Sashi tak bisa menyembunyikan tawanya saat Arkan mengajaknya bermain jet ski. Dia bahkan terus berteriak heboh ketika air membasahi tubuhnya, dengan kedua tangan yang kini memeluk pinggang suaminya erat. Arkan begitu mahir bermain jet ski.
Saat ini, Sashi benar-benar menikmati waktunya bersama Arkan. Dia membuang sejenak rasa lelah dan sakit hati yang dirasakannya. Arkan benar-benar mampu membuat Sashi kembali tertawa.
"KAK ARKAN, LEBIH CEPAT!!" teriak Sashi di samping telinga Arkan. Menepuk keras pundak suaminya seraya tertawa cukup keras.
Arkan hanya tersenyum sambil terus mengendarai jet ski-nya. Dia sangat senang saat mendengar tawa Sashi. Wanita itu benar-benar tampak sangat ceria. Arkan tidak pernah tahu, kalau bersama Sashi bisa sangat menyenangkan. Keduanya, terus menikmati waktu bersama.
Sampai saat dirasa lelah, Arkan akhirnya melajukan jet ski-nya kembali ke arah pantai. Pakaian mereka juga sudah basah dan sudah dipastikan, jika Sashi mungkin saja kedinginan.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Arkan ketika mereka turun dari jet ski. Menatap Sashi dengan lekat. Jika saja, wanita itu kedinginan atau mungkin kelelahan. Tapi, Sashi tak menyiratkan semua itu. Bibirnya terus saja tersenyum lebar.
"Terima kasih, Kak. Aku sangat senang."
Tanpa diduga sama sekali, Sashi langsung berhambur ke dalam pelukan Arkan. Dia memekik senang dan menyusupkan wajahnya di ceruk leher Arkan. Tak terbendung perasaan senangnya ketika Sashi akhirnya bisa menghabiskan waktu, tanpa harus terus menerus bersedih.
Sedikit demi sedikit, Sashi mulai merasa nyaman dengan keberadaan Arkan. Laki-laki itu sepertinya benar-benar tulus tanpa ada kepura-puraan. Pemikiran itu, langsung saja membuat Sashi semakin mengeratkan pelukannya.
Namun satu hal yang tidak Sashi sadari, tubuh Arkan menegang di tempat. Dia tidak bisa bergerak ketika mendapat perlakuan tiba-tiba yang Sashi lakukan. Terlebih, beberapa pasang mata, menatap penuh minat ke arah keduanya.
Sayangnya, pelukan itu tak berlangsung lama ketika sesaat kemudian, Sashi menyadari apa yang telah dilakukannya. Wajahnya sontak memerah karena malu. Sashi salah tingkah, saat dia dengan sembarangan memeluk tubuh Arkan. Hingga Arkan kemudian mengusap lembut pipinya.
"Kamu sangat manis saat sedang malu," goda Arkan, yang semakin membuat wajah Sashi semakin merona.
"J-jangan menggodaku!" Sashi memukul pelan bahu Arkan. Wajahnya merengut kesal. Dia hendak berjalan meninggalkan Arkan, tapi sebelum itu terjadi pinggangnya ditarik kembali, hingga menabrak tubuh kekar Arkan.
"Mau ke mana lagi?"
"Bermain istana pasir," ucap Sashi dengan cepat. Dia menunjuk ke arah anak-anak yang saat ini sibuk membangun sebuah istana pasir. Sashi tergoda untuk ikut membuatnya.
"Sashi, itu permainan anak kecil."
"Lalu, apa masalahnya? Kakak malu? Ya sudah, pergi sana. Aku akan bermain bersama mereka."
Dengan setengah kesal, tangan Sashi melepas paksa Arkan. Dia berjalan cepat ke arah anak-anak itu. Membuat Arkan hanya menghela napas panjang hingga akhirnya, mau tak mau dia berjalan mengikuti sang istri.
Sashi tampak tertawa dan ikut membangun istana pasir di sana. Sementara Arkan hanya mengamatinya sambil menggeleng. Perlahan-lahan, istrinya sudah mulai terbuka dan Arkan tentu sangat senang dengan hal tersebut. Sampai karena terlalu memerhatikan Sashi, Arkan tidak sadar ketika seorang anak mengotori pipinya dengan pasir yang sudah dicampuri air.
Suara tawa dari anak-anak di sekitarnya, langsung terdengar. Mereka menunjuk wajah Arkan yang kini kotor sampai Sashi pun tertawa melihatnya. Hal tersebut, tentu membuat Arkan mematung. Wajahnya tampak tak suka. Bahkan anak-anak lain juga kini malah ikut mengotori kaos putihnya.
"Astaga, bocah-bocah ini," geramnya.
"Kak Arkan tidak boleh marah. Mereka masih anak-anak," lerai Sashi, berusaha meredakan kekesalan di wajah Arkan. Meski begitu, dia tak ayal ikut tertawa ketika Arkan menunjukkan wajah kesal. Ekspresi lain, selain senyum yang selalu laki-laki itu tunjukkan.
***
"Kamu sepertinya sangat senang menertawakanku," sindir Arkan, ketika Sashi tak berhenti tertawa, semenjak dia menjadi bulan-bulanan anak-anak nakal tadi. Jelas saja, wanita itu terus memerhatikan wajah tampan Arkan yang kini kotor oleh tanah.
"Tidak. Aku tidak tertawa," ucap Sashi sambil menahan senyumnya. Mereka berjalan beriringan kembali ke resort, dengan penampilan Arkan yang kini tampak sangat berantakan. Terlihat pasir masih tersisa di tubuhnya, meski dia tadi sempat membersihkan diri.
Penampilan Arkan berbanding terbalik dengan biasanya yang selalu rapi. Laki-laki itu kini benar-benar kotor, dan jelas penampilannya cukup mengundang rasa heran orang-orang juga pelayan, ketika mereka berjalan kembali ke penginapan.
"Berhenti tertawa Sashi!" gerutu Arkan.
Begitu masuk, Arkan lantas saja membuka pakaiannya saat itu juga. Hingga memperlihatkan tubuh telanjangnya yang sixpack. Sashi yang kebetulan berada di belakang Arkan, tentu dibuat terperangah. Dia hanya bisa diam ketika laki-laki itu membuka celananya hingga hanya menampilkan boxer saja.
"ARRHHH ... MESUM!"
Sontak, Arkan berpaling. Dia tampak menggaruk kepalanya, baru menyadari jika ternyata Arkan melupakan kehadiran Sashi. "Ikut aku!"
Tanpa memedulikan teriakan Sashi, Arkan langsung menarik lengan wanita itu ke arah kamar mandi. Berjalan ke arah bathtub. Dia memutar keran air untuk mengisi bathub hingga penuh. Sampai kemudian, Arkan masuk ke dalamnya tanpa melepaskan genggamannya di tangan Sashi. "Mandikan aku," perintahnya.
"Apa?"
"Mandikan aku, Sashi. Tubuhku sangat kotor. Kamu lihat sendiri, kan? Aku tidak bisa membersihkan semuanya sendiri?"
Arkan berbalik memunggungi Sashi sambil memperlihatkan punggungnya. Meraba-raba, dan berusaha untuk menggapainya. Sayang, dia sama sekali tidak bisa bisa membersihkan bagian itu. "Kamu menertawakanku tadi. Sekarang, ayo bersihkan tubuhku."
"Kak Arkan, tapi--"
Sashi kehilangan kata-kata. Dia hanya bisa menatap punggung telanjang Arkan dengan lekat. Ingin sekali Sashi pergi dari sana, tapi cekalan tangan Arkan yang begitu erat, membuat Sashi sama sekali tidak bisa beranjak satu langkah pun. Alhasil, mau tak mau dia menuruti laki-laki itu. "Sial," gumamnya pelan.
Dengan perasaan gugup dan kesal, Sashi mulai mengambil spons dan mengusap lembut punggung Arkan. Tangannya sedikit bergetar, namun Sashi terus mengusapnya. Dia membersihkan sisa-sisa pasir di tubuh belakang Arkan, juga di pundak dan di dekat telinga laki-laki itu.
Sementara Arkan hanya terdiam seraya memejamkan mata. Dia menikmati usapan lembut tangan Sashi di tubuhnya. Sampai kemudian, matanya kembali terbuka dan berbalik menatap Sashi.
"Kamu juga belum mandi. Bergabunglah bersamaku."
Ditariknya tangan Sashi, hingga wanita itu jatuh ke dalam bathtub tanpa sempat menolak. Arkan lantas saja memeluk pinggang Sashi yang hendak terjatuh membentur ujung bathub.
Sashi bergeming. Dia terpaku menatap Arkan. Sashi terjatuh membentur dada bidang laki-laki itu. Tangannya tanpa sengaja, mendarat tepat di perut bagian bawah Arkan. Nyaris Sashi menyentuh bagian terpenting laki-laki itu.
"Buka pakaianmu. Aku akan menggosok punggungmu," ucap Arkan dengan suara yang sedikit parau. Tatapannya, sedikit berkabut ketika melihat pemandangan tubuh Sashi.
"APA? TIDAK! AKU TIDAK MAU. Kak Arkan mandi duluan saja!" tolak Sashi dengan cepat. Dia lantas berdiri. Namun Arkan tetap menggenggam tangannya, sampai semua itu terhenti ketika suara ponsel Sashi yang ada di kamar, berdering. Mengalihkan perhatian keduanya. Mereka saling berpandangan.
Share this novel