13 Koma

Romance Series 7177

“apa kamu sudah melakukannya?”

Tatapan mata itu penuh dengan intimidasi. Tembakau yang berbau wangi menyebar di seluruh ruangan, ditambah lagi botol bir sudah habis dalam sekejap mata, tapi anehnya tidak ada raut wajah mabuk ataupun tidak sanggup lagi, justru suasana semakin mencekam dengan raut wajahnya yang sangat menyeramkan

“ya, master. Seperti yang anda inginkan” jawab Hendry gugup, dia seperti berada dalam ambang kematian

“apa mereka masih hidup?” suara berat itu semakin mencekam

Ruangan itu hanya disinari oleh lampu yang remang-remang di malam hari, seolah-olah tidak ada makhluk hidup di dalamnya. Bagaimana rumah hantu yang tidak terurus bertahun-tahun. Tapi semua benda di dalamnya terjaga dengan sangat baik.

Lelaki yang sedang menyandarkan tubuhnya di sofa sembari menyesap rokok yang hampir akan selesai. Mata itu bersinar terkena pantulan cahaya bulan di balik jendela. Tatapan mata itu seperti racun yang memabukkan bagi yang menatapnya.

“mereka semua masih hidup master”

“beberapa hari lagi, buang mereka ke laut” ucap nya dengan suara penuh penekanan

“hanya itu master?”

“sisanya aku serahkan padamu” jawabnya menaruh sisa puntung rokok itu di sebuah asbak sudut sofa nya

“baik master”

Sebulan berlalu, Jordan masih berada di kastil siap sedia menemani wanita yang tak kunjung bangun dari tidurnya. Segala upaya dia lakukan, tapi hanya satu petunjuk yang di berikan Fiona untuknya, yaitu ayah. Fiona selalu mengigau sembari memanggil ayahnya. Jordan semakin cemas dengan kondisi Fiona yang makin memburuk, terutama psikisnya.

“ayah...ayah...maaf” lirih Fiona selalu didengar oleh telinga Jordan dengan jelas.

"Pandu..." Lirihnya

Suara itu membuat Jordan nekat mendatangi sebuah hotel tempat di adakannya sebuah pertunangan yang berhasil tertunda hingga akhirnya pertunangan itu bisa di laksanakan hari ini. Ini semua adalah rencana yang di buat Jordan.

Dekorasi yang indah dan megah di penuhi oleh bunga-bunga yang tertata rapi juga kursi dan meja yang tersusun berderet-deret karena para undangan petinggi yang hadir di acara bahagia mereka.

Semuanya penuh kilauan yang megah. Seperti biasa, dia masih mempertahankan penampilan sederhana yang dulu demi menutupi identitasnya. Menyaksikan pertunangan itu dari kejauhan, dia tidak ingin menghancurkan dua insan yang bersatu dalam ikatan, yang menandakan bahwa Fiona akan menjadi miliknya selamanya.

“ini kesempatan terakhir bagi keluargamu, Nugroho” ujar Jordan menghampiri keluarga bahagia yang sedang menikmati minuman mereka.

“maaf mengganggu hari bahagia kalian” ucap Jordan membuat kedua keluarga itu meliriknya. Dengan senyuman ikut memeriahkan kebahagiaan hari yang spesial ini bagi mereka

“kamu!” ucap Natalia dengan penuh kebencian

“apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Nugroho masih dengan tatapan yang sama, yaitu amarah

“ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda” jawab Jordan dengan sopan dan santai.

“apa ini tentang Fiona?” terka Tamara memulai pembahasan menarik untuk mempermalukan seorang lelaki hina yang masih mengharapkan pengampunan untuk Fiona.

“Ana sakit, dia sangat membutuhkan Anda” tutur Jordan masih mempertahankan temperamen hewan buas yang ada dalam dirinya .

“benarkah?” tanya Nugroho cemas pada anak yang sangat dia sayangi

“bohong! Kak Ana baik-baik saja ayah” tolak Natalia tahu kalau saat ini dua orang suruhannya sedang menyekap Fiona di tempat yang sudah dia siapkan.

Tapi sesungguhnya dia tidak tahu kalau dua lelaki itu sudah mati di bunuh oleh orang-orang suruhan musuh Jordan. Kini para penjahat itu sedang mendapatkan siksaan yang amat pedih di markas Jordan.

“iya mas, ini hanya akal bulus mereka memanfaatkan mu agar Fiona kembali ke keluarga ini!” ucap Tamara meyakinkan.

“itu benar Nugroho, jangan percaya pada Fiona yang telah mempermalukan nama baik keluargamu” tambah ibu Pandu yang setuju dengan pendapat anak dan ibu.

Mendengar hal itu, tangan Jordan mengeras menahan amarahnya. Bahkan tidak ada satu pun orang peduli pada Fiona. Tapi ini keuntungan baginya, artinya wanita itu sudah menjadi tanggung jawabnya sendiri

“ini kesempatan terakhir bagi kalian” ujar Jordan terdengar sangat serius dengan seringainya

Demi Fiona, dia rela melakukan apa saja. Dia rela melakukan perjalanan jauh demi meminta bantuan untuk Fiona pada keluarganya. Baru kali ini Jordan memberi kesempatan pada orang-orang yang mencari masalah dengannya. Karena semuanya berakhir dengan kematian dan tidak ada kesempatan kedua baginya

Jordan kembali dengan harapan kosong, malam yang sangat larut dia tiba di kastilnya. Wajah yang sangat kecewa karena tidak bisa membawa ayah Fiona. Beberapa alat medis masih terpasang di bagian tubuh nya semakin membuat Jordan terpuruk melihatnya.

Seorang lelaki yang terlihat lesu dan tidak berdaya duduk di sampingnya dengan kondisi yang sangat berantakan, dia setiap hari merawatnya tanpa terlewat sedetik pun, bahkan dia rela menjaga tanpa tidur selama berhari-hari demi menanti mata itu terbuka lebar, berharap orang pertama yang di lihat Fiona adalah dirinya

“Ana...” lirih Jordan sudah bisa menggenggam jemari tak berdaya itu. Dia mengecup dan mengelus jemarinya dengan hati-hati.

“berapa lama lagi kamu tidur Ana...” lirih nya semakin sesak

“apa kamu tidak ingin berbicara denganku lagi?”

“aku...sangat ingin mendengar suaramu”

“aku ingin menatap mata mu yang sangat indah, aku rindu dengan senyuman mu Ana”

baru kali ini suara itu sangat lembut dengan tutur kata bagai puisi yang merindukan bait-bait cinta yang tidak pernah sampai.

Air mata itu pertanda kalau Jordan benar-benar takut kehilangan,

“Ana...jangan takut. Ada aku...”

“Ana...bangunlah”

“bangun sebelum aku menghancurkan bumi ini”

“Fiona Anastasya...aku merindukanmu” Jordan ikut berbaring sambil memeluk nya.

Entah karena kelelahan ataupun tidak sanggup lagi dengan keadaan. Pelukan itu sampai membuat dirinya tertidur sepanjang malam.

Hendry yang melihat dari kejauhan ikut merasakan luka, dia sendiri tidak mampu menjelaskan kronologi yang terjadi saat Fiona di siksa oleh mereka. Kalau sampai bos nya tahu, pasti dia akan menghancurkan apa pun yang terlibat dalam penculikan itu, tanpa pandang bulu. Dan lebih parahnya lagi, serangan pembunuhan ini terlibat langsung dengan ayah dari seorang wanita yang menjadi korbannya.

"Aneh, kamu berada di lautan darah manusia tapi raut wajah itu tidak menunjukkan rasa kepedihan ataupun peduli tapi kini wajah itu menunjukkan rasa terpukul dengan penuh kekecewaan"

“bawa bos itu ke laut bersama dengan semua anak buahnya” perintah Hendry dengan dingin

“baik tuan” jawab pengawal yang berada di sampingnya

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience