Fiona kembali menuju rumah, menghapus airmata yang mengalir deras setelah dia meninggalkan kediaman Alexander dengan penuh amarah. Kekecewaan sangat tampak di wajah Fiona, lelaki yang hangat itu ternyata tidak punya hati dan memandang rendah dirinya. Entah bagaimana dia menjelaskan semuanya pada ayahnya yang saat ini sedang menunggu hasil dari kesepakatan Fiona.
Klek
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Natalia langsung mengambil alih perbincangan awal mereka.
Saat ini Natalia, Nugroho dan Tamara sudah sangat cemas menunggu akhir mereka di tangan Fiona. Tapi kini hasilnya akan sangat mengecewakan mereka
"Maaf. Tuan Alexander Smith menolak semua kesepakatan itu" jawabnya dengan murung.
"Bagaimana bisa dia menolaknya!? Sepertinya kamu tidak berusaha keras untuk membujuknya!" Terka Tamara kini menghampiri Fiona yang tertunduk diam penuh penekanan
"Sia-sia saja kami membawamu ke sini! Ini semua salahmu Fiona! Bagaimana dengan masa depan keluarga ku?" Jari telunjuknya mendorong dada Fiona dengan keras.
"Sudah cukup! Kembali ke kamarmu Ana. Biar ayah yang mengurusnya" ucap Nugroho kini memikirkan perusahaan nya, dia harus segera mencari investor demi keberlangsungan perusahaan juga kehidupan mereka.
"Tapi ayah, karena dia lelaki itu hidup kembali! Seharusnya kamu tidak menyelamatkan dia!" Tolak Natalia masih sangat marah pada Fiona yang tidak bisa apa-apa.
Menahan getaran tubuhnya yang terasa, jantung nya berdebar kencang, nafasnya juga lebih sesak dari sebelumnya.
Ddrrrtttt
Nugroho mendapatkan panggilan dari bawahannya. Terlihat raut wajahnya menegang, tangan nya gemetar memegangi handphone nya yang masih berbicara. Dia diam mendengarkan semua informasi melalui telepon itu hingga akhirnya menutup nya dengan keheningan.
"Ada apa ayah?" Tanya Natalia melihat ayahnya sudah pucat pasi dan linglung sejenak.
Nugroho segera menghidupkan televisi berukuran besar di hadapan mereka. Melihat informasi terbaru yang membuat semuanya tercengang.
Kedua temannya kini ditemukan tidak bernyawa karena kecelakaan mobil yang kini masih dalam penyelidikan. Kecelakaan yang membuat para korban tidak bisa diselamatkan karena kebocoran gas hingga akhirnya menimbulkan ledakan besar bersama dengan api yang berkobar. Menurut penyelidikan, kecelakaan itu terjadi karena keduanya di bawah pengaruh alkohol saat kembali menuju ke kediaman mereka
Satunya lagi ditemukan bunuh diri di ruang kerjanya. Di duga karena hutang yang menjepit dan saham perusahaan yang tidak bisa diselamatkan lagi hingga akhirnya korban memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Sontak semua mata mengarah pada Nugroho. Semua kecelakaan itu tidak lain adalah perbuatan dari seorang Jordan Alexander Smith demi pembalasan dendam nya, kini hanya Nugroho seorang yang tersisa. Tidak mungkin kalau mereka biasa-biasa saja, sudah pasti lelaki tua itu juga pasti akan menanggung akibatnya.
"Ayah! Apa yang harus kita lakukan! Aku tidak ingin kehilangan semua ini!" Keluh Natalia memaksa sang ayah
"Mungkin ini adalah akhirnya" ucap Nugroho tidak punya pilihan lain selain menghadap pada Jordan
"Ayah. Ayah tidak boleh pergi! Fiona akan membujuknya sekali lagi. Kumohon jangan pergi!" Peringat Fiona tidak bisa melihat ayahnya terluka
Plak!
"Ini semua salahmu Fiona!" Teriak Natalia dengan sangat keras. Pipi itu kembali memerah di buatnya
"Terangkan dirimu sayang, kamu sedang hamil" peringat Tamara pada anaknya kembali duduk di kursi tengah sofa yang dibantu sang ibunda.
"Kembali saja ke kamarmu Ana. Semuanya akan baik-baik saja" jawab snag ayah tahu kalau Fiona sudah berusaha semampunya
"Kalau terjadi sesuatu pada kami, kamu yang akan bertanggungjawab Fiona. Ingat itu!"
Melihat kondisi Natalia, Fiona memilih untuk pergi meninggalkan mereka, karena dia adalah masalah bagi mereka. Setiap kalimat itu masuk bagaikan detoks ke dalam pikirannya.
Bagaimana dia akan bertanggungjawab, dia pergi meninggalkan Jordan dengan keadaan marah bersama dengan tatapan tajamnya.
Malam semakin larut, dia berdiam diri di balkon kamarnya sembari melihat bulan yang sangat cerah. Satu-satunya cara untuk melindungi keluarganya adalah menerima kontrak itu, lebih tepatnya menjual dirinya pada Jordan. Tapi ini adalah sebuah harga diri seorang wanita, harga diri adalah yang paling penting bagi Fiona.
Sungguh berat, kepala nya sudah tidak sanggup memikirkannya. Fiona termenung menatap langit, menunggu keajaiban yang entah seperti apa, tapi dia tidak punya tempat lagi untuk berpijak, dia hampir menyerah dengan keputusan nya.
Srek
Tuk
Tuk
Terdengar bunyi kerikil batu kecil mendarat di balkon kamarnya, Fiona mencari sumber bunyi itu. Hingga akhirnya dia tersadar seseorang sedang melihat nya dari bawah.
Jordan dengan pakaian serba hitam tersenyum melihatnya, seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Mata Fiona melotot tajam ke arah Jordan, apalagi kamarnya berdekatan dengan Natalia, takut nya wanita hamil itu tahu keberadaannya.
Beberapa detik mata itu saling menatap, tapi Fiona memilih untuk mengakhiri dan masuk ke dalam kamarnya, tapi tangan Jordan lebih cepat menarik gagang pintu balkon kamarnya.
Dalam hitungan detik, Jordan mampu menaiki balkon itu tanpa suara kaki sedikitpun
Terasa punggung Fiona bersentuhan dengan dada bidangnya, hembusan nafas terasa di telinga Fiona, bahkan aroma tembakau juga alkohol bercampur menjadi satu.
"Kenapa menghindar?" Ucap nya langsung dibekap oleh tangan Fiona
Kedua tangannya berdempetan menutup mulut Jordan. Tubuhnya yang ramping ditarik masuk ke dalam pelukannya.
Tidak bisa apa-apa, Fiona terseret masuk ke kamarnya bersama dengan Jordan. Merasakan kondisi sekeliling yang sangat sepi, akhirnya tangan itu dilepas pelan dari bibirnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Fiona menahan suaranya agar tidak terdengar sampai keluar.
Jordan membawa Fiona ke kasur lalu mendudukkan tubuhnya dengan pelan. Jordan berjongkok sembari merapikan rambutnya yang berantakan.
"Memastikan mu baik-baik saja"
Jawabnya seolah melakukan scan secara menyeluruh di tubuh Fiona melalui tatapan mata yang jelas. Melihat pipinya yang membengkak memerah, kening Jordan berkerut lalu mengelus nya dengan lembut.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Fiona diam dengan semua perlakuan nya.
"Asal kamu tahu" ucapnya berbisik mendekati telinga Fiona "Aku bisa saja melenyapkan mereka dengan tangan ku, tapi aku tidak ingin melihat mu bersedih"
"Apa kamu selalu mengonsumsi alkohol?"
"Aku mengonsumsinya untuk menjernihkan pikiran"
"Rokok?"
"Keduanya tidak bisa lepas dariku"
"Mengenai kontrak nya..."
"Tidak perlu tergesa-gesa. Aku akan menunggu"
"Lalu ayahku?"
"Itu tergantung perlakuan mereka padamu"
Beberapa hari kemudian, tiba di mana keluarga Nugroho sedang menyambut kedatangan seorang rekan bisnis yang akan berinvestasi dalam perusahaan mereka. Demi mengembalikan masa kejayaan perusahaan mereka karena telah kehilangan investor terbesar di perusahaan mereka. Mencari rekan baru adalah salah satu cara untuk membuat perusahaan mereka tidak jatuh.
Dengan senyuman manis yang terbesit rencana jahat di dalamnya, ibu dan anak itu terlihat sangat bahagia mempersiapkan makan malam di kediaman mereka sendiri.
Berpakaian rapi ala pertemuan bisnis seperti biasanya, mereka terlihat berkelas dengan gaun yang terbalut indah di tubuh mereka, tidak lupa setelan jas bermerek sudah mampu membuat lelaki separuh baya itu siap menyambut sang rekan kerja.
Tapi yang berbeda malam ini adalah penampilan Fiona yang sangat sexy dengan gaun sebatas paha berwarna merah, seolah ingin pergi kencan kedua wanita itu mempersiapkan Fiona dengan penuh senyuman palsu agar dirinya mau di make over.
Demi kelancaran bisnis perusahaan sang ayah, Fiona juga berkewajiban untuk memberikan yang terbaik demi menghormati sang tamu yang akan datang. Meskipun rasanya dia merasa tidak nyaman dengan balutan gaun merah yang menunjukkan lekuk tubuhnya yang semakin indah
Semua makanan mewah yang tertata rapi di atas meja sudah siap bersama dengan gelas wine yang siap disajikan.
Mobil sedan datang langsung menuju ke halaman rumah mereka, menyambut seorang lelaki yang seumuran dengan Nugroho langsung di sambut oleh keluarga lengkap mereka di depan pintu.
"Selamat datang Tuan Wilson" ucap sang pemimpin langsung mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Dengan wajah yang santai tangan itu tidak menolak untuk melakukan jabat tangan pada keluarga yang sedang menyambut nya
"Perkenalkan, ini adalah istriku Tamara dan anakku Fiona, Natalia"
Lelaki tua itu melirik ke arah wanita cantik yang memakai dress merah yang menunjukkan tubuh sexy yang tidak diragukan lagi.
Tangan itu langsung tertuju pada Fiona yang mencoba untuk profesional. "Selamat datang Tuan Wilson, senang bertemu dengan anda"
Sebuah anggukan dari seorang wanita menangkap tatapan mata itu dengan senyuman. Wilson langsung tersenyum menangkap paham maksud dari kedipan mata itu. Tangan lelaki tua itu menyambut dengan ramah
"Mari tuan, kami sudah mempersiapkan makan malam yang sangat mewah untuk tuan" ucap Natalia mempersilahkan tamu untuk masuk.
Tatapan mata yang penuh nafsu menatap intens wanita cantik yang berada di hadapannya. Meskipun Fiona merasakan tatapannya, dia semaksimal mungkin terlihat biasa saja dan tidak memperdulikannya.
Wine yang sudah di tuangkan di gelas masing-masing terlihat sangat jelas kalau mereka menikmati jamuannya, terutama lelaki tua yang menjadi tamu kehormatan. Seperti biasa Fiona hanya menyesap nya sedikit karena dia memiliki kadar alkohol yang sangat lemah, Rasa pekat yang berbeda.
Sembari menikmati hidangan, mereka membahas tentang perusahaan dan bisnis yang akan mereka kerjakan jikalau bekerjasama nantinya, terlihat lelaki tua di hadapan Fiona memang ahli dalam berbisnis dan memiliki perusahaan besar yang terkenal.
Hal yang membuat Fiona tidak nyaman adalah tatapan mata juga kaki lelaki tua itu dengan tidak sopan selalu menyentuh ujung kakinya.
"Bagaimana tuan Wilson? Apa anda menikmati makanannya?" Tanya Tamara penuh arti
"Aku tidak sabar menunggu hidangan terbaik yang kalian miliki" tatapan penuh arti hanya mereka berdua yang tahu
"Tenang saja tuan, anda pasti sangat menyukai hidangan spesial yang kami siapkan" jawab Tamara tahu apa yang diinginkan oleh lelaki bejat itu
"Fiona Anastasya?"
Panggilan itu mendapatkan tatapan mata yang serius dari Fiona. Dari tadi wanita cantik yang polos hanya memerhatikan makanan nya, meskipun tatapan nya tidak ikut menyaksikan face to face antara mereka semua, tapi dia paham betul setiap rencana juga ke arah mana pembahasan mereka.
"Apa kamu sudah memiliki kekasih?"
"Maaf, sepertinya pertanyaan itu tidak ada hubungannya dengan bisnis kali ini" jawab Fiona masih sopan demi mempertahankan harga diri orang tuanya
"Seharusnya wanita cantik sepertimu digemari oleh banyak pria. Apa kamu berminat pada lelaki yang lebih berumur?"
Tentu saja semua orang tahu kalau saat ini dia sedang menawarkan dirinya untuk menjalin hubungan dengan Fiona. Meskipun wajah nya terlihat dia hanya bergurau dengan pertanyaan nya. Tidak ada rasa canggung seolah-olah dialah pemimpin saat ini
"Maaf tuan Wilson, saya tidak tertarik dengan ini" jawab Fiona masih menjaga attitude nya. Reaksi Fiona masih memperlihatkan kewibawaannya dalam mode dingin seperti biasa
"Sepertinya sangat sulit menaklukkan hati wanita cantik sepertimu" ucapnya lagi mencoba melihat reaksi Fiona yang terlihat biasa-biasa saja.
Anehnya, perasaan Fiona berbeda, nafasnya mulai tidak beraturan, detak jantung berdetak lebih cepat, rasa panas mengalir di seluruh tubuhnya, tapi kini dia masih bisa menahannya meskipun bibir nya sudah berat untuk berbicara.
Kaki itu tidak berhenti menyenggol nya dengan penuh nafsu di bawah sana, setiap sentuhan itu terasa aneh sampai membuat Fiona panas dan pusing. Bagian bawahnya juga terasa aneh dan basah
Ada sesuatu yang tidak beres!
Batin Fiona menyadari satu hal, dia melirik ke arah Natalia di sebelahnya, senyuman mata yang tertuju padanya adalah tanda kalau saat ini dia melakukan sesuatu lagi untuk dirinya.
"Sepertinya makan malam ini sudah selesai, saya pamit undur diri" ucap Fiona dengan suara berat.
"Kamu baik-baik saja Ana?" Tanya sang ayah melihat keringat bercucuran keluar dari pelipisnya
"Aku ingin istirahat di kamarku ayah" jawab Fiona dengan senyuman.
"Ambil waktumu sebanyak mungkin Fiona sayang" ucap sang ibu penuh arti.
Sepanjang jalan menuju kamarnya, dia berusaha untuk mengendalikan pikiran dan perasaan nya yang tidak bisa terkontrol, tubuhnya semakin panas, nafasnya berat dan sesak.
Dengan cepat Fiona masuk ke kamarnya, mencari obat yang seharusnya bisa bekerja tapi anehnya obat-obatan itu hilang dan tidak ada di tempatnya.
Fiona menuju ke bathub menghidupkan air dingin dan menunggunya sampai penuh. Dia harus tetap sadar meski kini sudah tidak berdaya sampai bersandar di sudut ruangan.
Klek
Seorang lelaki masuk dan terdengar pintu terkunci.
"Siapa?"
Dengan senyuman menggoda lelaki itu masuk dan melepaskan jas nya begitu saja,
"Tuan Wilson?"
"Sepertinya obatnya sudah bekerja" ucapnya mendekati Fiona yang tidak berdaya lagi.
Fiona melihat ke jendela, terlihat mobil ayahnya keluar dari taman. "Mereka pergi menikmati hidangan yang sudah aku sediakan" bisiknya di telinga Fiona
"Dan aku menikmati hidangan spesial dengan senang hati" ucapnya lagi menyentuh dagu itu dengan lembut.
"Lepaskan!" Meskipun memberontak, Fiona sudah tidak berdaya dalam dekapan lelaki tua yang mulai menikmati pemandangan indah tubuh wanita cantik yang pertama kali dia kagumi.
"Tenang saja, aku akan bersikap lembut karena kamu sangat cantik"
Fiona menggigit bibirnya, menahan sentuhan yang mampu membuat nya hilang kesadaran karena pengaruh obat yang dia konsumsi
"Aku baru pertama kali melihat kulit semulus ini, wangi mu membangkitkan hasrat ku Fiona"
Tangan itu memeluk tubuh Fiona dengan sangat rapat, merasakan wangi khas dari ceruk leher jenjangnya yang sangat indah.
Air mata mengalir di pipinya, ingin berteriak tapi pita suara Fiona tidak lagi bekerja, bunyi suara air yang sudah memenuhi bathub terdengar karena kesunyian malam di kamar itu
Deru nafas Fiona semakin menjadi, dia di ambang kepasrahan karena ketidak berdaya nya kehilangan kontrol akan dirinya.
Sruk
Fiona dilempar ke atas kasur dengan kasar, dia menggeleng memohon pada lelaki bejat yang saat ini sedang melepaskan dasinya.
Tangan itu diikat kuat dengan dasinya, lelaki tua itu terkekeh melihat kondisi Fiona yang tadinya menolak kini tidak berdaya di bawahnya
"Mengenai kontrak kerja sama dengan ayahmu, itu tergantung kinerjamu malam ini"
Lelaki tua itu membelai lehernya, menyusuri gaun yang menutupi dada indah yang sangat putih. Kemudian menuju sudut gaun bagian bawahnya
Fiona hanya bisa memejamkan matanya bersama dengan tangisannya. Tubuhnya gemetar, dia ingin mendorong jauh lelaki di atasnya tapi apa daya bahkan dia berteriak pun tidak ada yang akan menolongnya
Dia merasakan pria itu menindih tubuhnya, merasakan nafas yang beradu, dia menolaknya, menolak ciuman itu.
Bau menyengat membuatnya jijik dengan gemetar, pipinya di belai dan lembut semakin menambah deru nafas Fiona yang semakin panas.
"Jangan... lakukan itu" lirihnya sekuat tenaga bersuara.
"Berhenti
Share this novel