Bab 73 - Akhir Segalanya

Romance Completed 141212

"Aku mencintaimu, Kiana," ucap Arkan pada Kiana sambil mencium wanita itu dengan lembut, seolah mencurahkan perasaan sayangnya tanpa memedulikan Sashi yang melihatnya dari ambang pintu dengan mata melotot.

Tubuhnya bergetar dan nyaris rubuh menyaksikan adegan menyakitkan itu di depan matanya sendiri. Sampai akhirnya, dengan perasaan marah, Sashi berjalan dan memisahkan mereka. Memukul bahu Arkan dengan kuat dan membentaknya.

"KAK ARKAN. KENAPA KAKAK MENGKHIANATIKU! AKU KIRA SEMUANYA SUDAH SELESAI! KENAPA WANITA INI! KENAPA HARUS DIA!"

Suara tangis Sashi terdengar sangat keras namun dia sama sekali tidak berhenti menampar wajah tampan itu berkali-kali. Tak memedulikan saat Kiana menatapnya dengan tatapan terkejut. Hatinya benar-benar sangat hancur dan tercabik-cabik hingga hanya linangan air mata yang keluar sebagai ekspresi dari perasaannya yang terluka. Sesak. Dadanya mendadak sangat sesak.

"Kak Arkan tega! Aku tidak akan memaafkanmu!"

Kemarahan Sashi semakin tak terkendali, dia menjambak dan memukuli Arkan membabi buta. Berteriak seperti orang kesetanan. Rasa marah membuatnya lupa akal sehat, sampai Arkan berusaha melepaskan diri dan dengan dibantu oleh Kiana. Sayangnya, hal itu tidak cukup membuat Sashi berhenti memukul dan malah semakin brutal.

"Sashi berhenti."

"Sayang, berhenti."

"Sashi ...."

"Kak Arkan tega! Aku tidak akan memaafkan Kakak!"

"SASHI BANGUN DAN BERHENTI MEMUKULKU!"

Suara teriakan keras itu, tiba-tiba membangunkan Sashi yang tengah tertidur gelisah. Matanya melotot dan menatap Arkan yang masih dalam keadaan tidur bersama dengannya dengan lampu kamar yang sudah menyala. Dia berhadapan langsung dengan tubuh Arkan. Meremas kedua pipi laki-laki itu hingga tampak wajah Arkan sedikit memerah.

"Kamu mimpi apa sampai memukuliku?" tanya Arkan dengan wajah masamnya. Mendengus kesal dengan kelakuan istrinya. Percayalah, pipi dan rambutnya sakit. Cakaran dan Jambakan Sashi di wajah juga rambutnya benar-benar kuat. Padahal Arkan tengah tertidur lelap dan kaget ketika Sashi malah berteriak hingga kemudian menamparnya membabi buta.

"Hah? M-mimpi?"

Melihat wajah polos tanpa dosa istrinya, Arkan hanya mendelik dan berdecak sinis. Apa wanita itu sama sekali tidak bisa membedakan mana alam mimpi dan alam nyata? Tega sekali menjadikan Arkan sasaran kemarahannya yang tidak jelas!

"Kamu pikir apa? Kamu teriak-teriak dan memakiku tengah malam. Mengigau dan menuduhku berselingkuh. Apa yang terjadi sebenarnya?"

Kali ini, giliran Sashi yang dibuat semakin bingung. Tak menampik, wajahnya juga sedikit malu, hingga akhirnya dia mulai mengedarkan pandangannya ke arah lain. Menatap ke arah jam yang menunjukkan pukul dua dini hari. Arkan benar, ini masih malam dan dia sedang tidur di ranjang bukan melihat Arkan yang berduaan dengan Kiana. Namun kenapa, rasanya semua itu sulit untuk Sashi percaya. Dia melihat mimpi itu seperti nyata.

"Ohh, jadi itu hanya mimpi? Kak Arkan tidak berselingkuh dengan wanita itu, ya?"

Kernyitan di dahi Arkan terlihat. Dia terdiam sebentar saat mendengar kata 'selingkuh' yang istrinya ucapkan. "Jadi, kamu bermimpi kalau aku berselingkuh dan karena itu, kamu memukuliku seperti orang kesetanan?"

"Iya, aku melihat Kak Arkan berciuman dengan Kiana! Aku benar-benar sangat marah, tapi aku tidak tahu kalau itu cuman mimpi," ringisnya.

Sashi menatap wajah Arkan yang tampak terkena bekas cakarnya. Pipi kiri laki-laki itu cukup merah dan sedikit berdarah. Menjelaskan, betapa bernafsunya Sashi memukuli Arkan. Salahkan mimpi itu yang membuatnya salah paham. "Apa pukulanku keterlaluan? Ini sakit?"

Tatapan Sashi terlihat khawatir. Salah satu tangannya menyentuh lembut wajah Arkan yang terluka, sampai laki-laki itu mencium punggung tangannya.

"Sakit, tapi ini bukan apa-apa, kamu tidak perlu khawatir."

Sayangnya, semua itu tak membuat perasaan rasa bersalah yang tiba-tiba muncul dalam hati Sashi hilang. Dia merasa bersalah. "Kak Arkan bohong."

"Aku bersumpah. Ini bukan apa-apa, yang aku khawatirkan justru adalah kamu, Sashi. Apa yang membuatmu sampai bermimpi seperti itu?"

Hanya satu gelengan lemah yang bisa Sashi berikan sebagai jawaban. Dia juga benar-benar tidak tahu. Kecemasan yang berlebih saat tahu kalau kemarin, sidang Kiana ditunda, bagai mimpi buruk yang terus menghantuinya sepanjang malam. Dia takut kehilangan Arkan. Rasa takut yang bahkan lebih besar dari rasa takutnya ketika Andrew meninggalkannya.

"Sudahlah, jangan pikirkan perkataanku. Ayo, kembali tidur," ajak Arkan sembari mengusap helaian rambut Sashi dengan lembut. Membuat istrinya merasa nyaman. Arkan seolah tahu perasaan kacau istrinya.

"Jangan takut, meski ada seribu wanita yang datang padaku dan meski kau sudah tidak lagi muda, aku hanya akan mencintaimu, Sashi."

***

Pagi itu, Sashi bangun kesiangan. Matahari sudah cukup tinggi dan Arkan sudah pergi entah ke mana. Hanya ada dirinya di ranjang. Terdiam sembari mengumpulkan nyawa untuk bisa bangun. Butuh beberapa menit untuk Sashi sadar sepenuhnya, sampai dia benar-benar membuka matanya lebar-lebar dan beranjak dari ranjang. Berjalan menuju kamar mandi.

"Kak Arkan. Kak!"

Di kamar mandi, tidak ada.

Kosong. Menjelaskan kalau laki-laki itu tidak ada di sana. Sampai dengan langkah sedikit malas, dan penampilan yang acak-acakan, Sashi keluar menuruni tangga menuju lantai bawah. Tepat, saat dia mencapai tangga terakhir, Arkan sudah ada di depannya dengan senyum manis. Luka semalam masih ada, meninggalkan bekas seperti cakaran kucing. Untungnya, cakaran itu tidak banyak dan tidak terlalu jelas. Tertutupi oleh penampilannya juga sudah sangat rapi, sangat berbeda jauh dengan Sashi yang bahkan belum mandi.

"Aku baru saja akan membangunkanmu," ucap Arkan sambil mengecup bibir Sashi dengan lembut. Terkekeh saat melihat muka bantal istrinya. Sashi tetap cantik bagaimana pun keadaannya.

"Aku belum mandi. Jangan cium-cium."

Sashi berusaha menjauhkan diri, namun ternyata Arkan malah memeluk pinggangnya dan kembali mendaratkan ciuman di bibirnya. Kali ini lebih lama dan intens, sampai sebuah langkah kaki dan suara menyadarkan keduanya.

"Sayang! Kamu baik-baik saja, 'kan? Astaga! Mama sangat khawatir dengan kondisimu," cerocos Nina, mertua Sashi. Dia langsung menyingkirkan Arkan yang masih memeluk erat menantunya dan mengganti dengan pelukan darinya.

"Mama benar-benar minta maaf atas semua kejadian yang tidak mengenakkan. Keluarga kami membawa masalah pada kehidupanmu. Tolong maafkan Andrew dan Arkan. Mama rasa, Mama gagal menjadi orang tua," ucap Nina dengan mata berkaca-kaca. Jelas saja, semua masalah ini bermula dari Andrew dan berlanjut pada pernikahan yang tak diinginkan menantunya. "Kalau kamu mau berpisah, tidak apa-apa. Mama tidak akan melarang, Mama tidak tega melihatmu menderita seperti ini. Arkan memang kalau marah suka meninggalkan rumah, tapi dia tetap akan selalu kembali."

"MAMA! Mama apa-apaan! Arkan tidak mau menceraikan Sashi! Dia juga sedang hamil! Aku, 'kan sudah menjelaskan semuanya. Sashi juga sudah memaafkanku," tegur Arkan dengan wajah kesalnya. Susah payah dia mempertahankan wanita itu dan membuat Sashi jatuh cinta padanya. Tidak mungkin kalau Arkan akan melepaskannya begitu saja.

Hatinya sudah dibuat jungkir balik oleh Sashi. Perasaan cemburu, senang, kesal dan marah juga bahagia hanya dia rasakan dengan Sashi. Bahkan, hanya dengan wanita itu, Arkan bisa lebih baik. Belajar sabar, belajar lebih dewasa dan bagaimana caranya dia mengubah istrinya menjadi lebih baik. Itu ujian bagi Arkan, tapi dia sangat menikmatinya.

"Tapi, kalau Sashi tidak mau denganmu, bagaimana! Dia pasti sangat menderita!"

Sashi dengan segera mengusap air mata mama mertuanya pelan. Lihatlah, begitu beruntungnya dia mendapat mertua dan suami terbaik di sampingnya. Mendapat orang-orang yang mau mengerti dan menasehatinya tanpa menghardik. Tanpa menyalahkan, namun ditunjukkan melalui kasih sayang dan karena itu, dia sangat tersentuh. Betapa luar biasanya Tuhan memberikan dan mengganti apa yang membuatnya sakit di awal.

Hanya senyum kecil yang terlukis di bibirnya saat Arkan dan Nina masih berdebat sambil membawanya berjalan ke arah ruang tengah, yang ternyata sudah terdapat orang tua dan ayah dari suaminya. Mereka duduk dan menyambutnya.

***

"Lihatlah! Ada bintang jatuh! Apa harapanmu, Sayang?" tanya Arkan sambil menatap Sashi dengan senyum manis di bawahnya. Keduanya berbaring di rerumputan hijau di halaman belakang dengan beratapkan langit malam ditaburi bintang-bintang dan rembulan yang tampak lebih terang dari biasanya. Tentu, keduanya memakai pakaian hangat.

"Apa Kak Arkan masih percaya dengan hal itu?"

"Entahlah, aku hanya penasaran saat orang-orang membuat permohonan," ucap Arkan sembari mengangkat bahunya acuh.

"Aku tidak percaya pada bintang jatuh. Aku hanya percaya pada Tuhan. Kalau aku ingin meminta, aku akan meminta pada Tuhan agar aku bisa hidup selamanya dengan Kak Arkan sampai kematian sendiri yang memisahkan kita."

Arkan terdiam dan cukup terkejut dengan perkataan Sashi. Menatap manik mata hitam istrinya yang tampak sangat bersinar malam ini. Wanita itu dengan kata-katanya mampu membuat Arkan tersihir, sampai sebuah senyum manis terukir di sana. "Aku sangat beruntung bisa memilikimu di sisiku. Terima kasih, Sashi."

"Tidak. Akulah yang merasa beruntung karena memiliki suami sempurna seperti Kak Arkan. Aku benar-benar bersyukur, Tuhan menggantinya dengan seseorang yang luar biasa," jujur Sashi.

Inilah pertama kalinya dia jujur pada Arkan tentang perasaannya. Selama ini, sangat jarang dan Sashi bahkan acap kali menolak serta menyangkal kalau dia bahagia hidup bersama Arkan, akan tetapi, reaksi Arkan justru di luar dugaan. Laki-laki itu malah tertawa kecil.

"Jangan memujiku berlebihan, aku takut besar kepala. Ya, walaupun aku memang tampan, mapan, dan suami idaman. Ditambah banyak wanita yang tertarik padaku, tapi aku tidak sempurna seperti yang kamu katakan. Aku sama sekali tidak akan sempurna tanpa ada kehadiranmu di sisiku. Keberadanmu, melengkapi semua kekuranganku. Terima kasih sudah bersedia menjadi pendamping dari seorang pria biasa sepertiku."

Mata Sashi langsung berkaca-kaca mendengar pengakuan Arkan. Dia benar-benar merasa sangat dihargai dan dicintai. Sashi berjanji, tidak akan pernah dan tidak akan ada laki-laki lain di hatinya lagi selain Arkan. Hanya dia. Hanya Arkan yang akan selalu dia cintai.

"I love you, my perfect husband."

___

TAMAT????

Alhamdulillah, selesai juga. Sedih sebenarnya menamatkan cerita ini, tapi gimana lagi? Akan selalu ada akhir saat ada awal.

Author dengan segenap rasa syukur, mengucapkan terima kasih pada readers tersayang???? yang selalu support cerita ini dengan komen kalian, buat silent reader juga terima kasih. Terima kasih juga atas masukannya. Catatan buat author agar bisa berkarya lebih baik lagi.

Untuk yang penasaran sama Kiana, nanti author post blurb-nya. Terima kasih semuanya????

Share this novel

SAIDS
2021-04-10 18:26:15 

thanks for this making this novel....it makes my day ... aku harap kmu bisa lebih brkarya selepas ini.(•‿•)


NovelPlus Premium

The best ads free experience