27 Mabuk

Romance Series 7177

Saat ini Jordan berada di aula rumah sakit pusat datang melakukan kunjungan dia sebagai pemimpin baru Medical Center Company. Dia di sambut penuh perhatian oleh orang-orang penting yang bekerja di rumah sakit.

Termasuk kepala rumah sakit yang kini menyambutnya dengan senyuman cerah bahagia. Lelaki tua itu melihat perawakan sahabatnya yang dulu, yaitu Alexander Lemos

"Bagaimana kabarmu dokter Ederson?" sapa Jordan tahu kesetiaan nya selama ini.

Dokter atropedi itu semakin bersemangat, kali ini perjuangannya tidaklah sia-sia. Anak lelaki yang kurus tidak berdaya kini sangat kuat dan kokoh. Hebat seperti ayahnya, cerdas seperti ibunya.

"Saya baik-baik saja Tuan Alexander" jawabnya merangkul tangan kekar dengan lembut.

Jordan diberikan kursi kebesaran, duduk bersama tuan Ederson di depan semua para dokter yang menyaksikan keberadaan seseorang yang sangat berwibawa dan bermartabat seperti Jordan.

Jiwa kepemimpinan yang sangat jelas di setiap gerak gerik nya yang sempurna. Jordan dipersilahkan untuk menyapa semua dokter yang hadir.

"Nama saya Jordan Alexander Smith, saya akan menoleh dengan panggilan Tuan Alexander. Jordan dikhususkan untuk seseorang yang berharga, jadi jangan pernah menyebut nya"

Sedikit penekanan, tapi terlihat sangat tenang dengan semua penjelasan nya.

"Malam ini, sebagai rasa terimakasih atas usaha yang telah kalian lakukan, saya menyambut semuanya hadir ke kediaman Alexander sebagai hasil dari kerja keras kalian selama ini"

"Terimakasih"

Semuanya tercengang mendapatkan undangan menuju kediaman Alexander yang sangat mewah dan terkenal private, kini waktunya mereka menikmati makanan juga minuman yang tidak pernah habis di kediaman itu.

Saat ini Jordan tepat berada di ruangan ICU melihat beberapa dokter sibuk mengobati pasien yang baru saja datang dengan mobil ambulance. Mencari keberadaan sosok wanita yang berbulan-bulan tidak bisa dilihatnya dengan jelas. Dia merindukan senyuman nya yang berharga.

Dia adalah alasan Jordan datang hari ini, tapi dia tidak melihat wanitanya hadir di aula, meskipun ada ratusan dokter, tetap saja dia tahu kalau Fiona tidak hadir di sana.

"Saat ini nona Fiona sedang berada di ruang operasi" ucap Hendry baru menerima informasi dari pengawal.

"Em"

Meskipun demikian, Jordan masih tetap berdiri melihat ICU dari jendela.

"Apa sebaiknya kita masuk saja Tuan?"

"Tidak perlu" jawabnya

Terlihat seorang wanita keluar dari ruangan, mata Jordan cerah bersemangat melihat wanitanya datang masih memakai baju operasi. Fiona kembali merapikan rambutnya yang berantakan, dia menguncir rambut nya dengan cepat dan membantu dokter lainnya.

Wajahnya yang tampak lesu terlihat kalau dia bekerja sepanjang malam sampai saat ini, tapi Fiona tetap saja tersenyum di hadapan pasien meskipun terlihat dia sangat lah kelelahan.

"Nona Fiona bekerja sepanjang malam, bahkan dia selalu tidur di ruang shift malam para dokter. Bisa di bilang dia adalah dokter yang paling banyak jam kerja di ruang ICU"

Jordan sedikit kesal mendengar jam kerja Fiona yang sangat berlebihan.

"Dokter Ederson juga menjelaskan bahwa Fiona menolak untuk dipindahkan ke bangsal bedah umum dan tetap bekerja sesuai dengan perjanjian awal mereka"

Jordan hanya bisa menghela nafas, mengenai tujuan Fiona bekerja di rumah sakit sudah diketahui oleh Jordan karena dokter Ederson sendiri yang melaporkan nya.

Fiona memang keras kepala, dia sangat berpegang teguh pada pendirian nya.

"Apa mungkin semua usaha yang di lakukan nona Fiona adalah bentuk dari penebusan kejahatan ayahnya sehingga dia bekerja keras di rumah sakit ini"

Anehnya, Jordan baru menyadari satu hal, sikap dingin Fiona adalah dia tidak ingin lagi menerima kebaikan Jordan, bahkan dia selalu menghindar darinya.

"Dia harus datang malam ini"

Fiona baru saja keluar dari ruangan operasi, hari ini dia menjadi asisten pada operasi besar bersama dengan dokter-dokter hebat.

"Apa kamu tidak ingin pergi ke pesta itu dokter Fiona?"

Fiona tersenyum "saya akan berjaga malam ini dokter" jawabnya

"Kalau begitu, saya akan pergi"

"Em, hati-hati dokter"

Pada malam itu, ada empat dokter yang berjaga di ruang gawat darurat, termasuk Fiona. Awalnya semua dalam kondisi yang normal hingga akhirnya mereka mendapatkan panggilan dari ambulans yang membawa pasien kecelakaan mobil yang cukup parah.

Kecelakaan antara mobil dan bus yang mengakibatkan kecelakaan beruntun yang memakan banyak korban, para pasien yang berada di rumah sakit unit kini dipindahkan ke rumah sakit pusat karena keadaannya yang parah.

Para dokter dan suster kewalahan menghadapi pasien yang harus melakukan operasi. Hampir semua dokter senior kini berada di luar, dan mereka tidak bisa dihubungi.

"Bagaimana dokter Fiona?"

"Saya harus ke sana!"

"Apa kamu tahu alamat nya?"

"Tentu saja"

Fiona berlari menuju keluar rumah sakit, beruntung taksi yang dipesan sudah berada di depan sudah menunggunya. Taksi melaju dengan kecepatan tinggi menuju kediaman Alexander.

Fiona tepat berada di pintu gerbang raksasa yang terbuka otomatis, taksi masuk tanpa ragu.

Tepat berada di halaman, tatapan sinis di dapatkannya, jubah kebesarannya sudah dipenuhi oleh bercak darah pasien, tapi itu sudah tidak dipedulikan nya, dia berlari kencang masuk ke kediaman itu mencari kepala rumah sakit, hanya dokter Ederson yang bisa mengerahkan para dokter senior tanpa ragu.

"Dokter Fiona?" Lirih Hendry menghampiri nya dengan cemas, melihat kondisi Fiona yang berantakan dengan deru nafas yang tidak beraturan. Tapi dia terlihat seperti seseorang yang sangat gigih, kuat dan sangat mempesona.

"Di mana dokter Ederson?"

"Dia di ruangan pribadi tuan. Mari saya antar"

Hendry dengan cepat membawa Fiona menuju ke ruangan pribadi Jordan bersama beberapa orang-orang di dalamnya.

Klek

Kedua mata mereka bertemu, tapi Fiona menepisnya dengan tundukan kepalanya. "Ada apa dokter Fiona?" Tanya kepala rumah sakit tahu kalau Fiona membutuhkan nya.

"Ada hal penting yang perlu dilakukan dokter"

Dokter Ederson mengangguk paham, mereka berdua di bawa ke ruang lainnya agar lebih leluasa untuk mengobrol.

"Pasien-"

"Saya sudah mengerahkan beberapa dokter menuju ke rumah sakit. Tidak perlu cemas Fiona" ucapnya sembari melihat Fiona yang sangat berantakan menuju kemari.

"Apa kamu sudah makan?"

Fiona diam, dia tidak menjawabnya. "Tidak perlu memaksakan dirimu Fiona, saya paham apa yang kamu rasakan saat ini"

Kali ini Fiona juga kelu untuk membantah nya.

"Sebaiknya kamu istirahat untuk sementara waktu, saya akan"

"Tidak perlu Dokter, saya masih bisa melakukan tugas dengan baik"

"Saya tidak meragukan kemampuan mu Fiona"

"Apa dokter ingin saya berhenti?"

"Apa kamu menginginkan nya?"

"Tentu saja tidak!"

"Kalau begitu, istirahat untuk malam ini, nikmati makanan yang sudah disediakan untuk mu" ucap sang dokter sudah memanggil pelayan untuk mengisi penuh meja makan yang berada di ruangan mereka.

"Dokter"

"Ada apa Fiona?"

"Terimakasih" lirihnya penuh makna. Tatapan Fiona tulus berterima kasih karena selama ini dia selalu membantunya.

Malam semakin larut, para tamu sudah meninggalkan kediaman Alexander, kini hanya para pelayan yang sedang membersihkan taman dan beberapa ruangan.

Setelah Jordan mengantar para tamu-tamu penting di halaman rumahnya, dia menuju ke sebuah ruangan yang di jaga oleh Hendry di depan pintu

"Di mana dia?" Tanya Jordan

"Dia sedang makan tuan"

Pintu terbuka dengan perlahan, Jordan berjalan menghampiri wanita yang kini sudah tertidur di atas meja makan.

Jubah dokternya sudah berada di kursi, Fiona menyandarkan kepalanya di atas lengannya dengan tenang. Wajahnya sedikit memerah.

"Ana" lirihnya memanggil dengan lembut.

"Eng!" Fiona membuka matanya dengan malas, dia mengangkat kepalanya melihat seorang lelaki seperti berjongkok sambil menatapnya.

"Jordan?" Gumamnya

"Em" jawabnya

"Aku merindukanmu!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience