Bab 63 - Bersikap Aneh

Romance Completed 141212

"Aku masih tidak mengerti, kenapa kamu pergi? Katakan sesuatu kalau kamu marah denganku," ucap Arkan, sambil helaian rambut Sashi.

Rasanya, kehilangan wanita itu untuk semalam saja, Arkan menjadi kalang kabut. Dia benar-benar tidak bisa tidur dan mencari-cari Sashi semalaman. Pikirannya, hanya takut jika wanita itu pergi meninggalkannya. Arkan bahkan lebih memilih bolos dibanding berangkat kerja.

"A-aku, aku menginap di rumah Kinar s-semalam." Sashi menatap gugup ke arah Arkan. Lidahnya tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak, setelah perkataan Andrew terngiang di kepalanya.

Arkan sontak mengerutkan keningnya. "Kinar?"

"Teman kerja. Dia teman lamaku dulu," tambahnya, membuat Arkan mengangguk. Walaupun dia masih sedikit merasa ada yang janggal dengan gerak-gerik istrinya. Ada sesuatu yang masih Arkan ingin tanyakan. Tapi sayang, hal itu segera dihentikan oleh Sashi, yang menawarkan makanan untuknya.

Sashi tidak bisa membiarkan Arkan terus bertanya tentang semalam. Dia masih belum berani menjelaskan semuanya. Rasa bersalah dan perasaan marah masih mengganggunya. Dia tidak mau, kalau Arkan mengajaknya berpisah karena masalah yang tidak pernah dia lakukan. Meski harus Sashi akui, ini semua karena kecerobohannya.

Tangan Sashi mengepal dengan matanya yang tampak kembali memanas. Tidak. Dia tidak yakin mereka benar-benar melakukannya. Sashi tidak mengingat apa pun semalam. Tapi, bukan tidak mungkin, Andrew melakukan sesuatu terhadapnya? Tidak. Semoga saja pemikiran itu tidak benar.

Di saat Sashi tengah sibuk dengan masakannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan multimedia dia terima dari nomor tak dikenal. Pesan dari orang asing. Awalnya, Sashi ingin mengabaikan tapi sebaris kalimat yang terlihat di layar notifikasi, membuatnya penasaran untuk membuka pesan itu. Keningnya mengernyit.

'Bagaimana jika suamimu melihat ini?'

Tangannya dengan cepat membuka pesan itu dan melihat apa yang dikirimkannya. Hal pertama yang Sashi lihat saat membuka pesan tersebut, adalah gambar dan video. Awalnya tampak tidak ada yang aneh, tapi setelah dilihat lebih dekat, matanya seketika langsung terbelalak. Di sana, pesan itu ternyata berisi gambar dirinya yang tertidur dengan Andrew tanpa busana semalam. Cukup banyak gambar yang diambil dan itu dari berbagai sudut.

Tubuh Sashi langsung gemetar. Dia menutup mulutnya syok. Tak percaya dengan pesan yang dikirim oleh orang asing itu, hingga tanpa sengaja, tubuhnya nyaris oleng dan hampir menyenggol piring di sebelahnya, jika Arkan tidak datang dan menangkapnya.

"Sashi, ada apa? Apa yang kamu lakukan?"

"A-apa? Aku t-tidak melakukan apa p-pun."

Wajah Sashi benar-benar pucat. Dia sedikit terhenyak dan seketika langsung menyembunyikan ponselnya. Sampai saat Arkan membawanya menuju tempat duduk. Mematikan kompor yang sempat dinyalakan oleh Sashi.

Waktu terasa berhenti. Sashi sampai tidak bisa berpikir apa pun. Dia hanya bisa diam saat Arkan memberikannya minum. Sedang pikirannya terus menerus bertanya, siapa? Siapa yang mengirimnya? Sashi tidak melihat semuanya. Dia hanya melihat beberapa foto saja, tidak dengan video itu. Jelas, dia tidak berani melihatnya. Sashi terlalu takut, apa yang ada di dalam video itu adalah hal yang tidak pernah dia inginkan.

"Kamu aneh. Sebenarnya apa yang terjadi semalam? Kamu tidak dijahati, 'kan?"

"T-tidak, mungkin ini karena aku m-menonton film horor. Maaf, aku tidak bisa membuatkan makan untuk Kak Arkan."

"Tidak apa-apa, aku sudah sarapan tadi. Lebih baik, kamu sekarang tidur," ucap Arkan sambil mengecup puncak kepala Sashi. Sementara wanita itu hanya menurut saat dirinya digiring menuju kamar oleh Arkan. Tidak ada penolakan. Terlalu penurut dan hal itu sedikit membuat Arkan heran.

Sashi, tidak seperti biasanya.

Biasanya wanita itu akan banyak membantah, menggerutu, atau mungkin ceweret. Tapi saat ini, Sashi justru lebih banyak diam dan hanya bicara seperlunya. Raut wajahnya juga terlihat suram, seolah tak bernyawa. Apa mungkin, Arkan berbuat salah?

Sejujurnya, Arkan lebih suka saat wanita itu marah-marah atau menggerutu, dibanding diam seperti ini. Dia merasa diacuhkan. "Apa aku perlu memanggil dokter?"

"Tidak. Aku ingin memeluk Kak Arkan di sini, apa boleh?"

Arkan mengangguk. Dia sebenarnya bingung dengan keanehan yang terjadi pada istrinya setelah menghilang. Tapi apa boleh buat, Arkan terlanjur senang melihat Sashi kembali. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk ikut berbaring bersebelahan dengan Sashi.

Namun tak disangka, tepat saat Arkan merebahkan diri, Sashi langsung memeluk tubuhnya begitu erat. Menyusupkan kepalanya di dada bidang Arkan. Tindakan yang cukup membuat Arkan terkejut, sampai dia berniat menjauhkannya. Arkan belum sempat mandi. Penampilannya benar-benar kacau. Dia tidak bisa membiarkan Sashi terlalu dekat dengannya.

"Jangan lepaskan, aku ingin memeluk Kak Arkan. Aku ingin tidur, Kak Arkan juga," ucapnya dengan nada serak tanpa mau membuka mata atau menatap Arkan. Sashi hanya terus menyusupkan kepalanya di sana. Hingga Arkan, akhirnya mengalah.

Sayangnya, Arkan sama sekali tidak mengetahui kalau ternyata, Sashi diam-diam menangis. Menumpahkan semua kecemasan dan ketakutannya di sana, dalam pelukan Arkan.

***

"Cari tahu semua yang terjadi, dan jangan sampai ada satu pun yang terlewat," perintah Arkan pada seorang laki-laki berpakaian rapi. Salah satu bawahannya.

Aura ketegangan di dalam ruangan itu sangat terasa. Ada banyak hal yang saat ini berputar di kepalanya. Tentang sikap aneh Sashi dan fakta tentang Kiana yang baru Arkan ketahui, juga adiknya yang katanya kemarin tidak pulang.

Apa yang terjadi?

Arkan hanya menatap lembaran kertas di depannya tanpa minat, sambil mengetuk-ngetuk meja. Memikirkan sesuatu, sampai kemudian terdengar suara ketukan pintu. Sesaat, Arkan terdiam hingga dia kemudian mempersilahkannya masuk. Namun tak disangka, ternyata orang datang adalah Andrew dengan seragam OB-nya.

Sontak saja, Arkan dengan cepat menyuruh salah satu bawahannya yang tadi berbincang untuk pergi. Beralih fokus ke arah Andrew yang datang sambil membawa makanan yang dia inginkan. Arkan tidak menyuruh Andrew. Tapi entah kenapa, malah adiknya yang datang membawakan pesanannya.

"Terima kasih," ucap Arkan sambil tersenyum. Rasa laparnya semakin menjadi dan hari ini, dia tidak bisa meminta Sashi untuk mengantarkan makanan seperti biasa. Sashi masih murung seperti kemarin, membuat Arkan sebenarnya sulit untuk meninggalkannya sendiri. Tapi Sashi terus berkata tidak apa-apa. "Kau bisa menemaniku makan?"

"Tidak, Kia sudah menungguku."

Arkan langsung mengangguk paham. Akhir-akhir ini, adiknya memang terlihat dekat dengan Kiana. "Jangan lakukan hal bodoh lagi. Kau harus membahagiakan orang yang kau sayang, bukan menyakitinya."

"Tidak akan. Kali ini, aku membahagiakannya," ucap Andrew misterius.

"Ah, iya, soal penagih utang itu, aku sudah membereskannya. Kuharap, lain kali kau tidak bertindak gegabah dan terlibat dengan mereka," ujar Arkan sedikit penuh penekanan.

Orang yang memukuli Andrew waktu itu ternyata penagih utang. Mereka mengejar Andrew yang menghilang begitu saja setelah berbulan-bulan. Adiknya bermain judi dan kalah taruhan hingga kebetulan, mereka mendapati Andrew di sana. Tapi, satu hal yang tidak Arkan mengerti, kenapa Andrew bisa ada di tempat yang sama dengannya saat itu? Jelas itu bukan jalan menuju ke arah rumah. Sayangnya, semua itu tidak bisa ditanyakan kemarin.

"Kau tidak perlu bersikap baik padaku. Aku bisa menentukan jalan hidupku sendiri," balas Andrew, sebelum kemudian berjalan meninggalkan Arkan yang langsung menggerutu. Dia tidak suka jika Arkan terlalu baik padanya. Namun, beberapa langkah berjalan, Andrew kembali terhenti dan menoleh kembali ke arah Arkan. Dia teringat sesuatu.

"Sashi, apa dia baik-baik saja?"

"Apa? Kenapa bertanya seperti itu?" Arkan mengernyitkan dahi dalam. Sayangnya, Andrew hanya menggeleng dan terdiam sebentar, sebelum kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Arkan yang kini dipenuhi tanda tanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience