49 Pergi

Romance Series 8478

Fiona memberontak, semua usaha untuk membujuk Pandu agar tidak bertemu dengan Jordan kini sirna saat mobil itu terparkir didepan halaman pintu masuk utama.

Jantung Fiona bergetar hebat, keringat dingin membasahi pipinya, ditambah lagi dia sudah diselimuti oleh selimut putih kini melingkar di tubuhnya.

Wajah datar penuh amarah menarik paksa wanita yang menolak untuk turun, para pengawal yang berjaga memasang dada menjaga keamanan.

Lengan kecil itu tidak berdaya mengikuti langkah kaki yang cepat ingin masuk menuju ke dalam.

Apalagi kondisi Fiona yang berantakan bukti bahwa dirinya sudah melakukan sesuatu. Tepat berada di ruang utama yang sangat megah dan luas, seorang lelaki tinggi bersandar di lemari besar dengan pandangan yang suram.

Tatapannya sudah membuat Fiona tidak berdaya di belakang Pandu. Terlebih dia sudah berbohong pada Jordan.

Menundukkan dirinya tidak ingin mendapat tatapan dingin dari lelaki di hadapannya. Bahkan Hendry hanya bisa menunduk menemani tuannya yang sangat menakutkan

"Sepertinya, kalian habis bersenang-senang" ujarnya dengan santai.

"Anda tidak berhak atas dirinya Tuan Alexander"

Kalimat itu berdengung disekelilingnya, tidak ada tanda-tanda kalau keduanya akan tenang.

Mata sipit Jordan mengarah pada Fiona, pakaian yang berantakan. Kalau saja selimut itu tidak ada, pasti tubuhnya akan terlihat dengan jelas.

Perlahan Jordan mendekati wanitanya, senyum tipisnya membuat Fiona merinding tidak berkutik. Menarik selimutnya dengan perlahan, tangan mungilnya menutupi beberapa bagian baju yang sobek.

"Kenapa tandanya semakin banyak?" Bisik Jordan tepat di telinga Fiona.

Tidak ada jawaban, melainkan dia semakin diam dan menunduk. baru kali dirinya tidak berani menatap bola mata Jordan, baru kali ini dia tidak melakukan hal seperti biasanya

Bug!

Pandu yang ingin melerai keduanya kini terhempas jauh karena satu pukulan mengenai bagian tengah dada nya.

"Pandu!"

"Ughh!" Rasa sakit yang tak tertahankan, seluruh tubuhnya merasakan remuk. Pandu tidak sanggup menggerakkan tubuh nya, dia masih terbaring lama di lantai

Berat hati Fiona untuk melangkah membantu, tapi kondisinya sepertinya sangat kesakitan sampai-sampai dia tidak menyadari kalau Jordan tidak pernah memalingkan wajahnya ke arah lain selain Fiona.

Gambaran wajah yang sangat khawatir semakin membuat Jordan kehilangan akal sehatnya. Saat Fiona melangkah maju,

"Berhenti atau aku akan membunuhmu" lirih Jordan menahannya.

"Lakukan. Bukankah ini yang kamu inginkan" Fiona menepis tangan Jordan yang berada di lengannya.

"Pandu. Kamu harus tetap sadar, kita harus ke rumah sakit" ucap Fiona sudah turun tangan membantu lelaki yang terkulai lemas.

"Hendry!" Panggil Jordan langsung menarik Fiona dan membawanya ke kamar.

Tiada lagi rasa hangat di kamar itu, sesak yang mencekik pernafasan menahan emosi di dalam dirinya.

"Hanya karena hal kecil kamu sampai seperti ini. Bagaimana jika aku benar-benar menghilang dari pandangan mu" ucap Fiona dengan lirih.

Mata Jordan menyorot tidak menyangka. Wanitanya kini hilang dalam genggamannya.

"Kamu berani?" Jordan menantang dengan raut wajah yang angkuh.

Fiona terdiam, melihat raut wajah yang kini tidak stabil sudah pasti dirinya akan benar-benar mati di tangan Jordan jika menentang.

"Asal kamu tahu Fiona, aku bisa mengerahkan semua orangku untuk mencari mu ke seluruh penjuru dunia. Jadi jangan pernah berharap kamu bisa hilang dalam pandanganku"

Jordan kehilangan akal bahkan sampai melukai Fiona dengan kalimatnya.

"Jadi sebaiknya kamu menuruti semua keinginanku atau orang-orang yang kamu kasihi akan mati di tanganku"

Brakk!

Hendry berlari masuk tanpa izin ke kamar mereka. Raut wajah yang cemas ingin memberitahu informasi penting yang tidak bisa di tunda lagi.

"Tuan..." Lirih Hendry ketakutan. Dia sangat gugup sampai tidak bisa mengeluarkan kata-kata nya. Apalagi Fiona tidak berkutik di atas sofa masih memeluk tubuhnya yang berantakan

"Katakan! Apa kamu ingin kehilangan mulutmu!"

Dengan berat hati pandangan Hendry menatap kasihan pada Fiona.

"Nugroho sudah tiada"

Fiona yang meringkuk berjalan perlahan menghampiri Hendry. Suara samar-samar itu tidak terdengar jelas sampai dirinya tidak mampu mendengar

"Maksud mu apa Hendry?"

"Maaf dokter"

"Katakan dengan jelas Hendry!"

"Ayah anda sudah meninggal"

Fiona tersungkur tidak berdaya. Dia yang rela kehilangan harga diri demi ayahnya, bahkan berkorban akan segalanya kini itu semua sudah tidak berarti lagi.

"Ana!"

Fiona dengan kekosongan tatapan matanya menghempaskan rangkulan tangan itu dengan kasar. Apalagi reaksi Jordan tampak biasa-biasa saja tanpa rasa bersalah

"Kontrak kita sudah selesai. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk mengikuti semua perintah mu" lirih Fiona menjadi hampa.

"Ana"

"Jordan Alexander Smith! Ini semua karena kamu! Kamu yang membunuh ayahku!"

"Fiona. Aku tidak membunuh ayahmu"

"Jangan menyentuh ku! Kamu sudah tidak berhak atas diriku"

"Dengarkan aku"

Plakk

"Sampai saat ini pun, kamu hanya memperdulikan perasaan mu. Bahkan kamu tidak pernah sekalipun menceritakan kondisi ayahku kepadaku"

"Ana, aku selalu memperlakukan mu dengan tulus"

"Seharusnya aku tidak menolong mu saat itu. Seharusnya kita tidak pernah bertemu. Dan yang seharusnya mati itu kamu Jordan! bukan ayahku!"

"Fiona Anastasya!" Teriak Jordan ingin menenangkan kecemasan Fiona

"Tenyata ini sifat aslimu. Binatang yang tidak punya perasaan. Orang seperti mu tidak pantas berada di dunia ini!" lirihnya sedikit bergetar.

Kata-kata itu akhirnya bergeming di telinga Jordan. Genggam yang mencengkram itu dilepas nya dengan rela.

"Benar. Aku yang telah membunuh ayahmu. Binatang seperti ku memang tidak mempunyai perasaan bahkan rasa bersalah karena telah membunuh mangsanya"

Kebencian masih terlihat jelas di mata Fiona. Tapi hatinya sedikit luka melihat tubuh kekarnya tidak lagi berdiri dengan tegak setelah kalimat itu terucap dari bibirnya.

Kini waktu tidak bisa memberi kesempatan untuk keduanya. Fiona harus kembali dan harus mengakhiri. Semuanya...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience