43 Perasaan

Romance Series 7177

"apa maksud dari perkataan mu tadi?" Tanya Fiona terkejut saat kalimat meminta sebuah persetujuan kepada ayahnya.

Jordan tersenyum, menatapnya dengan sendu. "Menurutmu?"

Tidak mungkin Fiona mengatakan kalau lelaki di hadapannya ini sedang menaruh hati padanya. Bukankah ini adalah rasa sepihak dan hanya mereka berdua yang tahu.

"Bagaimana pun, ayahku tidak akan pernah mengizinkan kita bersama"

Jordan memiringkan kepalanya ke bawah melihat wajah ranum yang bersemu kemerahan, selalu saja Fiona memalingkan wajahnya setiap kali Jordan menatapnya intens.

Menggoda wanita yang selalu tersipu dengan wajahnya yang polos tapi berkesan dingin dan acuh.

"Eh!"

Jordan langsung menggendongnya dengan cepat, segera membawanya ke kasur meskipun Fiona tidak bisa berkutik dengan kebingungan nya.

Cup

Kecupan-kecupan singkat beredar di wajah Fiona, dia terlihat kaku seperti patung menerima serangan lembut dan basah dari bibir Jordan yang dingin.

"Tunggu!" Fiona sedikit mundur memperingati

Jordan dengan diamnya menatap.

"Em, aku belum menghapus make up"

"Oke" jawabnya

Dengan segera Jordan menuju meja hias mengambil kapas wajah juga sebuah micellar water lalu kembali ke kasur.

Menumpahkan cairan bening ke kapas, setelah terlihat basah Jordan dengan lembut menghapus make up ringan di wajah Fiona. Satu persatu kapas sudah terpakai untuk membasuh wajahnya yang sudah bersih meskipun Fiona tidak percaya lelaki kekar di hadapannya ini mampu melakukannya.

Jordan kembali mengambil sebuah kain basah untuk membasuh tubuh Fiona, dari leher, dada, menuju ke lengan nya yang kecil.

Mata Jordan mengarah pada dua benda kenyal yang masih tertutupi dengan gaun. "Biar aku saja" lirih Fiona tahu ke mana mata Jordan melihat nya.

"Kenapa? Kamu malu?" Tapi tangan Jordan sudah siap membuka resleting gaun yang berada tepat di punggung Fiona.

"Anak pintar" puji Jordan ketika tangan kecil itu tidak lagi menghentikan tangannya. Tubuh kecilnya dibersihkan dengan lembut bahkan dengan sangat teliti agar tidak ada yang terlewatkan.

Tapi sesekali Jordan menelan ludah ketika tempat sensitif itu tersentuh oleh kulitnya. Betapa kenyal, lembut dan sangat mulus sampai tidak ada noda sedikitpun.

"Aku tidak tahan lagi Ana" ucap Jordan langsung menyerang Fiona sampai dia terbaring kasar di atas bantal. Bibir Jordan dengan rakusnya mengecup bahkan melahap apapun yang menyentuh bibirnya asalkan menyentuh tubuh Fiona.

Tangan kecil itu meremas kuat punggung Jordan, satunya lagi bertumpu di belakang rambutnya dengan kuat

"Ahh" tautan bibir keduanya terlepas saat bibir Jordan menuju puting susu yang sudah membusung indah dan padat.

Menyusu seperti bayi seolah memaksa cairan putih keluar dengan isapan yang sangat dalam, "ahng, Jo" keluh Fiona sudah kehilangan akal sehatnya.

Terlihat sangat ganas tapi Fiona menikmatinya. Jemari tebal itu mencoba masuk ke areola yang sudah basah dan panas. Matanya membulat, Fiona tidak bisa berkata-kata, pegangannya semakin kuat meremas dada Jordan yang masih tertutupi oleh kemeja biru muda yang berantakan.

"Kamu harus terbiasa dengan milikku Ana, aku tidak ingin kamu selalu kesakitan"

Fiona sudah terkulai lemas dengan keringat yang membasahi tubuhnya, role play yang sangat mendebarkan baginya. Melihat Fiona yang sudah siap, Jordan melepaskan kemeja birunya lalu melemparnya ke sembarang arah.

Benda yang tertutupi itu sudah menegang keras terlihat jelas di hadapan Fiona. Tidak ingin berkomentar karena memang dia sudah tahu ukuran yang semakin membesar setiap kali masuk ke tubuhnya.

Mengambil pengaman di dalam lemari lalu membukanya dengan gigi taring putihnya yang menawan. Nafas Fiona semakin berderai menunggu benda itu memasuki dirinya sampai kehilangan kesadaran.

"Rileks Ana" kalimat yang selalu Jordan lontarkan saat miliknya masuk perlahan.

"Ahh! Ah! Jo!"

Suara erangan bergema di kamar itu, Fiona kembali merasakan kesakitan tapi diikuti oleh kenikmatan saat Jordan memberikan ritme yang lambat demi menjaganya agar tidak terluka.

"Peluk aku" pinta Jordan

Kedua mata itu bertemu, Fiona yang kehilangan akal itu mengikuti instruksi lelaki yang sedang membobolnya lebih dalam.

Saat kedua tangannya memeluk leher Jordan dengan kuat, saat itu kekuatan nya bertambah dan benda itu semakin cepat bergerak masuk.

"Ahng! Ahh!" Erangan Fiona tidak bisa lagi menahan dirinya. Air mata semakin mengalir tapi dia menantikannya.

Tubuhnya bergerak naik turun mengikuti iramanya, nafasnya yang semakin meningkat memohon meminta jeda tapi Jordan tidak mengindahkannya, dia tetap saja melaju tanpa aba-aba.

"Cium aku, aku tidak ingin ada orang yang mendengar nya di luar sana" lirih Fiona menyentuh rahang tegas Jordan sembari mengelus nya dengan tenang.

Jordan tersenyum, jelas dia akan melakukannya. Ciuman yang mampu membuatnya tidak bisa mendesah nikmat. Lelaki ini mampu membuatnya merasakan sensasi yang luar biasa.

Nafas keduanya beradu, sudah berjam-jam mereka melakukannya tanpa jeda, Fiona hanya berharap pasrah menunggu lelaki ini memberikan jeda.

"Lelah?" tanya Jordan masih dengan stamina tubuh yang kekar. Tidak ada rasa kelelahan melainkan tubuhnya yang berkeringat makin sexy juga rambutnya yang lembab semakin menambah gairah, tapi tubuh Fiona tidak bisa mengimbanginya.

Tep

"Istirahat" ucap Jordan menaruh tubuh Fiona di atasnya.

Tidak membantah wanita cantik itu langsung tertidur pulas di atasnya, terlihat Fiona sangat kelelahan terbaring di dada Jordan dengan nyaman.

Mengecup kening Fiona sembari mengelus punggungnya yang sexy agar dia semakin lelap.

Membayangkan mereka melakukannya setiap malam, untung saja Fiona melayaninya dengan baik meskipun kadang dia sampai tidak sadarkan diri. Sejujurnya birahi Jordan masih saja menginginkan lebih karena dia sudah tidak mengonsumsi alkohol ataupun cerutunya.

Nafsunya naik berkali-kali lipat sampai dia kehilangan akal sehatnya saat bercumbu dengan Fiona. Apalagi wangi tubuhnya yang mampu membuatnya tenang dan damai. Bahkan saat ini bagian bawahnya masih menegang ingin memasukkan nya kembali.

"Hah! Anjing birahi" keluhnya dengan kesal.

Kali ini Fiona yang terbangun lebih awal, melihat lelaki di sebelahnya masih menutup mata dengan rapat, lagi-lagi dia sudah mengenakan lingerie di tubuhnya. Ia merasa segar, mungkin karena Jordan selalu membersihkan tubuhnya tanpa pemberitahuan.

Begitu banyak tanda merah di tubuhnya, untung Jordan tidak melakukannya di tempat yang terlihat. Tapi benar saja saat matanya melihat tanda bekas gigitan di kedua putingnya. Pantas saja terasa sedikit perih karena begitu banyak bekas kecupan di dadanya.

Tapi ketika melihat punggung Jordan yang dipenuhi cakaran panjang yang merah sudah pasti dia juga merasakan hal yang sama. Fiona tersenyum, "satu sama" ujarnya.

Tok tok tok

Pintu diketuk dengan bunyi yang tidak berirama, Fiona tahu kalau para pelayan itu merasa segan untuk membangunkan keduanya yang sedang beristirahat. Tapi anehnya mau sampai jam berapa pun tidak ada yang berani mengetuk pintu, pasti ada sesuatu yang penting di luar, benak Fiona memikirkan.

Dia mengambil jubah lingerie seksi nya agar tidak nampak, lalu bergegas menuju ke luar. "Mau ke mana?" Tanya Jordan menahannya turun dari kasur.

"Sepertinya ada orang di luar" jawab Fiona, sepertinya Jordan tidak mendengar ketukan pintu tadi.

"Biarkan saja" ucapnya tidak peduli.

"Aku akan memastikan lalu kembali ke sini" kata Fiona meyakinkan.

Jordan menghela nafasnya dengan malas, Fiona kembali dalam mode keras kepalanya. Akhirnya tangan itu dilepas nya dengan ikhlas dan melihat Fiona pergi meninggalkan kamar.

Saat Fiona memastikan di depan pintu, suara para pelayan sudah tidak ada lagi, hingga dia akhirnya turun ke bawah untuk memastikan.

Sempat Fiona terdiam di tempat saat menuruni tangga memeriksa ruang tamu yang sangat luas. Melihat seorang wanita tua dengan sanggul rambut yang rapi dan sangat berkelas.

Wanita tua itu memegang sebuah tongkat kayu yang terukir indah dan sangat kuat sepertinya. Tepat saat keduanya saling bertatapan Fiona mengangguk menghormati sembari menghampiri dengan langkah yang lambat.

Hampir seluruh pelayan berkumpul berbaris di hadapan wanita tua itu sembari menunduk menunggu perintah. Dia bukanlah wanita tua yang bisa di anggap biasa saja. Bahkan Hendry dengan keadaan belum sepenuhnya fokus berlarian menghampiri wanita tua itu dengan gugup. Dia masih memakai pakaian semalam, tapi masih mampu menunjukkan keseriusannya menyambut dengan sopan.

Fiona semakin kebingungan, apalagi penampilan nya yang kurang pantas itu berdiri tepat di hadapan para pengawal juga pelayan namun tak ada satupun yang berani menegur nya atau memberitahu siapa wanita tua itu.

"Nyonya" ucap Hendry dengan sopan.

"Sepertinya kamu berlari ke sini Hendry" ucapnya singkat

"Maafkan saya tidak mengetahui kedatangan nyonya" ucap Hendry dengan gugup.

Sontak Fiona langsung posisi siap sempurna. Sedikit merapikan rambut juga menutupi lebih rapat jubahnya dengan kedua tangannya.

Melihat kondisi saat ini, Hendry juga bingung bagaimana menjelaskannya. Apalagi penampilan Fiona sudah mampu membuat para pelayan juga pengawal meliriknya dalam diam.

"Lain kali. Jangan turun ke bawah dengan pakaian ini. Hanya aku yang boleh melihatnya" ucap Jordan langsung memeluk Fiona menutupi tubuhnya yang sexy.

Jordan terlihat biasa saja kedatangan nyonya alias mantan ketua dunia bawah yang kini berada di bawah kekuasaan nya. Lebih tepatnya nyonya tua yang terduduk santai itu adalah orang yang menyelamatkan nyawanya dulu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience