53 Lost you

Romance Series 8479

Jordan tidak sadarkan diri selama dua hari, para dokter ahli mengalami kesulitan melihat kondisi dan diagnosis yang sesuai dengan kondisinya, tapi tidak ada satupun yang mampu menguak sampai ke inti dari penyakitnya.

Semuanya menyarakan agar Jordan segera dimasukkan ke ruangan khusus agar dijadikan sebagai bahan penelitian, tapi dokter Ederson dan Hardin tidak mengizinkan.

Jordan akan semakin gila jika harus kembali ke karantina laboratorium penelitian nya. Sekalipun tubuhnya kekar dan sempurna tapi dia adalah manusia yang cacat.

Hingga akhirnya semua usaha dokter Ederson tidak ada gunanya. Mereka berdua dipenuhi dengan kebingungan yang nyata, tidak ada berita dari Nyonya Elizabeth dan Hendry sampai saat ini. Jawaban apa yang harus mereka berikan jika Jordan tidak melihat Hendry.

"Ayah"

"Jangan tanyakan apapun Hardin, aku tidak memiliki jawaban"

Suara gonggongan anjing terdengar dari luar. Hardin tahu suara anjing itu, mereka adalah sky dan alfa.

Hardin segera melepaskan rantai di leher mereka yang berada di taman, keduanya berlari masuk ke kediaman menghampiri Jordan yang berada di kamarnya.

Kedua anjing itu begitu paham, mereka segera mengambil tempat di sebelah Jordan. Mereka tidak menggonggong, tapi seperti berbicara seolah ingin membangunkan tuan mereka.

Tangan Alfa menepuk-nepuk dada Jordan, sementara Sky menjilati wajah Jordan lalu bersandar di dadanya.

Jordan merespon, dia menyadari kedua anjing nya menemaninya dengan setia. Merasa tubuhnya sulit bergerak seperti ada yang mengikat nya.

Saat membuka matanya, dia melihat dua lelaki mengenakan jas putih sembari menatap ke arah nya. Keduanya kaku dan terpaku menatapnya dengan tatapan penuh kecemasan.

Meskipun rasa sakitnya tidak seperti semalam, tapi dia masih mampu menahannya untuk beberapa saat.

"Mana Hendry?"

"Aa...dia sedang..."

"Bukankah tuan menyuruhnya untuk mencari dokter Fiona?"

"Hardin. Lepaskan rantai ini"

Hardin menolak "maaf ini yang terbaik"

"Hardin, meski aku terlihat lemah, ikatan ini sangat mudah untuk dilepaskan. Aku memintamu baik-baik"

Jordan masih saja seperti biasa, tatapan nya yang dingin dan tidak pernah tersenyum bahkan mengeluarkan kalimat-kalimat sekedar basa basi.

Ikatan rantai itu tidak berguna, mereka melepasnya dengan berat hati demi menjaga emosional Jordan. Pergelangan tangannya berbekas, menandakan kalau dia sudah lama berada di kamarnya.

"Bagaimana dengan Fiona? Kalian sudah menemukannya?" Meskipun dia terlihat pucat tapi masih mampu bergerak, dia sudah terbiasa mengalaminya.

Keduanya terdiam, hanya Hendry yang mampu memberikan jawaban tepat di situasi genting ini, tapi sudah berhari-hari sekertaris nya itu belum juga hadir di tempat ini, tak satupun pengawal yang tahu ke mana perginya Hendry.

"Apa kalian bisu? Bukankah sudah kukatakan jangan pernah ke sini jika tidak menemukan Ana!"

Semua pengawal mundur di tempat, kedua dokter profesional itu tertunduk dalam kesunyian.

Jordan sedikit kehilangan keseimbangan, dia merasa pusing sampai memegang kepalanya. Berhari-hari tidak mengonsumsi makanan ataupun minuman, hanya alkohol yang bisa masuk ke dalam tubuhnya. Apalagi obat-obatan sudah tidak berefek lagi. Imunitas tubuh Jordan sudah benar-benar rusak.

"Anda harus beristirahat. Bukan waktunya menghawatirkan dokter Fiona, saat ini kondisi mu yang lebih penting"

"Aku baik-baik saja dokter"

Bahkan nasihat seorang dokter tidak lagi berpengaruh terhadap dirinya. Bualan-bualan kosong dari orang-orang tidak berarti baginya.

"Panggil Hendry. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Aku tidak ingin membuang waktuku bersama Ana nantinya"

Jordan bersiap mengenakan jas hitamnya. Tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya yang sedang menunduk dalam diam.

Arloji berwarna hitam adalah perlengkapan terakhir pakaiannya, semuanya sudah siap seolah rasa sakitnya beberapa malam hanya angin lewat yang tidak bisa mengalahkannya.

Melihat reaksi para bawahannya yang tidak bergerak sedikitpun, bahkan tidak ada yang berani berkomentar.

Jordan menghela nafasnya berat, "aku paling benci mengulang kembali kalimatku. Mana Hendry?"

Semuanya masih diam dalam posisi siap sempurna. Hardin dengan berani angkat bicara "Dalam beberapa hari ini, Hendry tidak bisa dihubungi"

Jordan memijit pelipisnya, tidak ada laporan, informasi terbaru dan saat ini para pengawalnya pun terlihat sangat bodoh sampai tidak mampu menangkap perintahnya dengan segera.

Bannkk!!

"Hahaha"

Dor! Dor! Dor!

Beberapa pengawal terkena peluru di bagian paha mereka. Meskipun mereka terluka, tidak ada tanda-tanda mereka akan pergi melarikan diri, tapi merasa lega setidaknya nyawa mereka tidak melayang pagi ini.

"Pergi. Pergi kalian semua!"

Jordan tertawa, tawa duka yang tidak bisa dia jelaskan, perasaan yang seolah ingin meledak di dalam tubuhnya. Berapa lama lagi dia harus menunggu ketidakpastian ini.

Tawa itu bersama air mata kerinduan dan kehancuran dirinya. Pistol itu dimainkan nya seolah tidak berfungsi.

Dor

Darah bercucuran mengitari telapak tangan Jordan, dengan sadar pistol itu diarahkan menuju tangan kekarnya. Sakit, tapi tidak mengalahkan perasaan sakit yang ada di dalam dirinya.

Darah segar terus bercucuran di lantai diikuti oleh tatapan mata kosong menghadapi ke arah cermin. Dokter Ederson dan anaknya tidak bisa menenangkan Jordan yang sedang melampiaskan amarahnya.

Jordan semakin fokus melihat pantulan dirinya di depan cermin berukuran besar, lebih tepatnya meja makeup Fiona yang mewah.

Dia mencoba sebisa mungkin mempertahankan opini Fiona yang masih baik-baik saja di luar sana, dia hanya hilang tidak pergi selamanya

Meskipun seluruh dunia mengatakan Fiona sudah mati tapi dalam lubuk hatinya, suara indah itu selalu memanggil namanya. Senyuman dan sentuhan masih terasa hangat dalam pikirannya.

"Ana ku masih hidup. Dia masih hidup. Dia bersamaku. Selalu"

Menguatkan lelaki kuat di hadapannya, menguatkan tekadnya, dan menolak semua fakta tentang Fiona.

Pistol yang masih berada di genggamannya, masih tersisa satu peluru di dalamnya, mengarahkan senjata itu di sudut matanya. Air mata itu masih ada, mata biru yang tajam semakin yakin dengan pilihannya.

Dor!

Hendry tiba di pintu utama, tanpa menyapa wajahnya yang tidak berseri langsung bergegas masuk menuju kamar Jordan.

Di depan pintu, para pengawal dan Kedua Dokter yang sangat mengenalnya mencoba menahan untuk masuk.

"Bagaimana keadaan tuan?" Tanya Hendry ikut cemas.

Hardin menggeleng pada temannya. Hendry sudah tahu akhirnya. Bunyi tembakan yang menggema semakin memanasi suasana.

"Jangan Hendry, kau tahu tuan tidak akan sungkan" Hardin menghawatirkan keselamatan temannya

"Tenang saja, aku sudah menemukan jawabannya"

Hendry masuk dengan segera, hingga akhirnya mereka yang berada di depan pintu dibuat kaget ketika bunyi tembakan kembali terdengar.

Kali ini para pengawal dan kedua dokter itu sudah membulatkan tekad untuk menerobos masuk apapun yang terjadi. Hendry adalah satu-satunya pemimpin yang mereka hormati dan sangat setia pada Jordan. Sudah pasti mereka merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu terhadapnya.

"Hendry?"

Jordan terkejut saat tembakan itu meleset mengenai kaca jendelanya. Untung saja Hendry datang di waktu yang tepat.

Dokter Ederson, Hardin dan para pengawal ikut masuk menerobos, takut terjadi sesuatu pada Hendry.

"Kita berangkat sekarang juga master" pinta Hendry langsung mengambil pistol itu di tangannya.

Pupil mata Jordan membesar, tatapan mata itu membawa harapan. "Kamu berhasil menemukan nya?" Tanya Jordan memastikan.

Hendry mengangguk mengiyakan. Jordan memeluk Hendry dengan erat, dia sangat bahagia, dia akan bertemu dengan Fiona.

"Tunggu aku di bawah Hendry, aku harus bersiap-siap bertemu dengan Ana. Dia pasti khawatir jika aku menemui nya dengan kondisi ku yang kotor ini"

Suara Jordan kembali hangat, dia terlihat sibuk memilih pakaian terbaik miliknya. Dia tidak ingin melukai mata Fiona dengan penampilannya yang lusuh.

Mobil sudah disiapkan, para pengawal juga ikut bahagia melihat bos mereka sangat ceria.

"Fiona masih hidup?" Tanya Hardin yang akan ikut menemani Jordan dan Hendry.

Lelaki yang ditanyakan itu diam tidak menjawab, muncullah sebuah kemungkinan besar di benak Hardin

"Hendry! Apa kamu sudah gila!" Suara penekanan sangat jelas meminta penjelasan dari Hendry.

"Ini jalan terbaik yang kita punya Hardin. Jangan perlihatkan reaksi mu itu pada tuan" peringat Hendry saat Jordan sudah berada di depan pintu utama berjalan menuju mereka.

Setelan kemeja panjang tebal berwarna putih dan celana kain kembali menghiasi tubuhnya, rambut Jordan yang panjang masih terlihat basah setelah keramas, dia tidak punya waktu untuk mengeringkannya. Rambut yang tumbuh pada dagu dan pipi belakang juga tidak lagi dia cukur, tapi dia sangat wangi.

"Bagaimana penampilanku Hendry?" Tanya Jordan menunjukkan pakaiannya yang sangat mewah dan sempurna.

"Perfect"

Kini ketiganya segera berangkat, Hendry yang menjadi supir dalam beberapa jam ke depan. Jordan yang berada di belakang sudah tidak sabar bertemu dengan orang yang sangat dia rindukan.

Sementara dua lelaki tampan di depan diam dengan penuh ketegangan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience