12 Bertahan

Romance Series 7049

Dor! Dor! Dor!

Terjadi tembak menembak ketika Jordan tiba di sana. Beberapa pengawal kabur meninggalkan tempat dan ada beberapa yang terkena serangan dari pengawal Jordan.

“jangan sampai ada yang kabur, aku ingin menguliti mereka satu per satu”

Jordan berlari melihat seorang wanita sudah terkapar di tanah dengan kondisi sudah tidak sadarkan diri.

Rambut hitam panjang yang terurai berantakan dan sangat kotor, pakaian yang sudah tidak lengkap lagi, sekujur tubuh di penuhi luka dan memar juga beberapa cabang kayu masih menancap di kulitnya, bercak darah sudah mengalir di setiap luka. Dia melepaskan jas nya dan memakaikannya di pada Fiona. Tubuhnya masih gemetar hebat meskipun dalam keadaan pingsan. Suhu tubuhnya semakin panas sampai wajah itu memerah.

"Jangan... tolong berhenti..." Lirih nya dalam ketidaksadaran yang semakin parah

“Ana...maafkan aku datang terlambat” lirih Jordan memeluk Fiona dalam pangkuannya.

“master” seorang pengawal mendapatkan lelaki tanpa pakaian hanya sebuah celana pendek yang melekat di tubuhnya. Jelas saja tatapan Jordan sudah membuat lelaki itu ketakutan sampai pipis di celana.

“kamu yang melakukan ini padanya?” tanya Jordan dengan rahang tegasnya.

Lelaki itu langsung berlutut di kaki Jordan dengan tangisannya “ampun master, maafkan saya” ucap lelaki itu sudah berada di tanah memohon ampunan.

“pergi” singkat Jordan berlalu pergi membawa Fiona

Lelaki itu berdiri dan membungkuk “terimakasih master” ucapnya berlari pergi. Kode mata Jordan pada pengawalnya yang langsung paham.

Dor!

“arghh!” teriak lelaki itu mendapatkan tembakan di bagian kakinya.

Setelah melalui waktu yang sangat panjang, mereka sudah berada di negara asal tempat Jordan di lahirkan. Di mana negara ini memiliki tingkat kriminalitas tingkat kejahatan nomor satu di dunia, sebuah negara bebas tapi memiliki hukum negara yang sangat adil dan terbuka. Saat Fiona mendapatkan perawatan intensif di sebuah rumah sakit terbaik di seiring berkembangnya teknologi. Di mana semua alat medis tercanggih diciptakan di rumah sakit ini. Jordan masih menunggu hasil dari pemeriksaan para dokter hebat di dalam ICU.

Seorang lelaki menunggu di depan ruangan sembari duduk di kursi besi yang tertata rapi di depan. Mata itu menyipit dengan tetap, memangku dagunya sembari memikirkan hal keji seperti apa yang akan dia berikan pada orang-orang yang berani menyentuh wanitanya.

Bahkan para pengawal Jordan tidak ada yang berani mendekat, semuanya diam dalam ketakutan merasakan hawa mematikan pada manusia yang mendapatkan julukan malaikat maut.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Jordan setelah menunggu selama dua jam.

“ada beberapa tanda kekerasan fisik pada pasien. Pasien mengalami patah pada pergelangan kaki, dan bahunya yang retak kemungkinan karena benturan keras kami sudah memasangkan gips di bahu dan kaki kirinya. Luka bakar yang berada di tangannya masih dalam skala ringan. Hampir seluruh tubuhnya di penuhi lebam dan luka yang tidak terlalu serius, tapi...”

mata tegas Jordan menegang menunggu jawaban lainnya, tapi dia mencoba terlihat tenang

“pasien belum sadarkan diri. Jika dalam kurun waktu yang telah ditentukan pasien belum sadar, maka pasien dinyatakan koma” ucap sang dokter bagaikan petir bagi Jordan.

Tidak ada kata ampun bagi mereka yang berani menyentuh wanitanya.

Jordan melangkah memasuki ruangan itu, dari kejauhan saja pemandangan ini sangat melukai hatinya. Tubuh mungil itu dipenuhi oleh perban. Dia tidak sanggup membayangkan bagaimana rasa sakitnya luka-luka itu. Bahkan untuk menyentuh jemari nya saja tidak bisa, karena jemarinya melepuh.

“master, kami sudah berhasil membawa mereka semua” ucap sang pengawal menghampiri dengan segan.

“bawa ke markas, malam ini kita menuju kastil” perintah Jordan ingin memberikan ganjaran yang setimpal bagi para penjahat yang berani melukai Fiona.

Setiba di sebuah kastil di tengah-tengah pulau yang sangat luas dan indah, bernuansa putih dengan arsitektur bak istana dalam hutan. Kastil itu berhadapan langsung dengan sebuah kolam renang sangat luas yang berdampingan dengan pemandangan pasir pantai berwarna putih bersih.

Sangat indah sampai kastil itu di penuhi oleh warna putih tapi sangat sepi dan tidak ada kehangatan yang tampak di dalamnya. Sebuah tempat landasan kendaraan udara tepat berada di lantai paling atas kastil. Helikopter itu tiba dengan sebuah brankar yang terdapat seorang wanita. Dia memutuskan merawat Fiona di kastil pribadi miliknya. Seluruh pengawal dan pelayan menyambut di lantai atas sekaligus langsung melaksanakan perintah yang sudah di atur sedemikian rupa oleh tangan kanan Jordan.

Tatapan mata yang tidak mengenal rasa takut itu bertemu pandang dengan seorang lelaki yang menanti kedatangannya, tatapan lelaki itu memiliki banyak pertanyaan di benaknya. Dia segera menghampiri seorang lelaki yang sibuk membantu menurunkan benda berat itu dari pesawat.

Ya, pertama kalinya seorang Jordan sibuk dengan hal kecil yang seharusnya di lakukan oleh pengawal dan para pelayannya, yaitu membawa brankar menuju ke dalam kastil. Dengan sangat teliti dan hati-hati dia memperingati semua bawahan yang membantunya, jangan sampai ada benturan keras atau pergerakan yang akan mengganggu seseorang yang terbaring di atasnya.

“master, kamar tamu sudah di siapkan” tutur seorang lelaki yang ikut mendorong brankar itu menuju ruangan setelah keluar dari lift.

“tidak. Ke kamarku” ucap Jordan membawanya ke kamar utama kastil ini.

Semua alat medis langsung di pindahkan ke kamar utama oleh para pengawal. Baru kali ini suasana di sibukkan oleh perintah Jordan pada semua bawahannya. Perintah itu semuanya menyangkut keamanan, kenyamanan, dan paling penting kebutuhan juga keselamatan wanita yang sudah berbaring di atas kasur dengan semua alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Matanya tidak pernah berpindah selain terpaku menatap wanita yang tak kunjung membuka kedua benih indah yang sangat terang sampai membuka hatinya yang di penuhi kegelapan.

“aku tahu, banyak yang ingin kamu tanyakan Hendry” ujar Jordan sudah tahu isi kepala seorang pria yang menjabat sebagai asisten juga sekretarisb dari beberapa tahun lalu.

“siapa dia master?” tanya Hendry dalam kesunyian malam dengan cahaya redup mengelilingi kamar itu. Dia masih setia berdiri di belakang tuannya yang masih terduduk nyaman sembari menatap wanita di sampingnya.

“aku berutang banyak hal pada wanita ini” jawab Jordan dengan nada suara yang santai dan nyaman.

Hendry segera mengambil handphone nya, melakukan hal yang biasa dia lakukan setiap harinya. Seorang Jordan yang tidak pernah berutang pada siapa pun karena dia pasti akan menebusnya dua kali lipat jika ada hal demikian.

“tidak perlu Hendry, bahkan nyawaku saja tidak mampu untuk membalas satu utangku pada dia” lirih Jordan menahan Hendry melakukan tugasnya. Senyuman tulus yang dia berikan pada seorang lelaki yang sangat terkejut menerimanya.

Benarkah dia seseorang yang paling di takuti oleh tatapan juga sifat bagai hewan buas pada setiap musuhnya? Dia tahu caranya tersenyum, bahkan tatapan hangat itu seperti mengubah atmosfer dirinya.

Mata Hendry membulat, dia sepertinya tahu wanita yang terbalut perban ini. “apakah dia Fiona Anastasya?” terka Henry ingin mendengar jawaban pasti dari tuannya.

“Em. Seseorang yang kuperintahkan kepadamu untuk mencari informasi tentangnya, masa lalunya, keluarganya, juga keberadaannya” jawab Jordan membuat nya tidak bisa berkata-kata.

Bahkan dia saja sudah tidak bisa mengenali wanita yang dia selidiki karena kondisinya yang sangat kritis. “bagaimana bisa?” tanya Hendry merasa iba melihat Fiona yang tidak berdaya.

“ibu dan adik nya yang menyebabkan dia seperti ini” jawab Jordan.

“lalu, apa perintah selanjutnya master?” tanya Hendry sudah siap

“untuk saat ini, aku hanya ingin kesembuhannya" sentuhan lembut itu menyeka luka lebam di pipinya. "Cari siapa dalang di balik semua ini” perintah Jordan langsung memasang wajah iblis nya.

"Lalu..."

Hendry sedari tadi ingin menanyakan hal ini saat sang tuan tiba di kastil.

"Siapkan saja bir dan juga tembakau di ruang kerja ku"

Lelaki bertubuh besar dan tinggi itu tahu maksud bawahannya. Karena ini pertama kalinya setelah sekian tahun Jordan kembali ke kastil yang menyimpan pilu akan masa lalunya.

Jangan lupa meninggalkan jejak my beloved readers

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience