19 Dua Gadis Cantik

Romance Series 7177

Dua gadis kecil sedang bermain bersama di taman, memetik bunga-bunga yang bermekaran sembari menunggu seseorang datang menghampiri mereka

Gaun yang sangat indah seperti princess terbalut indah pada dua gadis kecil bersama dengan mahkota mutiara yang sangat cantik di kepalanya

Yang membedakan keduanya hanyalah warna rambut dan warna mata yang berbeda. Satu nya memiliki warna coklat terang seperti teh dengan rambut hitam panjang mengkilap satunya lagi dengan mata berwarna hijau bagaikan permata yang bersinar dengan rambut pirang emas nya.

Kedua gadis itu berlari riang gembira tiada beban.

"Natalia, Fiona, kita harus berangkat sekarang" panggil seorang wanita yang sudah berpakaian rapi dan mewah

Kedua gadis itu menghampiri dengan senyuman. Naik ke atas mobil yang sudah disiapkan oleh supir pribadi, kedua gadis kecil itu duduk dengan tenang mengikuti arahan sang ibu.

"Kalian berdua tidak boleh jauh-jauh dari mama. Jangan menimbulkan keributan" pesan Tamara di jawab anggukan oleh keduanya

Tiba di sebuah acara ulang tahun seorang anak pejabat yang memiliki hubungan baik dengan keluarga Nugroho, sudah pasti mereka akan hadir meskipun sang suami sedang dalam perjalanan dinas.

Kedua gadis kecil itu masuk dengan membawa sebuah kado di tangan mereka. Tatapan mata penuh dengan kekaguman para wanita-wanita di ruangan itu, tatapan yang tertuju pada seorang gadis lugu dengan rambut emasnya juga mata hazel terang yang menebarkan senyum pada setiap orang yang menatapnya.

Wanita separuh baya yang membawanya datang tentu saja bangga membawa anak-anak nya dan mendapatkan pujian dari orang-orang. Tapi sayang, tanpa dia sadari pujian mereka membuat seorang gadis kecil dijadikan perbandingan sampai membuatnya malu.

"Ayuk sayang, berikan hadiah nya"

Keduanya sama-sama memberikan hadiah itu dengan sopan, meskipun wajah Natalia sudah tidak baik-baik saja.

Sepanjang perayaan ulang tahun, yang menjadi objek para tamu adalah gadis kecil yang sangat cantik dengan kulit putih mulus yang tidak biasa. Di benak mereka, dia seperti putri dari dongeng, dia bukanlah putri dari negara ini.

Dari rasa bangga menjadi muak dengan semua pujian yang di dapatkan bukan untuk anak kandungnya, melainkan anak angkat yang kini selalu menjadi pion dalam setiap pertemuan bisnis ataupun acara lainnya. Fiona terkenal diantara rekan-rekan bisnis bahkan orang-orang perusahaan karena kecantikan juga keramahan yang dia miliki. Bahkan, Fiona juga selalu membantu ayahnya dalam hal bisnis dan urusan perusahaan. Bahkan tidak sedikit yang menaruh hati padanya ataupun ingin menjodohkan anak-anak mereka dengan Fiona.

Brakk

"Ahh!"

"Berhenti! Sakit!"

"Aku membencimu Fiona!"

Saat ini dua gadis kecil itu sedang berkelahi, lebih tepatnya Natalia kecil sedang menggunting gaun princess yang masih terbalut di tubuh Fiona.

"Aku tidak suka kamu memakai semua ini!" Keluh Natalia merobek habis pakaian itu sampai tidak layak lagi.

Brukk

"Kubilang berhenti!"

Dengan sekuat tenaga Fiona mendorong adiknya sejauh mungkin, beberapa luka juga goresan gunting membekas di tubuh Fiona karena mencoba memberontak.

Mata tajam gadis kecil itu semakin dalam menatap Fiona dengan benci, lagi-lagi dia mengambil gunting itu lalu menjambak rambut emas Fiona dengan kasar menariknya sekuat tenaga sampai ada beberapa yang rontok.

"Tidak boleh! Ayah melarang untuk memotong nya!" Tolak Fiona tahu maksud dari Natalia ingin menggunting habis rambut itu.

"Kamu bukan kakakku, aku membenci rambut ini!" Ucap Natalia menggunting dengan sembarang rambut panjang itu dengan mata penuh kebencian.

"Cukup!" Teriak Fiona ingin membela diri, tapi gunting itu menggores pipi Natalia sampai mengeluarkan darah

"Arghhhhh!" Teriak Natalia melihat darah di tangan nya.

Fiona dengan cepat mengambil gunting itu dan menyembunyikan nya sebelum Natalia berulah lagi.

Pintu di buka dengan paksa, Tamara masuk ke kamar itu dengan penuh cemas, melihat dua gadis itu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja

Penampakan Fiona yang sangat lusuh dengan gaun sobek juga banyak helai rambut bertebaran di mana-mana, tangis Fiona gemetar ketakutan

Ketika Tamara melihat sang anak dengan tangisan yang sangat besar sedang menutupi pipi nya yang sudah berdarah, seketika wanita itu menghampiri anaknya yang terluka.

"Apa yang terjadi!?"

"Hiks hiks Fiona..." Mata tajam itu melirik ke arah Fiona.

Anak lugu yang gemetar itu hanya bisa menatap wajah sang ibu berharap untuk mengerti situasi yang terjadi.

Tangan kecil Fiona menyembunyikan gunting yang berada di tangannya. Tamara yang melihatnya curiga dan langsung menarik tangan tersembunyi yang berada di belakang tubuhnya

Sret

"Kamu ingin membunuh anakku!" Geram Tamara meremas kuat tangan Fiona.

"Tidak mama, Fiona tidak sengaja" lirih nya terbata-bata.

Plak!

Tanpa banyak bicara, Tamara langsung menggendong anaknya untuk segera mendapatkan penanganan, dokter pribadi langsung datang untuk memeriksa luka gores yang bahkan Fiona juga ikut mendapatkan nya.

Tatapan mata polos itu hanya bisa melihat dari kejauhan, dia hanya bisa diam melihat sang adik di pelukan sang ibu mendapatkan perawatan dari dokter.

Sedangkan dirinya bersandar di depan pintu menunggu sang ibu memanggilnya dan mengobati lukanya sama seperti yang adiknya dapatkan.

Tapi tatapan mata penuh amarah terlihat dari seberang sana, tatapan mata itu sudah mampu membuat nya takut dan gemetar, apa daya dia kembali ke kamarnya, duduk bersandar di sudut ruangan dengan tangisan tanpa suara.

Rambut indah itu sudah tidak sama lagi panjangnya, luka-lukanya kini terasa perih, dan pakaiannya sudah tidak sempurna lagi.

Klek

Tatapan mata penuh harap pada seseorang yang datang, berharap kalau dia akan mendapatkan pelukan hangat lagi seperti biasanya.

"Mama..." Tangisan itu pecah, dia tahu kalau wanita di hadapannya pasti akan datang menghampiri nya dengan tenang.

"Aku sudah muak dengan semua ini!"

Kalimat itu membuat tangisnya terhenti, tatapan mata itu menjadi hilang semangat pada orang di hadapannya.

"Kamu harus di beri pelajaran Fiona"

Fiona ditarik paksa oleh sang ibu menuju ke sebuah ruangan berdebu, ruangan yang penuh sesak dan dipenuhi kotoran. Ruangan redup yang ditinggali oleh hewan-hewan yang menyukai barang-barang bekas dan kotoran.

Fiona berada di dalam gudang, "sia-sia aku merawat mu, kamu ingin melukai adik mu! Jangan harap itu terjadi lagi Fiona!"

"Maafkan Fiona mah, Fiona tidak sengaja hiks hiks" lirih gadis kecil itu dengan ketakutan

"Mulai detik ini, jangan pernah mendekati anakku atau aku akan membunuhmu" peringat Tamara sangat amat mencintai anaknya, anak semata wayangnya. Anak yang dia dapatkan dengan penuh usaha dan kerja keras, sudah pasti dia tidak akan membiarkan hama ataupun serangga mendekat ataupun melukainya.

"Kamu bisa keluar dari tempat ini saat adikmu memaafkan mu" pesan Tamara berlalu pergi meninggalkan tempat itu tanpa peduli dengan gadis kecil yang sangat ketakutan berada di ruangan gelap sendirian.

"Mamah...hiks hiks maafkan Fiona" lirihnya mengetuk pintu dengan keras. Rasa takut berada di ruangan gelap itu hanya bisa dikeluarkan nya dengan tangisan yang tiada henti-hentinya.

"Mama...Fiona takut"

"Mama...maafkan Fiona!"

"Mama...buka pintunya"

"Mama... Fiona salah, Fiona minta maaf"

Suara itu sama sekali tidak pernah dia anggap tidak satupun di rumah dia itu berani menolong, mereka diam seribu bahasa.

"Mama"

"Apa sayang?"

"Fiona mana?"

"Dia sedang di hukum"

"Aku membencinya"

"Kenapa kamu membencinya?"

"Dia selalu mendapatkan pujian dari orang-orang, terutama..."

"Terutama...?"

"Aku tidak suka melihat rambut emas itu!"

"Baiklah, kita bisa mewarnainya seperti rambut mu"

"Aku juga membenci mata hijaunya!"

"Apa kita harus mencungkil nya?"

"Tidak perlu, aku hanya ingin dia menuruti semua keinginanku"

"Baiklah kalau itu maumu"

"Mama"

"Apa lagi sayang?"

"Aku ingin menjadi yang terbaik dari Fiona"

"Kamu bisa menjadi yang terbaik diantara semua gadis di dunia ini"

Tidak terasa waktu malam sudah terlewati, Fiona yang terbaring di lantai gemetar merasakan hawa dingin yang menembus kulitnya. Sepanjang malam tangisannya bergema di ruangan itu meminta pengampunan tapi sama sekali tidak didengarkan.

Klek

Pintu itu terbuka lebar, Tamara tersenyum cerah melihat gadis yang masih terbaring di lantai dengan kotor.

"Mama" lirih Fiona terbangun merasakan sinar masuk ke gudang itu melalui pintu

"Kamu sudah menyadari kesalahan mu?" Tanya Tamara dengan lembut dan penuh kasih

"Fiona akan melakukan apapun asalkan mama tidak meninggalkan Fiona lagi" ucapnya dengan penuh rasa bersalah.

"Berarti kamu akan melakukan apapun demi mama?"

Gadis itu mengangguk dengan yakin, dia tidak ingin lagi ditinggalkan sendiri, dia tidak ingin mendapatkan tatapan tajam dari wanita yang sangat dia cintai.

"Kalau begitu, mama tidak suka dengan warna rambut Fiona. Apakah kamu tidak keberatan jika mama mewarnainya?" Tanya Tamara dengan penuh rayuan lembut

"Asalkan mama tidak meninggalkan Fiona lagi"

"Mama tidak akan meninggalkan Fiona"

"Baiklah, Fiona mau mewarnainya" jawabnya langsung mendapatkan pelukan dari sang ibu.

Tapi lama kelamaan, gadis itu tumbuh menjadi dewasa, dia tahu mana hal yang benar dan buruk, dia tahu kalau seandainya ada keputusan yang tidak bisa menguntungkan nya melainkan merugikan dirinya.

Rayuan itu sama sekali tidak lagi dia dapatkan, tapi jika dia menolak tamparan ataupun ancaman akan dia dapatkan dari sang ibu maupun sang adik yang semakin membuat mereka seenaknya terhadap diri Fiona bahkan pakaian maupun pola hidupnya sang ibu ikut terlibat langsung didalamnya

today I uploaded two episodes, don't forget to comment and rate

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience