16 Pembunuh dan Penyelamat

Romance Series 9660

Pada pukul 07:00 pagi, dokter sedang melakukan pemeriksaan rutin sebelum kembali ke kota bersama Jordan dengan helikopter yang siap kapan saja. Ada perban yang perlu di pasang dan ganti di beberapa lokasi di tubuh Fiona

Fiona menyadari tubuhnya mendapatkan perawatan seperti biasa, tapi kali ini dia harus kabur di tempat itu, melihat sebuah pisau bedah, dengan cepat dia mengambilnya dan menyodorkannya pada sang dokter

“nona!” ucap sang dokter langsung mundur dari Fiona.

“pergi dokter! Jangan obati saya lagi! Pergi!” teriak Fiona mengancam dengan dirinya.

Kedua pengawal langsung masuk mendengar teriakan itu, “pergi!” teriak Fiona lagi.

“jangan sentuh saya lagi!” teriak Fiona melepaskan jarum infusnya.

Sang dokter memberi kode untuk menuruti keinginan Fiona. Mereka menutup pintu dengan rapat.

Gedubrak!

Fiona turun dari kasurnya. Dia masih menggenggam pisau medis itu sebagai perlawanan kalau ada yang datang menyentuh dirinya.

Fiona tidak bisa berdiri, dia bergerak dengan kedua tangannya menuju ke sudut ruangan dengan tatapan yang selalu waspada. Tatapannya di penuhi oleh pandangan buram yang tidak jelas

Klek!

Pintu terbuka, seorang lelaki masuk dengan pelan. Fiona langsung mengangkat tangan yang menggenggam pisau bedah itu.

“berhenti!” ucapnya

“Ana...” terdengar suara seseorang yang sangat dia kenal menghampirinya

Jordan berjongkok menghampiri Fiona, mencoba mengulurkan tangannya mengambil benda itu, tapi Fiona belum yakin dengan seseorang yang tidak jelas dalam pandangannya. Seorang pria dengan penampilan rapi karena setelan jas terpasang indah di tubuh penuh otot yang besar, terlihat sangat sexy. Fiona juga tidak mengenali seorang lelaki yang sangat tampan menghampirinya. Bahkan potongan rambut juga style Jordan tidak di kenalinya sekalipun.

“ini aku. Jangan takut Ana” tutur Jordan meyakinkan.

“Jordan?” lirih Fiona

“em, aku Jordan” jawabnya dengan lembut.

Srukk!

“huaaaa...Jordan hiks hiks” tangis Fiona langsung menarik Jordan dalam pelukannya.

“tolong aku hiks hiks hiks! Bawa aku pergi dari tempat ini! Mereka semua pembunuh! Mereka akan menyentuhku lagi sesuka hati mereka! Hiks hiks bawa aku pergi Jordan!” ucap Fiona sangat ketakutan, tangan itu gemetar bersama dengan tangisan yang selama ini dibendungnya

“tidak akan ada yang berani menyentuh apalagi melukaimu Ana, aku di sini bersamamu” ucap Jordan sembari mengelus punggung itu dengan lembut. Seolah memberikan keamanan dari segala arah

“ahh!” kaki Fiona terasa keram.

Dengan cepat tangan kekar itu menggendongnya ke kasur, mengingat kejadian semalam saat Fiona menggenggam sebuah beling kaca ingin mengakhiri hidupnya, membuat Jordan marah meskipun dia hanya diam.

“Ana...apa kamu tidak menyayangi tubuhmu lagi?” tanya Jordan tahu kalau Fiona sengaja melukai dirinya sendiri.

“bagaimana kamu bisa di sini?” tanya Fiona juga penasaran

“aku...seorang pengawal pemilik kastil ini” jawab Jordan dengan santai

“ke mana para penjahat yang menyekapku? Apakah bos kalian yang memerintahkan untuk membuang mereka semua ke laut?” tanya Fiona menatap mata Jordan yang tidak menyimpan kebohongan.

“tuan kami melakukannya sebagai balas budi karena kamu telah menyelamatkanku” jawab Jordan.

“balas budi? Meskipun itu nyawa seorang manusia?” gumam Fiona merasa hal itu sangatlah di luar kehendak. Seharusnya mereka di serahkan ke pihak berwajib untuk mendapatkan hukuman.

"aku tidak ingin berada...”

Klek!

“master...”

“TUAN!” ucap Jordan ketika Hendry masuk untuk datang menjemputnya pergi.

Fiona ketakutan, bersembunyi di balik tubuh kekarnya, dialah lelaki yang menyuruh pengawalnya untuk membunuh dengan bejat.

“apa dia tuanmu Jordan?” tanya Fiona membuat Hendry terbelalak ketika nama yang tidak boleh di panggil apalagi di sebut itu keluar dengan bebas dari Fiona.

“iya, dia adalah tuan di rumah ini” jawab Jordan dengan cepat. Memberikan kode mata untuk tetap natural di hadapannya

“apa kamu akan pergi?” tanya Fiona penuh harap agar Jordan tetap tinggal.

“tuan, apa kita boleh bicara berdua” tanya Jordan langsung di balas anggukan oleh Hendry yang tidak bisa berkata-kata.

“aku akan kembali” pesan Jordan sebelum keluar dari kamar itu.

Tatapan kesal Hendry melihat Jordan tidak bisa berkutik di depan Fiona, bahkan seorang master tidak lagi merasa keberatan namanya di sebut. “jangan menatapku seperti itu. Kau ingin mati?” ujar Jordan dengan tatapan mematikan.

“kenapa tidak terus terang mengenai diri master yang sesungguhnya” tanya Hendry.

“kalau aku terus terang mengenai diriku yang sebenarnya, dia pasti akan pergi, reaksi nya yang sangat ketakutan ketika melihat mu, apalagi aku. aku tidak mau itu. Tugas seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa manusia, sementara aku sebaliknya, aku seorang pembunuh” jawab Jordan terlihat pilu, suaranya mampu menekan atmosfer kematian dalam diri seseorang

“berarti, kalian berdua tidak cocok” pikir Hendry

Plakk!

"Setelah meninggalkan mu beberapa saat, sepertinya kamu semakin kurang ajar Hendry"

Di beberapa suasana Hendry dengan santai nya menyampaikan apa yang ada di benaknya, itupun kalau dia tahu mood seorang master sedang dalam ranah happy

Bahu itu di tepuk keras oleh Jordan, bukannya merasakan apa yang di rasakan bosnya, justru dia sendiri yang begitu mudah menyakiti dengan kalimatnya.

“kamu memang mayat hidup Hendry” kata Jordan

“maksud master?”

“kamu tidak punya hati!” jawab Jordan.

“master, bagaimana dengan pertemuannya?”

“kamu saja yang mengurusnya. Aku tidak akan kemana-mana selama sebulan di kastil ini”

“tapi master...”

“ahh, perintahkan pada semua pengawal di rumah ini untuk segera meninggalkan kastil”

“lalu siapa yang akan menjaga master di sini?”

“biarkan mereka tinggal di hutan. Hanya pelayan yang boleh menetap di kastil ini”

“sepertinya Anda yang tidak punya hati di sini”

“Hm, mungkin ” jawab Jordan dengan senyuman hangat yang baru pertama kali nampak di mata Hendry.

“aku serahkan semuanya padamu Hendry” ucap Jordan berlalu pergi. Hendry tersenyum, sepertinya gelar hewan buas akan musnah jika dia bersama Fiona.

“mungkin ini saatnya” gumam Hendry akhirnya pergi meninggalkan kastil itu selama beberapa hari.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience