25 Pertemuan

Romance Series 9660

Saat ini wanita cantik itu terlihat sangat sibuk sebagai seorang dokter bedah yang bertugas di ruang gawat darurat (IGD)

Waktu yang hampir di habiskan seluruhnya di rumah sakit membuatnya terlihat baik-baik saja meskipun semua ini demi satu tujuan, yaitu kebenaran sesungguhnya demi sang ayah.

Menjadi petugas medis yang selalu berada di IGD siang dan malam juga melakukan operasi kapan saja dibutuhkan adalah tugas utamanya

Beberapa bulan sebelumnya..

Fiona berada tepat di ruangan seolah kepala ruangan pimpinan, seorang dokter yang sangat di kenal.

Sedikit terkejut dengan reaksi sang dokter melihat mantan pasien berada di ruangannya.

"Fiona?"

Dengan senyuman wanita cantik itu datang membawa sebuah berkas di tangan nya.

"Selamat pagi dokter" sapa Fiona pada seorang lelaki tua yang berumur dengan banyak pengalaman.

Dia adalah dokter atropedi yang merawat Fiona saat berada di kastil, lebih tepatnya adalah dokter pribadi Jordan yang bekerja di rumah sakit terbesar di dunia.

Dokter itu langsung melihat ke bawah, pasien yang mengalami patah kaki parah kini berjalan dengan baik di hadapannya. Sedikit rasa bangga pasien nya sembuh dan berjalan dengan baik

"Apa yang kamu lakukan di sini Fiona?" Tanyanya

Dia dipersilahkan untuk duduk di sebuah kursi sofa khusus untuk para tamu. Fiona memberikan berkas itu lalu menyerahkannya pada lelaki tua di hadapannya.

Matanya sedikit berkerut ketika membaca isi dari berkas itu. "Apa yang kamu inginkan Fiona?" Mata itu penuh dengan tatapan selidik, namun kembali santai dalam beberapa detik

"Kebenaran sesungguhnya!"

"Apa yang bisa kamu berikan kalau aku menjelaskan semuanya"

"Apapun!"

"Sekalipun kalau itu nyawamu?"

Fiona terdiam, dia dipenuhi oleh banyak beban pikiran di benaknya. Ya, semuanya harus setimpal dengan apa yang dia inginkan.

"Kenapa tidak menanyakannya langsung pada orangnya?"

"Aku tidak mampu mendengarkan langsung darinya"

Lelaki tua itu tahu maksudnya, bukankah wanita di hadapannya ini lebih dekat dengan lelaki tidak punya hati itu

"Baiklah kalau begitu"

Salah satu syarat agar Fiona mendapatkan semua informasi mengenai berkas itu adalah dengan bekerja di rumah sakit pusat.

Apapun akan di lakukan demi mendapatkan informasi yang berada dalam amplop, meskipun sudah beberapa bulan dia bekerja, lelaki tua itu belum memberikan penjelasannya, seolah mengulur-ulur waktu. Yah, setidaknya Fiona menikmati waktunya di rumah sakit.

Dengan senyuman yang merekah, Fiona mendapatkan informasi kalau seorang dokter umum akan bekerja bersama nya di rumah sakit itu, ketika melihat daftar namanya Fiona tahu kalau dokter itu adalah mantan kekasihnya. Sudah lama sejak percakapan itu mereka tidak pernah bertemu dan lagi Fiona belum juga kembali ke negaranya. Semua itu demi mencari informasi agar keluarga nya baik-baik saja.

Dia berlari sepanjang koridor menuju lobi utama gedung yang sangat besar, ingin menyambut nya dengan senyuman hangat seperti biasanya.

Langkah kaki itu terhenti ketika melihat pemandangan yang kembali melukai hatinya. Pandu dengan sangat hati-hati mengawal seorang wanita hamil yang akan melakukan kontrol bulanan, di tambah lagi ada sang ayah juga ibunya yang sangat bahagia menemani keduanya.

Sudah pasti cucu dari seorang Nugroho harus mendapatkan perhatian khusus, terutama rumah sakit pusat ini adalah yang terbaik dari segala aspek kesehatan. Sepertinya mereka akan tinggal lebih lama sampai bayi itu lahir.

Fiona bersembunyi di balik dinding, membekap mulutnya rapat-rapat menahan tangisnya, dia diam merenungi semuanya.

Menghampiri?

Dia tidak bisa lagi berpura-pura baik-baik saja melihat keduanya dalam ikatan. Tangisan itu ditelannya dalam diam, tidak mungkin mereka bisa kembali seperti dulu lagi. Keduanya sudah tidak ada harapan. Tapi percakapan terakhir mereka adalah hal yang Fiona tunggu.

Fiona berlari menuju ruang gantinya. Mengingat hal yang dia lakukan belakangan ini, setiap hari menghubungi sang ayah mengenai keberadaan nya tapi tetap saja semua itu selalu dihalangi oleh Tamara dan Natalia.

Tep

Seseorang menariknya masuk ruangannya, di dalamnya sangat sunyi tiada penghuni di dalamnya.

Dia tahu persis genggaman tangan yang kini bersamanya. Keduanya diam dengan tatapan mata yang sangat dalam, tidak perlu bersuara keduanya sudah saling memahami arti air mata yang mengalir deras di pelupuk mata Fiona meskipun dia mencoba menahan semuanya.

"Maaf..."

Tangan itu dengan lembut menyeka bulir air mata kepedihan. Tidak ada penolakan terhadap perlakuan itu, seolah dia menanti masa-masa itu terulang kembali.

"Aku masih... menyukai mu Ana"

"Apa janin di kandungan Natalia adalah anakmu?"

Dia diam tidak bergeming sedikitpun, saat ini juga Pandu kebingungan harus menjelaskan semuanya dari awal. Intinya saat ini dia juga sedang mencari jawaban atas semua yang telah terjadi selama ini.

"Setidaknya kamu harus bertanggung jawab atas semua perbuatan mu"

"Aku akan memperjuangkan hubungan ini Ana, kita berdua"

"Pergi"

"Ana, berikan aku waktu"

"PERGI!"

Bahu itu lemah tidak bertenaga, meninggalkan Fiona dalam amarah yang selalu saja dia sembunyikan

Tepat di depan pintu seorang lelaki langsung menangkap tatapan matanya yang indah, mata birunya sangat cerah sampai membuatnya lupa akan kesedihannya.

Perawakan tubuh yang tinggi, wajah tegasnya yang mendominasi, setelan jas bermerek melengkapi ciptaan yang sangat sempurna.

Mata yang sedikit sembab itu disadari oleh lelaki di hadapannya.

"Kamu menangis?"

Tatapan Jordan kembali datar, selalu saja pertemuan mereka selalu ada yang tersakiti. Perlahan langkah kaki itu menghampirinya.

Siapa?

Melihat banyak mata yang memperhatikan, Fiona menjaga jarak. Dia melangkah mundur untuk menyisakan jarak mereka. Kening Jordan berkerut, dia kembali dingin seperti dulu.

"Ana"

"Maaf. Saya harus kembali bekerja" lirihnya meninggalkan seorang lelaki yang tidak ingin dia temui untuk saat ini.

"Sepertinya karena lelaki itu" terka seorang lelaki datang menghampiri Jordan dengan posisi siap sedia di belakang nya.

"Aku tahu"

"Mari kita mulai pertunjukan ini" gumam seorang lelaki dengan seringainya.

Mata itu tidak berhenti melihatnya menghilang dari kejauhan, apalagi kaki yang sehat itu berjalan dengan langkah seirama dan terburu-buru.

Sebuah pertemuan seluruh direksi perusahaan yang bekerjasama maupun investor asing ikut mengikuti rapat besar-besaran yang dilaksanakan langsung tepat aula pusat penelitian medical center yang berdekatan dengan rumah sakit.

Tentu saja para direksi, CEO, dan para divisi utama sibuk membahas tentang pertemuan yang sangat mencengangkan bagi beberapa dari mereka. Sudah pasti Nugroho hadir karena dia telah mendapatkan investasi selama bertahun-tahun.

Hampir seluruh tamu yang hadir memiliki usia di atas 40 tahun, berhubung mereka semua adalah orang-orang hebat juga kepercayaan paman Jordan yaitu Wilson Smith.

Apalagi mereka yang baru saja mendengar kalau pemimpin besar medical center kini terkena serangan jantung dan mengalami koma semakin menambah nuansa mencekam saling menatap satu sama lain demi melindungi investasi mereka selama ini.

Sudah pasti mereka sudah menebak kalau rapat direksi saat ini adalah membahas tentang seseorang yang akan memimpin medical center selanjutnya.

Ruangan besar itu sudah dipenuhi orang-orang yang mendapatkan undangan. Kali ini semuanya tegang, apalagi tidak ada satupun yang tahu siapa penerus perusahaan selanjutnya. Sudah pasti banyak diantara mereka yang merasa cemas akan kehadiran pemimpin baru.

Klek

Pintu terbuka.

Seorang lelaki perawakan tinggi dengan postur tubuh yang kuat masuk dengan penuh wibawa. Mata hitam yang tajam melihat setiap sudut ruangan memastikan keadaan, para pengawal pun sudah berada di tempat mereka masing-masing.

Entah bagaimana tapi kali ini para orang tua itu merasa sesak dengan penjagaan seketat ini, sudah pasti seseorang yang memimpin kali ini memiliki karakter yang yang tidak bisa di anggap remeh.

Hendry memastikan semuanya dalam kendali langsung memberikan anggukan pada seseorang yang berada di luar.

Begitu Jordan masuk, semua orang langsung berpusat ke arahnya. Lelaki tampan yang sempurna baik postur tubuh maupun wajahnya yang tegas dan dingin, sorot mata itu menandakan penekanan dan pengendalian yang sempurna.

Para tetua di buat bingung, wajah itu sangatlah mirip dengan seseorang yang menciptakan medical center beberapa puluh tahun yang lalu.

Jordan tahu tatapan mata mereka, penuh dengan semua emosi yang menyatu dengan suasana hening dan kekaguman.

"Seperti dugaan kalian semua. Saya adalah anak dari Alexander Lemos dan Iriana Smith"

Semuanya langsung riuh saling menukar pro dan kontra pada lelaki yang sedang santai di atas koridor aula.

"Tenang saja, dia atas meja kalian sudah ada berkas mengenai data diri juga tes DNA orang tua saya"

Semuanya langsung melihat berkas yang terdapat di dalam amplop coklat besar di hadapan mereka. Semuanya tercengang melihat kenyataan bahwa benar Jordan adalah anak dari pemilik perusahaan terbesar di dunia.

Dan yang paling membuat mereka tidak bisa menyanggah bahwa Jordan yang akan mengambil alih perusahaan adalah data diri yang dipenuhi oleh prestasi baik akademik maupun non-akademik. Bisa di bilang Jordan memiliki semua kriteria seorang pemimpin di usianya yang ke 27 tahun.

"Bagi kalian yang tidak menerima keputusan ini, silahkan berurusan langsung dengan sekertaris saya untuk menandatangani surat pemberhentian ataupun memutuskan kontrak investasi dari perusahaan"

Semuanya di buat tegang akan rapat calon pemimpin yang sudah diambil alih oleh penerus sesungguhnya. Ada rasa takut bagi mereka yang memiliki rahasia ataupun penggelapan dana perusahaan, ada juga yang menerima dengan setulus hati dengan senyuman bangga yang mereka nanti-nanti, terutama kepala rumah sakit medical center.

Terutama bagi empat perusahaan besar, termasuk perusahaan ayah Fiona yang kini berada di ujung tanduk. Meskipun Jordan tahu rahasia itu, dia tetap saja santai seolah tidak tahu apa-apa, dia hanya menunggu waktu kehancuran mereka dengan tenang sesuai melodinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience