Pukul delapan dini hari, Fiona sudah berada di ruangannya. Suster yang biasa menemaninya merasa ada yang aneh pada Dokternya, sikapnya berubah dingin dan sama sekali tidak menunjukkan senyumannya yang tulus. Bahkan mimik wajahnya terlihat begitu lesu karena banyak beban di kepalanya.
“Dok, mau saya buatkan teh hangat?” tawar sang suster dengan sopan
“boleh, terimakasih sus” ucap Fiona dengan lembut
Suster itu keluar dari ruangan, mumpung belum ada pasien yang datang. Fiona masih dalam lamunannya. “kamu harus kuat Fiona!” kalimat itu menjadi sumber ketenangannya selama ini.
Seorang wanita separuh baya memasuki ruanganya. Tanpa mengetuk atau memberitahu, wanita itu dengan amarah di wajahnya berhadapan dengan Fiona.
“mama?” Fiona langsung berdiri dari kursi kebesarannya
“apa yang kamu lakukan pada adikmu Fiona!”
“maksud mama?”
“adikmu sepanjang hari mengurung diri di kamarnya! Pandu menolaknya!”
Fiona terdiam, dia tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa pada ibunya. “aku...”
“apa kamu yang memaksa Pandu untuk menjauh dari adikmu!?”
“mah, mungkin ini pilihan Pandu, dan keinginannya bukanlah kehendakku” jawab Fiona dengan sopan dan lembut
“apa ini alasanmu tidak kembali ke rumah selama ini?”
Fiona menggeleng cepat, menolak tuduhan itu
“lakukan tugasmu Fiona! Atau kamu tidak akan bertemu dengan ayahmu lagi!” ancam Tamara dengan tatapan tajamnya.
Wanita itu dengan segera berlari menuju balkon lantai paling atas rumah sakit. Mencoba meredakan rasa cemasnya dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. “hah...its okay. Its okay” kalimat itu menjadi mantra menguatkan dirinya. “semua ini pasti akan berlalu”
Hari ini Fiona kembali menuju ke apartemennya pukul 10:00 malam
Dia baru saja membeli beberapa perlengkapan mandi dan beberapa set pakaian untuk seseorang yang kini tinggal bersamanya. Tidak lupa membeli makanan yang siap untuk di santap
“kamu sudah kembali?” sapa Jordan dengan senyuman. Tapi wanita itu tidak merespons dengan seharusnya. Diam dan mengeluarkan kalimat dengan seperlunya.
“pakai ini, aku tidak mampu membeli barang mahal” ucap Fiona memberikan paper bag untuk lelaki yang hanya memerhatikannya mengatur makanan yang di belinya.
“terima kasih, aku pasti akan membalasnya”
“tidak perlu, lekas sembuh dan jangan pernah bertemu” ucap Fiona sangat lah ketus pada Jordan, tapi dia tetap mengurusinya dengan telaten
“Bagaimana kamu bisa menjadi dokter dengan karaktermu ini?” tanyanya penasaran, meskipun seringainya nampak di mata wanita yang memasang wajah datarnya
Tentu saja Fiona diam, dia sibuk membawa dua mangkuk ayam goreng dan sup menuju ke meja makan. Jordan berada di meja itu, duduk mendapatkan bagiannya. Keduanya duduk berhadapan saling menyantap makanan mereka masing-masing
“terima kasih” ucap Jordan.
“tidak perlu....”
“iya, aku tahu. Mari untuk tidak saling mengenal. Dan melupakan semuanya” ucap Jordan membuat Fiona menghentikan makannya. Kalimat itu membuatnya sakit hati. Apa harus melupakan semuanya? Fiona tanpa sadar meneteskan air mata, ia menyekanya dengan cepat sebelum lelaki di hadapannya tahu.
Melihat Jordan kesulitan memegangi sendoknya, Fiona segera menghabiskan makanannya dan membantu lelaki yang saat ini belum merasakan sesuap pun karena makanan nya.
Jemari itu langsung mengambil alih tapi selalu dengan wajah datarnya. “aa” ucap Fiona menyuapi dengan lembut. “apa ini yang di namakan keluarga?” gumam Jordan merasakan kehangatan yang sederhana dan damai.
“jangan menatapku seperti itu” ucap Fiona tahu dirinya sedang di perhatikan oleh lelaki yang saat ini terpaku menatap setiap inci wajah perempuan cantik itu.
“kalau kamu senyum, pasti orang-orang akan terpikat oleh kecantikanmu” puji Jordan dan tidak sama sekali mendapatkan respon dari Fiona.
“kamu adalah wanita pertama yang sangat dingin saat denganku” kata Jordan sangat ingin mendengar suara yang selalu di nanti-nantinya. Pasalnya, sekalipun mereka tinggal di tempat yang sama, tapi Fiona jarang kembali ke apartemen karena kesibukannya di rumah sakit. Hanya saat Jordan mendapatkan perawatan Fiona akan kembali lebih awal juga saat mengantarkan makanan
“lalu?” jawab Fiona semakin kesal dengan lelaki yang sedang mencoba menarik perhatiannya. “dan kamu wanita pertama yang menatapku tanpa ada hasrat untuk menikmati semua yang ada pada diriku” ucapnya lagi justru membuat Fiona bergidik ngeri, memandang rendah dirinya.
“aku tidak tertarik dengan otak kotormu itu” jawab Fiona langsung meninggalkan Jordan bersama dengan sup yang belum habis di lahapnya melalui suapan Fiona.
“benar-benar wanita yang tidak punya hati” Jordan semakin ingin mendapatkan wanita yang memandangnya rendah. Hal ini semakin menarik baginya, dia harus mendapatkan hati wanita dingin ini.
Share this novel