Bab 59 - Jangan Berkelahi

Romance Completed 141212

Seperti biasa, hari ini Sashi memiliki rutinitas tetap, yaitu mengantar makan siang untuk Arkan. Laki-laki itu berubah menjadi sangat manja dan seolah enggan lepas darinya. Memaksa Sashi untuk terus berada di dekatnya, apalagi saat Arkan akan berangkat kerja. Dia berkata, ingin bolos dan tidur seharian sambil memeluknya. Benar-benar konyol. Tapi Sashi tidak bisa mengabaikannya. Sedikit demi sedikit dia mulai menerima perubahan Arkan.

"Kamu akan langsung pulang?" tanya Arkan ketika Sashi beranjak dari duduknya.

"Apalagi? Kak Arkan tidak mau aku menunggu di sini, 'kan?"

"Tidak juga. Aku akan mengantarmu," usul Arkan yang langsung berdiri.

"Tapi, bukannya sebentar lagi Kak Arkan harus kembali bekerja?" tanya Sashi ragu. Arkan tentu bukan orang yang muda dan mau sesuka hati membuang waktu kerjanya. Jika dilihat dari skala prioritas, Sashi adalah urutan kedua setelah pekerjaan bagi Arkan.

"Tidak masalah. Aku bosnya, tidak ada rapat penting untuk hari ini."

Sashi hanya mengangkat bahunya acuh, meski diam-diam tersenyum senang saat Arkan mau meluangkan waktunya untuk bersama. "Aku ingin ke suatu tempat sebelum pulang, Kak Arkan tidak masalah?"

"Apa kamu ingin menyita seluruh waktuku?" tebak Arkan, membuat Sashi langsung menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Memang niatnya seperti itu. "Baiklah, aku tidak bisa menolak keinginan istriku."

Tanpa basa-basi lagi, Arkan berpesan sekretarisnya untuk jangan membiarkan seorang pun masuk. Menyuruh orang yang berkepentingan dengannya, untuk menghubunginya kembali besok, karena saat ini Arkan ingin bersenang-senang bersama Sashi.

***

"Kamu menyukainya?"

"Ya, aku sangat menyukainya," ucap Sashi sambil menatap hamparan bunga dengan berbagai macam warna.

Sashi tidak pernah mengira, jika Arkan akan membawanya ke taman bunga. Tempat di mana dia bisa melihat keindahan yang menyejukkan mata. Sampai-sampai, rasanya Sashi ingin membawa semua yang dilihatnya ini. Rumput-rumput hijau yang terpangkas rapi, begitu enak dipandang. Membuat Sashi ingin sekali merebahkan tubuhnya di atasnya sambil menatap langit yang tampak teduh.

Hari ini adalah hati keberuntungan untuknya, matahari tidak terlalu bersinar. Terselimuti awan hingga tidak membuat cuaca panas, namun bukan berarti tanda-tanda hujan akan turun. Ditambah, di sana tidak terlalu banyak orang, karena ini bukan hari libur atau weekend.

Sashi benar-benar sangat puas. Laki-laki itu mengajaknya menikmati kuliner makanan, belanja bahkan nonton film. Ini seperti kencan kedua mereka. Namun ada perbedaan yang begitu jelas, dulu Sashi terpaksa mengikuti kemauan Arkan, tapi sekarang dia sukarela. Dia sangat amat menikmati setiap detik berharga bersama Arkan. Hal yang waktu itu terasa sangat menjengkelkan baginya.

Kadang, setelah apa yang dia alami sekarang, Sashi tidak lagi ingat akan sikapnya yang menyebalkan waktu itu. Arkan seakan membuatnya lupa, jika dulu dia pernah membuat kesalahan. Hal buruk itu seolah hilang begitu saja. Meski untuk beberapa saat, kadang Sashi berpikir jika dia tak cukup pantas untuk bersanding dengan Arkan. Sifat buruknya masih ada.

"Sashi kemarilah!"

Arkan mengajak Sashi berteduh di bawah pohon rindang. Mengusap kepala istrinya dengan lembut, sembari membayangkan apa yang akan terjadi saat mereka memiliki anak. Sepertinya, dia akan menjadi orang yang paling bahagia, saat tahu kalau seandainya Sashi hamil.

"Aku sangat mencintaimu. Aku harap, anakku segera tumbuh di dalam sini," ucap Arkan, mengecup bibir Sashi sambil mengusap perut rata istrinya.

"Rasanya aku masih tidak percaya, kalau aku luluh karena Kak Arkan. Ini seperti mimpi," gumam Sashi.

"Ya, aku berhasil membuatmu tidak lagi memikirkan perceraian. Dan pada akhirnya, aku terlalu sulit untuk kamu tolak," ucap Arkan sambil terkekeh kecil. Tangannya tanpa henti, terus mengusap perut Sashi hingga berlanjut dengan tangan Arkan yang berusaha menyelinap masuk ke dalam pakaian Sashi. Merangsek maju semakin ke atas dengan satu tangan menyentuh pinggulnya. Sampai Sashi dengan cepat menyingkirkan tangan Arkan.

"Tidak di sini."

Sorot kecewa langsung terlihat di mata Arkan. Namun dia menurut dan diam saat sadar di mana mereka berada saat ini. Arkan hampir saja melakukan hal tak senonoh di tempat umum. Sashi terlalu menggoda saat ini.

"Apa ini hanya perasaanku saja, atau dada dan pinggulmu bertambah besar?" Dengan tatapan menelisik, mata Arkan menatap ke arah dada dan kembali meraba pinggul istrinya. Memastikan, jika dia tidak salah. Dan benar saja, tubuh Sashi semakin berisi. "Mereka semakin berisi."

"KAK ARKAN! JANGAN KETERLALUAN!" pekiknya sambil menepis tangan Arkan. Perpindah posisi dan menjauhi Arkan. Matanya melotot kesal, melihat ke segala arah, khawatir seseorang melihat mereka.

Perkataan dan perbuatan tak senonoh Arkan, membuat wajah Sashi memerah. Dia malu bukan main, apalagi saat menyadari tak jauh dari tempatnya berada, terdapat beberapa pasangan yang sedang menikmati waktu bersama. Bagaimana jika mereka menatap ke arahnya?

"Kenapa marah? Aku hanya berkata jujur. Kamu makan apa sampai mereka tumbuh?"

Bukannya membuat kekesalan Sashi reda, perkataan Arkan malah semakin membuat wanita itu sebal dan tanpa basa-basi, mendorongnya hingga terjungkal. Suasana hatinya menjadi buruk gara-gara perkataan laki-laki itu. "Aku mau pulang."

"Sepertinya kita tidak bisa pulang. Bagaimana kalau menyewa hotel? Aku sangat lelah," keluh Arkan, memasang wajah lesu. Meski sebenarnya, dia masih sanggup untuk menyetir.

"Pulang atau Kak Arkan akan aku tinggal," ancam Sashi yang seketika itu juga langsung berdiri dan berjalan menjauh. Membuat Arkan hanya bisa menghembuskan napas berat. Mau tak mau mengikuti langkah kaki istrinya.

"Sashi, tunggu! Baiklah, kita pulang." Arkan menahan Sashi yang berniat masuk ke dalam kursi kemudi. Menyuruh wanita itu untuk masuk ke dalam kursi penumpang. Namun, saat Arkan hendak masuk ke dalam mobilnya, matanya tanpa sengaja melihat perkelahian lewat kaca spion.

Untuk beberapa saat, Arkan dibuat terdiam. Ada sekitar lima laki-laki yang tengah terlihat berkelahi di sebuah lahan kosong. Namun Arkan tidak tahu siapa mereka. Tubuh-tubuh kekar dan berotot itu tidak bisa membuatnya melihat jelas siapa orang malang yang dipukuli.

Awalnya, dia berniat mengabaikan apa yang terjadi, namun rasa penasaran membuatnya malah memicingkan mata demi memperjelas apa yang dia lihat. Sampai kemudian, Arkan menyadari siapa laki-laki yang tengah dikeroyok itu. Melihat itu, dia tanpa basa-basi, langsung kembali keluar dan berjalan menghampiri mereka.

"Kak Arkan, mau ke mana!"

Sashi menganga, melihat Arkan yang berlari ke arah orang yang tengah berkelahi, dari dalam mobil. Dia syok. Tapi lebih syok saat Arkan tanpa basa-basi menghajar mereka sekaligus. Hanya sumpah serapah yang keluar dari mulutnya saat melihat sikap sok pahlawan yang Arkan lakukan. "ASTAGA! Dia pikir, dia itu jagoan!"

Rasanya Sashi ingin sekali memukul Arkan dan menarik laki-laki itu menjauh. Dia tidak suka melihat perkelahian. Tidak, setelah apa yang dulu Andrew sering lakukan. Terlibat tawuran. Kepalanya bahkan langsung pusing. Sashi tidak bisa turut campur, karena dia juga takut. Yang bisa dia lakukan saat ini, hanyalah berdoa agar Arkan baik-baik saja dan berusaha menenangkan hatinya yang mendadak gelisah. Dia tidak mau melihatnya. Tidak mau.

Sashi menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Dia benar-benar takut. Orang-orang itu banyak dan Arkan melawannya sendiri. Suami bodohnya itu benar-benar menyebalkan. Sashi terus menggerutu dalam hati, merutuk tindakan Arkan, sampai beberapa menit kemudian sebuah ketukan kaca terdengar.

"Sashi, bisa kamu menolongku?"

Tersentak, suara itu lantas mengalihkan perhatian Sashi. Menatap terkejut ke arah Arkan yang membawa seseorang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience