sampai membuat Jordan sangat kesal.

Sikap Fiona saat bersamanya sangat berbeda dari informasi yang dia dapatkan juga foto-foto ceria dalam benda itu.

Saat bersamanya, Fiona selalu menghela nafas panjang dan memasang wajah datar ketika berhadapan dengan nya. Berbeda lagi dengan seorang lelaki yang selama ini menemaninya, senyuman hangat yang mampu membuat setiap orang terkesima sudah pasti Pandu tidak akan pernah melepaskan barang berharga itu pada siapapun.

Ddrrttt

Ddrrttt

“bicara” ucap Jordan mengangkat panggilan itu dengan cepat

“kamu siapa?” tanya seorang lelaki dari sumber suara

“ck!” Jordan berdecak kesal, terbawa suasana hingga dia mengangkat panggilan suara dari seseorang yang saat ini sedang di selidikinya. Nama kontak itu bertuliskan Pandu bertanda hati berwarna merah. Sungguh baru kali ini hati Jordan di buat cemas dan tidak karuan.

“hei! Kenapa handphone Ana ada padamu? Siapa kamu?” tanya Pandu kesal

“menurutmu?” jawab Jordan sangat songong dengan sifat angkuhnya

“Di mana Ana?” tanya Pandu dengan nada yang tegas

“dia...sedang mandi. Jangan mengganggunya lagi. Dia milikku” jawab Jordan langsung mematikan panggilannya.

Klek

Fiona keluar dari kamarnya. Mata sembab dan memerah itu terbesit tanya dari seorang lelaki yang menatapnya intens. Jordan ingin bertanya tapi dia tidak ingin dirinya keluar dari apartemen ini. Sebelum dia pergi, Fiona harus luluh pada dirinya.

Keduanya sama-sama kebingungan dengan situasi, mencoba untuk terlihat baik-baik saja seperti biasa. Perlahan Jordan menghampiri wanita yang sudah duduk di sofa sembari menyalakan TV menghilangkan kecanggungan

“tadi seorang lelaki menelepon” ucap Jordan memberikan handphone milik Fiona.

“siapa? Tanya Fiona langsung merebut handphonenya dan mengecek riwayat panggilan.

Matanya menjadi sendu. “siapa Pandu?” tanya Jordan pura-pura tidak tahu mengenai kekasihnya

“seseorang yang sangat aku rindukan” jawab Fiona dalam lamunannya

“apa dia kekasihmu?” tanyanya kembali

“em. Dia selalu menjadi kekasihku” jawab Fiona merasa terluka, begitupun Jordan dengan kepalan tangannya yang tidak bisa berbohong.

Tep, secara refleks Jordan menyeka air mata yang mengalir di pipi nya. Wanita itu tersentak kaget, lelaki yang duduk berada di sampingnya selalu saja mengambil inisiatif tapi sangat tulus memperlakukannya.

Fiona mencoba menghindari lelaki yang saat ini bersamanya karena kejadian tadi, tapi justru Jordan sama sekali tidak menunjukkan rasa canggung atas apa yang telah dia perbuat, seolah kejadian tadi hanya seperti angin lewat saja baginya.

“maaf, aku tidak bermaksud...”

“it’s okay. Maaf atas perlakuanku selama ini” ucap Fiona dengan tulus

Seringainya terlihat jelas di mata Fiona “tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan perlakuanmu” jawabnya bisa melakukan apa saja demi wanita di hadapan nya.

“kenapa..” ucap Jordan sangat penasaran ingin bertanya, tapi tekadnya luntur hanya sebuah tatapan polos wanita di sampingnya.

“hm?”

“tidak ada” dia menarik kembali kalimatnya

“tanya saja, aku akan menjawabnya” tutur Fiona dengan tulus ingin menjawab rasa penasaran Jordan akan dirinya.

“kenapa kamu mau diperlakukan seenaknya oleh mereka?” tanya Jordan melihat karakter Fiona yang tidak mudah di intimidasi oleh orang-orang, dia adalah wanita yang tegas dan ulet dalam segala hal. Tapi ketika dia berhadapan dengan ibu dan adiknya, dia menjadi orang yang sangat penurut dan sangat lemah.

“rasa sayang, aku sangat menyayangi mereka, aku rela melakukan apa saja demi mendapatkan hati mereka” jawab Fiona dengan tenang, mata tulus itu mengatakan yang sebenarnya

“tapi yang kamu dapatkan dari mereka adalah sebaliknya. Mereka memperlakukan kamu seenaknya, ah...lebih tepatnya kamu tidak pernah di anggap sebagai anak ataupun seorang kakak” jawab Jordan merasakan kasih yang tulus dari mata hazel itu kepada keluarganya

“aku hanya berharap suatu saat nanti mereka akan berubah...”

“kamu yang di ubah oleh mereka Ana!” tegas Jordan melihat harapan akan perlakuan keluarga Fiona pada dirinya.

“aku tahu, aku sadar dengan semua perlakuan mereka padaku, kamu pasti berpikir aku adalah orang yang bodoh”

“ya, kamu memang bodoh”
“kamu bilang apa barusan!?”

Keduanya saling bertatapan, lalu tertawa. “kini aku menyadari satu hal, bahwa seseorang yang dingin itu bukanlah sifat, melainkan sikap bagaimana memperlakukan seseorang dan dengan siapa dia berbicara” gumam Jordan dalam tawanya.

Melihat tawa itu, mata Jordan tidak berhenti melihatnya, seolah tidak ingin melewatkan momen langka seorang wanita yang tidak pernah tersenyum padanya kini tertawa lepas seperti beban di pundaknya hilang beberapa saat.

"Mengagumkan" gumamnya

Guguruyukkk...

“emmm...” Fiona malu, suara perutnya yang mengaung terdengar jelas sampai membuat Jordan terkekeh.

“kamu lapar?” tanya Jordan di balas anggukan oleh Fiona.

“aku pesan go food untuk makan malam” ujar Fiona menghidupkan layar handphone nya.

“apa kamu...tidak bisa masak?” tanya Jordan sudah melakukan riset selama tinggal di tempat ini. Fiona mengangguk dengan malu. Pantas saja tidak ada bahan makanan juga alat masak di apartemen ini.

“bagaimana kalau kita pergi membeli alat dan bahannya?” saran Jordan memberikan masukan

“apa kamu bisa masak?” tanya Fiona mulai merasa aman bersama lelaki yang selalu baik dan hangat pada nya.

“apa yang ingin kamu makan?” tanya Jordan merasa sangat ahli dalam bidang ini.

“mmm...apapun” jawab Fiona dengan senyuman yang kembali berseri.

"Pantas saja tubuhmu sangat kurus" gumam Jordan hanya bisa memberikan senyuman. Ya, untuk saat ini dia bisa melupakan pikiran nya yang kacau.

Keduanya bersiap-siap menuju sebuah Mall memberi peralatan masak dan bahan-bahan untuk di masak.

Tep, Fiona menyentuh lengan Jordan. Jordan berbalik dan menghadap ke arah Fiona. “ada apa?” tanya nya kebingungan.

“bagaimana jika orang-orang yang ingin membunuhmu melihatmu? Tanya Fiona terlihat sedikit cemas di wajahnya.

Anehnya sudut bibir Jordan melengkung bebas, wanita yang sangat dingin dan ketus menaruh perhatian dan cemas kepada nya. “mereka tidak akan mengenaliku” jawab Jordan sudah menyiapkan penyamarannya. Dia memakai topi juga masker dengan penampilannya layaknya anak muda yang mengikuti zaman. Tapi bagaimanapun tinggi badan dan tubuh yang proporsional itu sudah pasti menimbulkan perhatian orang-orang

Sedikit tenang, hingga akhirnya mereka berada di tempat yang sudah di penuhi oleh orang yang ramai berbelanja kebutuhan rumah tangga mereka. Jordan mendorong sebuah troli berukuran sedang diikuti oleh Fiona yang kebingungan melirik ke kiri dan ke kanan.

“biar aku saja yang mendorongnya. Lenganmu masih dalam proses pemulihan” ujar Fiona menawarkan diri.

“i can handle this” jawan Jordan ingin wanitanya santai-santai saja.

“lalu, kita akan membeli apa?” tanya Fiona hanya mengekori Jordan di belakang.

“kita beli ini” ucap Jordan berhenti di depan alat masak. Sembari memilih, Jordan menjelaskan kegunaan panci untuk menggoreng, menumis, mengukus dan merebus makanan. Fiona terlihat antusias hingga dia terbawa suasana menanyakan sesuatu yang berbau dapur.

“sepertinya, kamu sering memasak, kamu tahu semua kegunaan alat di tempat ini” puji Fiona akhirnya membawa troli baru karena yang berada pada Jordan sudah penuh begitu juga miliknya yang di penuhi sayuran, daging, bumbu dapur, juga beberapa jenis buah.

“ya, ini semua di lakukan demi keselamatanku”

Jangan lupa kasih Rated ya, biar makin semangat dan comment jugaa. love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience