41Masa lalu Fiona

Romance Series 7177

Wanita mungil itu tertidur dalam pelukannya, tangannya tidak berhenti mengelus juga menepuk-nepuk tubuh yang telanjang di dalam selimut. Terkadang suara memohon terdengar lirih dengan tubuh yang penuh keringat dingin.

Jordan sudah memandikannya tapi sepertinya kejadian semalam membuat nya sedikit trauma. Apalagi yang itu masih memerah di kulit putihnya.

"Hendry" lirihnya memanggil

Pintu terbuka, seorang lelaki yang selalu menemani langsung masuk saat namanya di panggil.

Tanpa arahan, Hendry tahu apa yang saat ini dia butuhkan. Memberikan salep untuk seseorang yang berada dalam pelukannya.

"Kamu boleh pergi" kalimat itu menandakan kalau tugas nya sudah selesai dan dia bisa kembali ke rumah nya.

Dalam keadaan baring, Jordan membuka salepnya lalu mengambil jemari tangan Fiona dengan hati-hati. Mengoleskan nya dengan lembut lalu meletakkannya kembali di dadanya.

Fiona meringis merasakan sakit, kening Jordan berkerut mengingat wanitanya mengatakan kalau dia baik-baik saja.

Wajah cantik yang meringis merasakan sakit semakin membuat Jordan kesal.

Tunggu saja perbuatan ku.

Kali ini ada dua orang wanita menunggu nya di ruang kerjanya, satunya seorang dokter dan satunya lagi adalah kepala pembantu di rumah Nugroho.

Tidak lain adalah menguak informasi Fiona yang tidak baik-baik saja. Mereka di datangkan pukul dua malam demi menjaga keamanan juga tidak ingin banyak pasang mata yang melihat

"Ceritakan semuanya" ucap Jordan langsung duduk di kursi singgasana nya sembari memasang mata pada kedua wanita di hadapannya

"Nona Fiona adalah seorang wanita yang sangat sabar menghadapi ibu dan adiknya"

Ucap pembantu dengan nada tenang, tidak ada sedikitpun rasa takut menceritakan tentang kisah Fiona di hadapan mereka

"Dia selalu mendapatkan perlakuan tidak baik saat tuan berada di luar. Nona juga selalu tidak enak badan saat di rumah, jadi dia selalu menghabiskan waktu di kamarnya. Kami hanya melayani dan melaksanakan perintah. Kami hanya bisa diam melihat semuanya, karena kami juga tidak bisa apa-apa. Meskipun demikian, dia tidak pernah menyerah melakukan yang terbaik demi cinta mereka"

Sedikit gugup, begitu banyak yang ingin kepala rumah katakan, tapi melihat tekad Jordan semakin membuatnya takut untuk memperluas penjelasannya secara detail. Apalagi ketika wanita tua itu mengeluarkan sekantong obat dari tasnya. Terlihat jelas kalau Jordan sangat kesal menahan emosi, tapi dia masih mampu membuat keduanya tidak semakin tertekan karena reaksinya.

Anisa sahabat Fiona hanya diam sembari menyaksikan obat-obatan yang dikonsumsi oleh sahabatnya, dia tidak kaget melainkan biasa saja. Apalagi dia adalah seorang dokter psikiater yang tahu persis keadaan sahabat nya.

Kepala pelayan langsung diantar pergi oleh Hendry, kini tinggal mereka berdua yang berada di ruangan itu.

"Apa lagi yang ingin anda ketahui?" Tanya Anisa dengan sopan

"Melihat reaksi mu terhadap obat-obatan itu, sepertinya kamu tahu kondisi Fiona"

"Apa anda mau mendengarkan semuanya dari awal?"

"Pertama kali bertemu dengan nya, aku pikir dia adalah wanita yang sangat beruntung karena berasal dari keluarga yang kaya dan sangat harmonis. Fiona tidak pernah menunjukkan cela kekurangan dari dirinya apalagi keluarga nya. Dia memiliki tekad yang kuat dan tidak pernah mengeluh, itulah aku menyukainya. Dengan sedikit tempramen yang dingin, dia tetap menjadi dokter favorit bagi para pasien nya"

"Tapi itu semua berubah saat aku menemukan dia tergeletak di lantai dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan wajahnya yang sangat pucat"

"Kondisinya menunjukkan ciri-ciri depresi berat, berusaha mengelak tapi dia tidak bisa membohongi seorang dokter seperti ku. Hingga akhirnya dia mulai melakukan perawatan khusus, itu semua tidak bertahan lama saat kehadiran Pandu mampu mengendalikan emosional nya menjadi lebih baik"

"Seperti yang kamu lihat, tubuh Fiona yang kurus seperti itu karena hanya berani mengonsumsi makanan dari ku dan Pandu, untuk yang lainnya dia tidak percaya"

"Apa Pandu tahu hal ini?"

"Tidak!" Jawabnya dengan yakin

"Makanan Fiona selalu diracuni oleh ibunya bahkan mereka tidak segan memberikan Fiona makanan basi ataupun yang dipenuhi oleh belatung, Natalia hanya menganggap nya sebagai candaan yang biasa hingga Fiona tidak mampu menelan satupun makanan saat bersama mereka"

Kening tebal Jordan berkerut mendengarkan penjelasan dari sahabatnya. Ternyata masih banyak hal yang tidak dia ketahui mengenai Fiona.

"Apa kamu tahu masa lalunya?"

Anisa sedikit cemas, wajahnya tidak bisa disembunyikan lagi. "Mengenai hal ini, dalam pengamatan ku selama bersamanya, sepertinya..."

Kali ini Jordan mendengarkan dengan sangat teliti. Sedikit rasa takut apakah penalarannya benar atau keliru, tapi Anisa ahli dalam bidang ini

"Fiona sudah pernah di cuci otak" singkatnya mampu membuat Anisa terdiam. Dia seseorang psikolog tapi untuk membaca lelaki di hadapannya ini sungguh di luar kehendak nya. Lelaki di hadapannya mampu menunjukkan tatapan kosong hingga sulit untuk membaca isi hatinya

"Sepertinya tujuan mereka melakukannya agar Fiona terikat selamanya dengan mereka. Tidak perduli apapun yang dilakukan keluarganya Fiona tetap kembali dan patuh pada semua perkataan mereka"

"Mengapa Fiona tidak penasaran akan masa lalunya?"

"Seperti yang tuan ketahui, Fiona tidak pernah menceritakan masa kecilnya apalagi mengenai asal usulnya yang sangat misterius dan dia sendiri pun tidak tahu akan hal itu. Saya pernah menanyakan pada ayahnya, tapi tidak ada satupun informasi yang saya dapatkan. Fiona hanya mengingat masa-masa bersama adik dan orang tuanya saja saat mereka bersama"

"Apa kamu yakin kalau hanya Nugroho yang tahu asal usul Fiona?"

"Sepertinya anda yang paling tahu informasi ini"

"Menurutmu. Apakah bisa membuatnya mengingat memori yang sudah di lenyap kan?"

"Memori masa lalu adalah hal yang sulit untuk dipulihkan kembali, kecuali jika pada kondisi yang pernah dialaminya itupun tidak bisa menjanjikan kepulihan penuh pada memorinya"

Tatapan Jordan kembali tajam ke arahnya "kalau tuan berfikir akan melakukan paksa memori Fiona sebaiknya buang jauh-jauh. Karena itu semua akan berpengaruh pada psikis nya bahkan akan mengalami gagal otak ataupun hilang ingatan jangka panjang"

Sudah pasti Jordan tidak akan mengambil tindakan yang akan membahayakan Fiona apalagi kalau sampai merusak memori mereka berdua.

"Kalau begitu, kamu harus berada di sampingnya. Alasan aku mengundang mu ke sini adalah menjadi sumber informasi Fiona, semua tentangnya" ucap Jordan langsung ke inti pembahasan mereka.

"Apa itu artinya saya akan bekerja di medical center bersama Fiona?"

"Tentu, Hendry yang akan mengurus semuanya. Tapi kamu harus menyimpan informasi ini dirinya. Jangan sampai dia tahu keberadaan mu di sini atas perintah ku"

"Selama itu tidak merugikan ataupun melukai Fiona, saya akan selalu membantu tuan" jawabnya sangat perhatian pada sahabatnya.

"Hendry akan mengantarmu" ucapnya berlalu pergi.

Fiona terbaring pulas di dalam selimutnya, Jordan kembali duduk di sebelahnya sembari mengusap kepalanya dengan lembut.

"Pantas saja tubuhmu sekecil ini" gumamnya masih menatapnya sayu dalam remang-remang cahaya kamar.

"Kamu harus bebas dari mereka, tunggu beberapa saat lagi"

Mata Fiona sedikit terbuka, merasa sentuhan tangan yang mengelus kepalanya. Dia melihat Jordan sedang duduk di sebelahnya, tatapan matanya sangat tenang, wajahnya yang lugas bersama rambut yang tidak beraturan lagi, apalagi Jordan hanya memakai kaos putih dan sangat sederhana.

"Tidur lagi" pinta nya dengan lembut

Fiona dengan manja langsung berbaring di atas pangkuan Jordan lalu memeluk pinggangnya seperti anak kecil. Seolah mengharapkan kasih sayang yang lebih malam ini dengan sikap manja nya.

"Ini yang terakhir Ana. Tidak ada pengecualian bagi mereka"

Pagi yang cerah, mata Fiona disambut pemandangan indah di hadapannya, seorang lelaki yang tertidur pulas yang memeluknya erat. Lagi-lagi Fiona sudah memakai piyama tidur yang nyaman. Melepaskan rangkulannya tapi dia semakin merapat ke tubuh Jordan.

Dia terdiam, seperti ini saja untuk beberapa menit, benaknya.

Menepuk-nepuk bahu Jordan seperti meninabobokan agar kembali tenang. Mengingat kejadian semalam, tangan Fiona yang tadinya di baju Jordan terangkat naik memeriksa. Kemerahan di tangannya sudah hilang.

Lelaki yang memeluknya begitu tulus memperlakukannya, tapi di sisi lain semua ini hanyalah kontrak demi keamanan keluarganya.

"Sedang mengkhayal kan apa?" Tanya Jordan melihat lamunannya yang sangat serius

"Terimakasih sudah menolongku, lain kali aku akan lebih hati-hati" ucap Fiona sudah biasa

"Tidak ada kain kali, hari ini kemasi semua barang-barang mu"

"Tapi"

"Malam ini aku mengundang mereka datang. Pastikan kamu bersiap dengan sempurna"

"Baiklah" jawabnya menurut.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience