Episode 58

Romance Series 9660

Malam yang tenang, Fiona berada di kamarnya sembari melihat layar persegi yang sedang dikerjakannya. Ruang VVIP semakin ramai sejak kemampuan Fiona diakui, apalagi semenjak identitas nya sebagai seorang bangsawan penerus keluarga Elizabeth satu-satunya.

Bayi lelaki terbaring nyenyak di sampingnya. Kali ini bayi itu di temani oleh ibunya, karena sang nenek sedang berada di luar untuk beberapa hari.

"Halo baby boy" lirih Fiona melihat bayi itu terbangun tanpa mengeluarkan suaranya. Dia hanya menatap Fiona dengan tenang, seolah mengerti kalau ibunya sedang sibuk.

Rambut emas dan matanya yang berwarna biru adalah tanda bahwa Jordan sangat mendominasi keturunan nya. Senyuman manis dari seorang wanita yang menghentikan kegiatan nya, menggendong anaknya lalu menyusui nya langsung.

"Minum yang banyak ya sayang, love you so much my little baby" lirih Fiona dipenuhi oleh pujian untuk sang anak.

"Terimakasih sudah bertahan sejauh ini, i'm proud of you"

Wajah Fiona sangat cerah melihat buah hatinya begitu tampan dan sangat lucu, dia tidak bisa mengalihkan pandanganya pada bayi itu, dia sangat gemas sampai mencium bayi itu ratusan kali

"Bagaimana dengan diriku?" Ucap seorang lelaki sedang memperhatikan dari jauh.

"Ayah datang!" Ucap Fiona bersemangat.

Ternyata Jordan sudah berada di kamar nya tapi Fiona sama sekali tidak menyadarinya. Reaksinya sudah biasa melihat lelaki tinggi itu berada di kamarnya, siapa yang bisa menghentikannya sekalipun ratusan pengawal di hadapannya.

Perlahan Jordan melangkah maju menghampiri keduanya di atas kasur. Dia hanya diam sembari melihat anak dan istrinya dalam ketenangan.

"Mau gendong?" Ucap Fiona menawarkan

Lelaki itu tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Fiona hanya bisa menghela nafasnya, tapi dia tidak ingin memaksakan kehendaknya.

"Apa kamu marah pada anak kita?" Tebakan yang jelas saat wajah Jordan berubah menjadi datar.

"Aku baik-baik saja, dan aku sangat bahagia memiliki bayi kita" ucap Fiona.

"Aku hampir saja kehilanganmu Ana"

Sampai saat ini, Jordan tidak pernah menyentuh bayi itu sejak kelahirannya yang hampir merenggut nyawa Fiona.

Tiga bulan yang lalu saat musim dingin telah tiba. Salju lebat menutup semua jalan sampai tidak ada kendaraan yang berlalu lalang, apalagi mereka berada di pedalaman pedesaan.

Fiona sudah merasakan kontraksi sejak siang hari, pada hari itu hanya ada sang nenek yang menemani detik-detik terakhir menuju persalinan normal Fiona.

Dokter kandungan yang kini terhalang oleh lebatnya salju juga seluruh akses jalan di tutup demi keselamatan para pengendara. Apalagi semua penerbangan di hentikan untuk sementara

Kehamilan yang dirahasiakan ini tentu saja membuat mereka menghadapi masalah besar sampai akhirnya Fiona yang paling mengalami kesulitan.

"Ughh" lirih Fiona menahan sakit yang tidak tertahankan. Seluruh tubuhnya serasa remuk, apalagi tidak ada dokter ahli yang mendampinginya.

Saat itu pun Fiona hanya bisa mendiagnosa dirinya sendiri yang sudah sangat lemah tidak berdaya. Pembukaan kelahirannya belum lengkap, dia masih harus menunggu pembukaan agar bisa menggenjan melahirkan bayi nya, tapi tenaganya sudah habis.

Tiada fasilitas bahkan Fiona hanya berjuang sendiri di Desa yang semakin gelap.

Hendry, Hardin dan Jordan tiba di tempat bersama dengan seorang dokter, mereka berhasil melewati salju itu meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Mata Jordan langsung tertuju pada wanita yang terbaring lemah menahan sakitnya. Seketika tubuhnya lemas melihat kondisi Fiona yang tidak berdaya

Dokter itu langsung meriksa kondisi Fiona dan bayi di dalam kandungannya.

"Nyonya, kita harus bicara" ucap dokter itu meninggalkan kamar, diikuti oleh ketiga lelaki yang penasaran.

"Kita harus segera membawa nya ke rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda pembukaan lengkap dan detak jantung bayi sangat lemah, kita harus menyelamatkan keduanya segera"

"Saat ini lalu lintas ditutup, apalagi perjalanan membutuhkan waktu berjam-jam, helikopter tidak bisa dioperasikan karena salju turun dengan sangat lebat"

"kita harus menyembunyikan identitas keduanya"

"Tubuh Fiona sudah tidak mampu melahirkan secara normal" jawab sang dokter

Mendengar hal itu Jordan menguatkan diri menghampiri wanitanya. Jemari kecil itu digenggam nya dengan erat.

"Jordan"

"Hem?"

"Bayi kita harus selamat"

"Em, apapun itu. Kamu harus selamat"

"Jordan"

"Hem?"

"Sakit, aku tidak sanggup lagi. Tapi bayi kita harus lahir"

"Apa yang harus aku lakukan Ana? Katakan saja?"

"Kamu harus menyayangi bayi kita"

"Pasti, asalkan kamu bersamaku seterusnya"

"Nenek..."

"Iya Ana?"

"Aku baik-baik saja, nenek tidak perlu cemas"

Hardin dan Hendry hanya bisa diam menyaksikan penderitaan Fiona.

"Hanya ada satu cara"

"Kita harus mempercepat pembukaan"

"Tapi Fiona sudah lemah"

"Aku akan berusaha" lirih Fiona.

Dokter mengarahkan Jordan untuk membangunkan Fiona sebelum menyuntikkan resep obat. Jordan memapah nya turun dari kasur, dia harus melakukan gerakan agar pembukaan nya lengkap.

"Peluk dan bersandar lah padaku" lirih Jordan sudah memapah Fiona

Sebisa mungkin dia mencoba untuk kuat demi Fiona yang sedang berjuang sendiri. Beberapa gerakan yang diarahkan oleh sang dokter, terkadang dia sudah lemas tapi Jordan selalu siap memeluk dan menguatkan Fiona.

Byuurrr tes...tes...Tess

Air ketuban bersama dengan darah mengalir keluar dari tubuh Fiona. Tanpa arahan Jordan segera menggendongnya kembali ke kasur. Tubuh Fiona basah akan keringat, dia sudah sangat lemah.

"Dokter, aku butuh bantuanmu" ucap dokter itu pada Hardin.

Pembukaan sudah lengkap, mereka siap melakukan prosedur selanjutnya. Kamar itu diambil alih oleh orang yang berpengalaman.

Tep

"Jangan pergi" lirih nya saat Jordan tidak sanggup melihat kondisi Fiona, dia seperti tersayat ratusan pisau di kulitnya.

Hingga akhirnya dia kembali menemani Fiona di detik terakhirnya.

"Dalam hitungan ke tiga, kamu harus menggenjan Fiona, kerahkan semua kekuatan mu"

"1....2....3"

"Ughhh! Ha ha ughh!"

Jordan semakin tersiksa menyaksikan langsung penderitaan Fiona, jemari itu memutih menahan genggam Fiona berusaha melahirkan bayinya. Setelah beberapa saat, dokter kembali memberikan instruksi sampai pada akhirnya

"Ughhh akhhhhh"

Seorang bayi lelaki penuh dengan darah keluar dari vagina Fiona, Jordan gemetar melihat persalinan itu sampai memeluk Fiona penuh Isak tangis

"Oweeekkk oweekk oweeekk" suara tangis bayi mengitari di sekeliling mereka.

Hardin segera mengurus sang bayi, sementara dokter kembali melihat kondisi sang ibu.

"Kamu hebat Fiona" ucap sang dokter merasa bangga.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience