47 Lost control

Romance Series 7177

Setibanya di kediaman Alexander, Sepenjang perjalanan Fiona menangis dalam pengakuan Jordan.

Tangan kekar itu tidak berhenti mengelus kepala kecil Fiona yang bersandar di dadanya, mencoba menyembunyikan wajah memerah juga mata sembab nya dalam dada Jordan.

Lelaki itu merasa bersalah atas tindakannya tadi, pertama kalinya Fiona melihat secara langsung penjualan manusia bahkan dia mendengar secara langsung begitu banyak percakapan maupun perlakuan tidak senonoh yang dilakukan para klien. Bagi mereka itu semua adalah hal yang lumrah tapi bagi Fiona sudah melewati batas normal kemanusiaan

Membiarkan kejadian itu di hadapan wanita polos yang tidak mengerti kejahatan bahkan dia sendiri merasa sudah berlebihan terhadap di tempat itu.

"Maaf, tadi aku berlebihan. Apa yang bisa aku lakukan agar tangisanmu berhenti Ana?"

Tidak ada respon, dia semakin menggenggam erat kemeja Jordan, memerhatikan wajahnya yang tertutup rapat tapi bulir air mata itu masih mengalir deras.

Memikirkan yang terjadi selanjutnya pada anak-anak itu semakin membuat Fiona merasa bersalah, dia sedih melihat masa depan mereka yang sudah jelas akhirnya.

"Tolong"

"Tolong bantu mereka"

"Oke, asalkan kamu berhenti menangis"

Fiona mengangguk dengan patuh. Tangisan Fiona berhenti, tapi dia masih sesenggukan karena begitu lama dia merengek.

Hal yang tidak bisa lakukan saat ingin berdiri tegak ingin menolong tapi apalah daya kekuatan nya seperti debu yang tidak berarti, jika menggunakan kekuatan Jordan, sampai saat ini identitas nya masihlah dirahasiakan dan tiada satu pun yang tahu seperti apa jelasnya seorang pemimpin dunia bawah.

Fiona terlelap dalam dekapannya, sesampai di kediaman Alexander Jordan dengan hati-hati menggendong wanitanya menuju ke kamar.

"Kami akan mandi" ucapnya pada para pelayan yang menyambut di pintu utama.

Semuanya langsung mengambil peran melaksanakan perintah dari bos mereka. Bak diisi dengan air hangat dan wewangian busa melimpah.

Pakaian Fiona dilepaskan satu persatu dari tubuhnya. Seperti biasa wanita cantik itu tidak terbangun dari tidurnya.

Jordan terkekeh, setiap pagi Fiona selalu di mandikan tapi dia tidak pernah menyadari kalau Jordan sendiri yang melakukannya.

"Kamu selalu saja kelelahan. Tapi aku suka itu" ucapnya lagi melihat tubuh sexy Fiona dengan bebasnya.

"Emhh. Lepaskan saya" lirih Fiona dalam tidurnya.

Jordan terdiam sejenak dengan aktifitas nya. Melihat raut wajahnya ketakutan seperti mimpi buruk sedang menimpa nya.

"Tidak apa, ada aku di sini" lirihnya mengelus kening Fiona.

Menggendong Fiona menuju bak mandi yang sudah siap untuk mereka. Segera merendamkan diri bersama. Fiona bersandar di dada keras yang membusung padat.

"Hendry" panggil Jordan

"Iya master?" Jawabnya dari luar.

"Malam ini tugas mu sudah selesai, sisanya biar aku yang mengurusnya" ucap Jordan dengan santai.

"Siap master"

Di sudut bak mandi terdapat meja berisikan makanan juga buah yang sudah disiapkan. Jordan mengambil sebutir anggur hijau dan memakannya, merasakan air juga dagingnya yang begitu manis dia kembali mengambilnya, memecahkan buah itu dengan sekali gigitan lalu membuka bibir Fiona, mengalirkan rasa manis buah segar yang sangat enak baginya.

Mulut Fiona bergerak, dia menyukai rasa buah itu. Reaksi yang sangat menggemaskan bagi Jordan, kali ini dia kembali memberikan anggur itu beserta isinya yang lembut.

Jordan sengaja menahan isi buah anggur diantara kedua bibir nya, menunggu bibir kecil itu menggigit nya perlahan sebelum semua isinya masuk ke dalam mulutnya.

Jordan semakin jahil, dia menahan rapat-rapat buah itu di bibirnya hingga akhirnya tangan Fiona bergerak memegang rahang tegas yang kini sadar kalau Fiona sudah sadar.

"enak?" Tanya Jordan sambil tersenyum

"Em"

"Mau lagi?"

"Bolehkah?"

"Tentu saja, tapi harus melalui ini" ucap Jordan menepuk bibirnya.

Mengambil sebutir anggur lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Wajah memerah Fiona terlihat jelas, kedua tangannya sudah bertumpu di pundak Jordan, mengambil ancang-ancang sebelum kedua bibir itu saling bersentuhan.

Perlahan tapi pasti Fiona menutup matanya, menempelkan bibirnya yang basah ke bibir tebal Jordan. Anggur itu sudah semakin masuk ke dalam, lidah Jordan begitu lihai memainkan anggur itu di dalam mulutnya agar Fiona tidak bisa mendapatkan nya.

Berusaha menarik buah itu keluar tapi lidah Jordan mampu menahannya bahkan saat Fiona sudah mendapatkan nya dia merebut dengan cepat.

"Emhh!"

"Kenapa?"

"Ini terlalu berlebihan" Fiona melepaskan tautan bibirnya

"Malam ini kita belum melakukannya, bagaimana kalau sekarang?"

"Kamu pasti kelelahan" Fiona menyentuh bekas bekas luka yang beranekaragam ukuran dari yang terbesar sampai yang terkecil.

"Asal kamu tahu" ucap Jordan berbisik di telinga nya "aku mampu bekerja tiga hari tiga malam tanpa istirahat atau tidur"

Ucapan meyakinkan seperti itu adalah julukan yang selalu dia dapatkan karena kekuatannya yang seperti binatang buas.

"Maafkan aku sudah membebani mu"

"Anything for you"

Kecupan lumatan keduanya terbakar sensasi panas di atas kasur. Jordan sangat bersemangat melihat Fiona menikmati setiap sentuhan yang dia berikan.

Wajah keduanya sudah memerah, mendengar detak jantung seperti dentuman keras sampai terdengar di telinga keduanya

"Uh"

Jordan mengerang pelan, miliknya seperti mau meledak ingin segera masuk ke dalam aerola basah yang dipenuhi oleh cairan saat lidah Jordan menerkamnya lebih dulu.

Mendorong tubuh Jordan hingga terpental di bawahnya "biarkan aku yang melakukannya" dengan malu-malu Fiona sudah berada di atas tubuh Jordan.

"Sepertinya belum bisa" ucap Jordan belum selesai dengan tangannya

Tapi Fiona sudah memegang benda tumpul yang panjang itu masuk ke dalam dirinya, memaksa masuk perlahan

"Ugh, ah.."

Erangan Jordan mengeras bersama rahangnya yang berurat menahan diri nya. Fiona sangat kesulitan memasukkan semuanya.

"Ahh!"

Benda itu masuk seluruhnya, tubuh Fiona bergetar tanpa melakukan pergerakan. Melihat reaksi Jordan yang merasa sangat nikmat, Fiona suka akan itu, dia bergerak perlahan tapi ini sudah kedua kalinya dia cum.

Reaksi Fiona yang kenikmatan, Jordan seperti orang gila yang mati-matian menahan birahinya. Selama ini dia selalu menahannya meskipun dalam batas normal Fiona selalu kewalahan bahkan sampai memohon untuk berhenti.

"Ana, ahh"

Gerakan yang begitu lambat, benda besar yang berada di dalamnya merasakan setiap dinding rahim sampai-sampai dia tidak ingin keluar di dalamnya.

Urat-urat bermunculan menahan birahi yang semakin naik ke ubun-ubun. Keringat sudah tercampur dengan bulir air yang masih melekat di tubuh keduanya.

Srukk

"Ana, berhenti!" Ucap Jordan sudah tidak mampu membendung pikirannya.

"Ada apa?" Tanya Fiona heran, baru kali ini seorang Jordan menolak untuk melanjutkan.

Nafasnya semakin tidak karuan, keringat Jordan dua kali lipat bercucuran, dia bahkan tidak berani menatap Fiona di hadapan nya.

Karena ukurannya memang besar tapi kali ini seolah urat-urat itu terlihat jelas dan semakin membesar. "Kamu harus pergi Ana"

Jordan berusaha untuk mengontrol dirinya. Setiap kali dia melihat Fiona, hasratnya semakin tidak bisa terkendali.

"Jo-"

Tak

Dia bahkan menepis tangan Fiona, tidak ingin disentuh.

"Apakah ini yang di maksud oleh Hendry?" Benak Fiona mencoba mendiagnosis setiap gerak geriknya

"Hah, hah, hah"

Pupil mata yang membesar, nafas yang tidak beraturan pertanda kalau saat ini kesadarannya sedang tidak normal.

Jordan turun dari kasur lalu mengambil celananya. Mencoba meninggalkan kamarnya.

Sruk

"Apapun yang kamu rasakan, aku akan selalu berada di sisimu" ucap Fiona memeluknya dari belakang.

"Jangan menutupinya dariku, aku bersamamu. Kali ini... bersandar lah padaku" lirih Fiona kini berani mengutarakannya

"Kamu akan hancur Ana. Bagaimana jika aku menyakitimu"

"Tidak apa-apa, selama ini kamu selalu berkorban demi diriku. Aku juga ingin membantumu"

"Apa kamu yakin dengan semua kata-kata mu?"

"Kamu bisa membuktikannya"

"Kalau aku tidak bisa mengontrol diri saat ini, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku tidak akan pergi"

I'm sorry dah lambat upload chapter baru. I have a lot of schedule for this month. And bulan ini papa sakit jadi semua kegiatan fokus ke papa. mohon doanya untuk papa tercinta. thanks for pembaca setia Rewrite The Stars. sometimes I cry setiap kali baca comment kalian yang selalu menunggu cerita selanjutnya, seperti memberikan semangat buat i. But in the same time I also facing a problem sampai tidak ada waktu untuk diri sendiri. I'll try my best for my family and my dream. thanks support nya, setiap comments kalian sangat berarti buat saya. love you guys. peluk jauh buat seluruh readers.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience