11 Lepaskan Pakaiannya!

Romance Series 9660

Fiona terkejut mendengar sebuah suara seseorang sedang menahan sakit sedang di pukuli. Sementara dia dengan kesadaran yang belum pulih masih bersandar di sebuah tiang besi tempat tangannya terikat oleh tali yang besar, kepalanya masih tertutupi sebuah kain yang menghalangi penglihatannya.

Kain itu ditarik kasar sampai membuat nya terkejut. Dua lelaki di hadapannya sudah terkulai bersimbah darah di sekujur tubuh mereka. Sembari meringis kesakitan, Fiona melihat sekeliling dengan penuh kecemasan.

“tidak ada orang yang akan menolongmu nona sekalipun kamu berteriak” ujar seorang lelaki sedang duduk di bangku kursi tidak jauh darinya. Hawa panas dari dua tong yang berisi bara api di antara para pria yang sudah tidak berdaya memohon ampun pada lelaki yang dianggap mereka bos.

“apa yang kamu lakukan pada mereka?” tanya Fiona hanya bisa melihat meskipun mereka membutuhkan bantuan. Dia ingin mendapatkan pembebasan bagi dua lelaki yang sebenarnya menjadi suruhan adiknya. Tapi kini dua lelaki itu bertemu dengan lawan yang lebih kuat dan mereka banyak

Dor! Dor!

Dua tembakan mengenai kepala dua lelaki yang tepat berada di hadapan Fiona. Percikan darah itu terkena pakaiannya. Seketika sekujur tubuhnya kaget sampai gemetar, baru kali ini dia melihat sebuah tembakan tepat di depannya

Lelaki itu datang menghampiri Fiona dengan sebuah pistol di tangannya. Pistol itu dijalankannya mendekati tubuhnya, mulai dari perut berjalan menuju dada dan berhenti di kepalanya

Tidak ada rasa takut di wajah Fiona, tapi nafasnya yang tersengal dan tubuhnya yang gemetar terlihat jelas di depan pria yang tidak berhenti menatap setiap inci tubuhnya.

“di mana dia?” tanya lelaki itu masih menempelkan pistol itu di kepalanya.

“pria? Apakah yang dia maksud adalah Jordan? Jangan-jangan mereka adalah orang-orang yang mencoba membunuh Jordan malam itu” pikir Fiona membuatnya semakin kehilangan nyali untuk memberontak. Apalagi saat ini ada banyak pria yang di sekelilingnya, dan hanya dia yang kini menjadi tawanan mereka.

“aku...tidak tahu” jawabnya dengan suara yang tidak bertenaga.

“lalu ini?” ucapnya mengeluarkan sebuah foto dirinya dan Jordan bersama di sebuah mall perbelanjaan

“aku tidak mengenalnya” tolak Fiona dengan tegas meskipun dalam dirinya dia sangat lah ketakutan. Lelaki itu semakin jengah mendengar jawaban yang tidak jelas.

Plak!

Pistol itu mengenai pipinya.

“Dokter, aku bukanlah lelaki yang sabar. Berhenti bermain-main denganku atau kau akan berakhir menyedihkan seperti mereka” ancam lelaki itu menunjukkan dua lelaki yang sudah tidak bernyawa.

“apa kau takut kalau dia akan menemukanmu lebih dulu” ucap Fiona ingin melihat pengaruh yang di miliki Jordan pada pria ini.

Wajah lelaki itu sedikit menunjukkan rasa gelisah sesaat, pelupuk matanya sedikit bergetar.

“tenang saja, dia tidak akan datang. Aku bukanlah wanita yang bisa membuatnya cemas apalagi datang untuk menyelamatkanku. Itu mustahil” ucap Fiona meyakinkan dengan raut wajah yang tidak berharap apa-apa lagi.

“benarkah?” sedikit kekesalan terlihat di wajah nya

“iya”

“bagaimana kalau kita bertaruh. Jika dalam waktu 15 menit dia tidak datang, berarti permainan ini akan terus berlanjut sampai kamu mati” ucap lelaki itu dengan senyuman seorang psikopat.

“maksudnya?” dia kebingungan ketika tali di tangan dan kakinya di lepas.

“bawa dia ke sini” perintah lelaki itu membawa Fiona di tengah dua api unggun dalam tong besar. Fiona di kelilingi oleh para lelaki yang seperti pagar agar dirinya tidak kabur.

Srak.

Kerah baju Fiona di robek paksa oleh lelaki yang sedang santai mengikuti setiap langkahnya. Dia menjadi bahan tontonan pakaiannya di lucuti satu persatu dengan kasar. Dia berlari mencoba kabur, tapi para pengawal pria itu sigap mendorong Fiona kembali di tengah mereka.

“jangan!” teriak nya memberontak dengan kuat, kali ini baju bagian belakangnya yang di robek. Dia hanya bisa menutupi tubuhnya dengan kedua tangan

“dokter, 10 menit lagi” peringat lelaki itu masih dengan santainya menghampiri Fiona yang selalu menghindar darinya.

“siapapun, tolong aku” lirih Fiona.

Bughh!

Dengan berani, jemari yang gemetar itu mengambil balok yang sudah berada di perapian dan memukulnya di kepala lelaki meskipun jemarinya melepuh.

“arghhh!” lelaki itu meringis kesakitan. Matanya terkena bara dari balok yang Fiona lemparkan padanya. Tapi lemparan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan kecil yang dia miliki

“ikat dia sekarang juga! Jangan biarkan dia lepas” ucap lelaki itu sangat marah. Dia memegang wajahnya yang merasa terbakar

Kaki dan tangan Fiona kembali diikat dan mulutnya di dekap dengan kain, dia dibiarkan terlentang di tengah-tengah mereka. “berani sekali kamu!” kata pria itu matanya sudah tidak bisa melihat sebelah.

Krek

“ughh!” kaki Fiona diinjak keduanya.

Dia di tendang, bahkan kursi kayu itu sudah hancur di tubuh nya. Dia menahan sakitnya dalam diam. Teriakan yang tidak bergema sama sekali. Seluruh tubuhnya gemetar menahan sakit yang tidak tertahankan.

“waktumu habis dokter” ucap lelaki itu mengerahkan dua pengawalnya melepaskan ikatan di seluruh tubuh nya

Tidak berdaya meskipun sekuat tenaga ingin melawan, rasa sakit sungguh menjalari seluruh tubuhnya, bahkan kaki yang sudah tidak bisa digerakkan itu seperti ditindih oleh beban yang sangat berat, dia merasakan rasa panas juga sengatan di seluruh tubuhnya.

Penglihatannya mulai kabur, samar-samar suara dari para lelaki yang mengagumi tubuh indah itu dengan bar-bar

“lepaskan pakaian nya” perintah sang bos dengan senyuman.

Semua lelaki itu menunggu giliran mendapatkan kenikmatan di tubuh indah yang sudah sangat berantakan.

Byuurr,

Fiona di sirami se ember air agar tubuhnya sedikit lebih bersih.

“lepaskan saya hiks hiks” lirih Fiona kini tangisannya terdengar, sebisa mungkin dia harus sadar.

Pakaian nya di lepas, yang tersisa hanyalah dalaman atas dan bawah. Dia ingin memberontak tapi tubuhnya sudah tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan.

Plakk! Plakk!

Tamparan mengenai dua pipi Fiona “diam bodoh!” ucap lelaki itu sudah melepaskan pakaiannya mendekati Fiona yang kedua tangannya di pegangi oleh dua pengawal sementara kakinya sudah tidak mampu lagi dia gerakkan

“tolong...jangan lakukan itu hiks hiks” lirih Fiona memohon. Kali ini air matanya sudah tidak bisa dia bendung lagi. Rasa takut, sakit, semakin menjadi-jadi sampai membuatnya gemetar hebat

Tubuh gemetar seperti seekor anak kucing yang kedinginan, tubuh Fiona terekspos mulus di hadapan para lelaki yang haus akan kenikmatan duniawi.

Lelaki itu tersentak ketika mengecup dada Fiona yang sangat panas. “dia demam bos” ucap salah satu pengawal yang memegangi tangan Fiona

“aku tidak peduli” ucapnya kembali mengecup bahkan menjilat leher dan dada Fiona yang membiru dan dipenuhi oleh memar dan luka. Pemandangan ini semakin meningkatkan sensualitas dalam dirinya.

Jemari itu menjalari setiap lekuk tubuh Fiona yang sangat indah, wangi khas yang sangat lembut membuatnya tidak berhenti mencium tubuh Fiona. “kamu sangat cantik dokter, tubuhmu sangat wangi dan...aku sangat menyukai matamu yang menangis itu” lirih lelaki itu memberikan kecupan-kecupan menikmati seluruh keindahan Fiona.

Bahkan para pengawal sudah tidak sabar menunggu giliran mereka menikmati tubuh indah yang semakin membuat mereka gila karena hanya menyaksikan bos mereka mengulur waktu menikmati hal yang berharga, kapan lagi mereka bisa menikmati rasa wanita polos yang sangat cantik

Fiona tidak sadarkan diri karena sudah tidak sanggup menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

“bos, dia pingsan” tegur sang pengawal

“aku tidak peduli! Yang penting aku bisa menikmatinya kapan saja”

Don't forget to follow me, comments and give your rate for 5 stars. love you guys

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience