31 My first time

Romance Series 7177

Brukk!

"Ugh"

Lelaki tua itu terlempar kuat sampai bertempur dengan dinding. Fiona masih memejamkan matanya mendengar benturan keras sampai membuat lelaki tua itu tidak berdaya.

"Sudah kubilang tetap bersamaku, tapi kamu selalu saja membuat masalah" keluh seorang lelaki dengan raut wajah santainya.

Di sela waktu dia masih bisa menyeka rambutnya yang sedikit berantakan dengan sebelah tangannya, satunya lagi masih dengan santai berada di pinggangnya.

Postur tubuh tinggi dengan pakaian serba hitam menerobos masuk melalui jendela. Siapa lagi yang berani melakukan itu kalau bukan lelaki yang selalu ada untuknya

Dia tahu suara ini, suara yang mampu menenangkan dirinya setiap saat.

Melihat kondisi tubuh gemetarnya, belum lagi kedua tangan yang terikat kuat membuat mata Jordan menyipit menatap lelaki tua yang sudah tidak sadarkan diri di lantai.

Ikatan itu terlepas, Jordan menariknya ke atas pangkuannya. Matanya menyipit melihat bekas ikatan dasi yang memerah di lingkaran tangan nya. Belum lagi bibir ya gemetar basah, mengigit bibir bawah nya

Tubuh itu menggeliat merasakan panas yang menjalari tubuhnya, melihat kondisi Fiona yang tidak baik, dia kembali bertanya

"Kenapa?"

"Ada yang tidak beres" gumam Jordan melihat tubuh Fiona dengan pupil mata yang membesar di pangkuan nya.

Jordan menarik dagu itu ke arah wajahnya, membuka sedikit rongga bibirnya lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut Fiona merasakan setiap sudut bahkan lidahnya masuk lebih dalam sampai Fiona semakin menggeliat merasakan sentuhan dan sensasi hangat di dalamnya.

Kening Jordan berkerut, sepertinya dia diberikan perangsang dengan dosis yang sangat kuat sampai membuatnya tidak berdaya. Saat ini obat tidak akan lagi bekerja karena efeknya sudah bekerja

"Di mana dia menyentuh mu?"

Fiona menggeleng, dia tahu kalau lelaki di hadapannya pasti akan membunuh siapapun yang menyentuhnya.

Jordan terkekeh "apa milikku tidak kuat sampai membuat mu mecari lawan lain?"

Tangan kekar itu menangkup wajahnya dengan santai.

"Lagi"

"Bicara yang jelas Ana"

"Sentuh aku lagi, rasanya sangat panas" lirih Fiona masih berada di atas pangkuannya.

Wajah yang memerah semu itu semakin memainkan tangannya menyentuh tubuh Jordan dengan rakus.

Jordan berdecak kecil, "memohon lah Ana"

"Aku... menginginkan mu" lirih Fiona langsung di bawa pergi dengan cepat.

Brakk

Pintu utama terbuka dengan sekali tendangan, pemandangan yang sangat menarik mata tapi mereka tidak berani melihat nya.

Seorang master yang sangat disegani menggendong seorang wanita terbungkus dengan selimut. Wanita yang terlihat mungil dalam pelukannya tanpa suara

"Beritahu Hendry untuk mengosongkan jadwal Fiona selama beberapa hari ke depan" pesan Jordan sebelum masuk ke kamarnya.

Dengan sedikit kasar Fiona terbaring di atas kasur besar bernuansa putih dengan selimut nya.

Jordan langsung naik ke atas menangkup bibir itu, melahapnya dengan brutal dan rakus. Anehnya Fiona menyukainya

Fiona semakin pusing, dirinya sendiri sudah tidak bisa terkontrol. Melepaskan gaun merah itu dengan sekali sobekan tangan kekar yang juga tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Ugh" dia kembali mendapatkan ciuman, ciuman yang dalam.

"Mari lakukan pemanasan, aku tidak ingin melukai dirimu" ucap Jordan sama sekali tidak lagi dipahami oleh wanita yang berada di bawahnya. Yang dia inginkan hanyalah sentuhan yang lebih dari sebelumnya

Menatapnya dengan dalam, tangan itu mulai menjalari tubuhnya, mengecup bibirnya, dadanya bahkan memberikan sedikit gigitan kecil yang membuat Fiona mendesah nikmat

Tangan itu membelai pusat, turun ke pahanya sampai ke ujung kakinya.

Pinggang Fiona bergetar hebat ketika jari itu bermain di kedua bibir bawah nya lalu masuk ke dalamnya, terdengar desahan keluar dari bibir sexy itu

Jordan menyeringai, "kamu sudah sangat basah Ana"

Sembari tangan nya bekerja, satunya lagi menahan pinggang yang ingin patah merasakan sensasi hangat yang luar biasa.

Payudara itu sudah membusung padat dan indah, dengan senyuman pria itu menyusu seperti anak kecil, mengisap nya dan memainkannya dengan lidah nya, Fiona kembali menggeliat dia menikmati sensasi yang memabukkan pikirannya

"Ah"

Suara itu semakin menambah efek sensual di telinga Jordan. Kali ini dia tidak akan membiarkan kabur wanitanya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Fiona melihat lelaki itu sudah berada di bawah

"Ini mengalir, aku akan menghentikannya"

Jordan perlahan menundukkan kepalanya, menatapnya beberapa saat dengan sangat jelas.

"Jangan lihat" tangan mungil itu menutupi bagian bawahnya

"Apa memang semulus ini?" Tanya Jordan tidak melihat adanya bulu di bagian kewanitaan Fiona, terlihat sangat menggoda dan bersih. Warnanya pink muda, terlihat seperti buah segar yang siap untuk dinikmati

"Kamu sendiri yang memaksa Ana, tiada jalan untuk kembali"

"Ahh!"

Matanya terbuka lebar-lebar ketika alat pengecap itu masuk ke dalamnya, menjilatinya dengan lembut dan semakin masuk ke dalamnya, bahkan gigitan di pahanya sedikit memberikan warna merah membekas

Tubuhnya meringkuk merasakan sensasi lembut yang menggesek tumbuhnya. Fiona mundur tapi tangan kekar itu sudah menahannya tidak bisa bergerak lagi

"Ahh... berhenti..."

Jari tengah tebal itu masuk dengan paksa, air mata tidak hentinya mengalir deras dengan desahan keluar.

"Komohon..." Lirihnya terbata-bata

"Aku ragu punyaku tidak akan masuk kalau kamu menyuruhku berhenti" ucap Jordan masih menggosok jarinya keluar masuk dengan cepat.

"Ahh..ahhh sudah cukup!"

Fiona semakin mendesah ketika dua jari masuk menambah posisi bagian dalamnya

"Milikku tidak cukup Ana kalau hanya satu jari" Jordan menambah satu jarinya masuk lebih dalam.

"Ughh.. Jordan" lirih Fiona membuat lelaki itu terdiam beberapa saat. Suara itu sudah tidak mampu membuat nya sabar menunggu

Jordan melepaskan celananya, terlihat benda panjang yang besar sudah berdiri tegak tepat di hadapan nya.

Fiona kembali membuka matanya lebar-lebar, itu tidak normal dari ukuran biasanya. Berurat dan memerah.

"Berhenti menggoda ku Ana" lirih Jordan. Menatap wanita cantik di bawahnya yang dipenuhi oleh keringat juga air mata yang mengalir deras. Setidaknya kemanusiaan Jordan sedikit menyentuh,

"I'll be gentle"

bisiknya di telinga Fiona, setidaknya tangisan itu sedikit mereda bersama dengan tubuh nya yang gemetar. Membelai nya lembut memberikan kecupan mesra di setiap wajahnya.

"Rileks Ana, aku tidak ingin kamu terluka"

Perlahan benda itu masuk dengan hati-hati, sedikit memaksa masuk, rahang itu menegang dengan tatapan mata penuh nafsu. Benda yang besar itu sulit untuk masuk. Suara desahan semakin banyak, semakin lama dan semakin panas.

"Ahh, sakit!"

"Aku baru memasukkan setengahnya"

"Pelan-pelan"

"Ughh, sangat sempit"

"Ahh, Jo!"

Terdengar suara kulit bertabrakan. Jordan mendorong tubuh nya ke dalam dirinya. Dia tidak bisa menahan tangisnya, begitu benda itu masuk, kenikmatan luar biasa dan rasa sakit yang menyatu menjadi satu.

"Jangan bergerak! Ugh ahh!" Desahan Fiona tidak ingin benda itu dicabut keluar, Jordan juga kesulitan merasakan sensasi yang terus menerus menariknya lebih dalam

Perutnya terasa penuh sampai nampak sebuah benjolan, tangis itu sama sekali tidak dipedulikan oleh lelaki baik hati yang masih menahan dengan sekuat tenaga agar wanitanya tidak terluka merasakan ukuran yang tidak normal baginya.

"Apakah sakit?"

Khawatir ketika dia menarik miliknya keluar diikuti oleh darah segar yang ikut mengalir.

Fiona mengangguk, sepertinya efek obat nya masih belum hilang. Jemari kecil itu meraih wajahnya, kemudian mengecup bibirnya dengan lembut.

"Berhenti atau aku akan melakukan sesuatu di luar naluri ku" tahan Jordan masih bersikap rasional.

"Kumohon" lirih Fiona menatap nya. Wajah itu sudah mampu memberikan arti kalau Jordan bisa melakukan apa saja.

"Ah ah ah.." desahan keluar dari mulutnya, kali ini gerakan itu semakin cepat, didominasi oleh benda tegang yang masih kekar dan kuat di dalamnya. Gertakan juga sentakan beriringan keluar dari bibir atas juga bawah nya

Fiona sudah di luar kendali, lelaki yang bersamanya kini sudah tidak lagi normal, bahkan tatapan matanya menyoroti setiap inci tubuhnya dengan kecupan bahkan gigitan yang semakin sensitif.

"Ahh, ohh Ana..."

Jordan semakin gila merasakan sensasi rahim yang sangat panas, miliknya seperti di sedot paksa setiap kali dia mencoba menariknya keluar.

"Ah... berhenti Jo...aku tidak tahan lagi" lirihnya merasakan sesuatu akan keluar dari dalamnya dirinya.

Entah sudah berapa kali cairan putih itu tergenang keluar dari tubuhnya, tapi lelaki di atasnya tidak membiarkan cairan itu tumpah dengan sendirinya

"Mari lakukan bersama"

Sebuah hentakan keras kulit yang bertabrakan semakin dalam mengakses masuk ke tubuhnya.

"Ahh~" deru nafas keduanya saling bertabrakan, tubuh kekarnya terjatuh memeluk tubuh Fiona yang sudah berkeringat.

Tidak lupa memberikan kecupan mesra di keningnya. Sedikit memberikan jeda melihat Fiona sudah sangat kelelahan.

Cup

Wajah itu terlihat kaget, Jordan kembali mendapatkan kecupan singkat di bibirnya.

"Terimakasih" ucapnya sambil tersenyum.

Fiona merasakan benda keras yang panjang itu menegang dan semakin membesar di atasnya

"Kali ini, kamu yang akan bertanggungjawab atas milikku Ana"

Fiona menggeleng cepat, tubuhnya sudah tidak sanggup lagi melakukan nya, entah sudah berapa lama mereka melakukannya

"Jangan menyesali nya Ana"

Bibir itu kembali di lahap dengan rakus, kali ini setiap sentuhan itu rakus ingin melahapnya dengan paksa, mata Jordan tidak lagi hangat seperti biasanya, kini tatapan itu mejadi tajam ingin menerkam mangsanya dengan kasar

Dia mencoba untuk kabur, tapi kakinya di tariknya dengan kuat dan membalikkan tubuhnya dengan kasar

"Kali ini aku akan melakukan nya dengan sungguh-sungguh" bisik lelaki yang berada di belakangnya dengan suara yang dingin dan berat

"Ahh"

Benda berurat itu masuk tanpa memberi aba-aba, mendorongnya dengan gerakan pelan, semakin lama dia semakin mempercepat ritmenya

"Ahh, terlalu dalam!"

Kali ini tangisan rasa sakit lebih mendominasi permainan, dengan kasarnya benda perkasa milik Jordan menembak keluar masuk tanpa memberikan jeda.

Tangis Fiona terbendung memeluk bantal menahan rasanya.

"Ahh! Fuck Ana!" Lagi-lagi Jordan mendesah merasakan miliknya semakin menegang keras dan panas.

Kalimat-kalimat yang Fiona tidak mengerti hanya bisa tenggelam dalam tangisannya.

Fiona mengakui, pengalaman pertama nya benar-benar di luar nalar bahkan lebih brutalnya dan buas bersama lelaki ini, tapi perlakuan yang dia dapatkan darinya sama sekali tidak membuatnya membenci pria yang masih menggempurnya habis-habisan sampai dia tidak sadarkan diri di waktu hampir fajar menyingsing.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience