Bab 19 - Tak Terduga

Romance Completed 141230

"Kenapa Kakak membawaku ke sini?"

"Kenapa? Kamu tidak suka?" tanya Arkan dengan kening berkerut. Dia bisa melihat tatapan heran di mata Sashi. Jelas, karena Arkan membawa Sashi ke danau tak jauh dari rumah mereka. Tempat yang biasanya dikunjungi oleh para muda-mudi.

Hari weekend, Arkan memanfaatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama Sashi. Meski masalah di kantornya masih belum beres, dan perusahan miliknya yang kini ditinggal begitu saja, tak membuat dia mengurungkan niatnya untuk bersama sang istri.

"Lihatlah, Kak! Kita bukan anak kecil! Aku tidak mau!" ucap Sashi, hendak berbalik pulang dan meninggalkan Arkan. Dia merasa risi saat melihat banyak pasangan muda di sana. Kebanyakan dari mereka adalah remaja. Meski di antaranya, ada pasangan lanjut usia yang memilih untuk berjalan-jalan.

"Tidak ada penolakan. Anggap saja ini adalah kencan," sahut Arkan, sambil menggenggam tangan Sashi dengan cukup kuat. Membuat wanita itu tidak bisa pergi meninggalkannya.

"Apa? K-kencan? Maksudnya, K-kak Arkan mengajakku k-kencan?" Sashi menatap Arkan dengan mata melotot. Pipinya tampak merah. Entah kenapa, dia merasa malu ketika Arkan terang-terangan mengajak kencan.

Sementara Arkan sendiri, dengan yakin langsung mengangguk cepat. "Iya, kita berkencan. Bukankah ini sudah biasa untukmu?"

Sashi langsung memalingkan wajahnya. Tangannya menyelipkan helaian rambut pada daun telinganya. "Y-ya, tentu s-saja."

"Kalau begitu, ikutlah denganku."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Arkan tanpa basa-basi langsung menarik tangan Sashi. Dia tidak sempat mendengar gerutuan yang keluar dari bibir sang istri.

Arkan tampak sangat bersemangat. Dia membawa Sashi pada seorang lelaki yang menyewakan perahu kayu, yang biasa digunakan untuk berlayar di atas danau. Arkan tertarik untuk mengajak Sashi mengagumi keindahan danau dan hutan mangrove. Meski di sana, ada beberapa tempat seperti taman bunga atau kedai makanan. 

Tangannya dengan cepat membawa Sashi naik. Tampak sorot matanya begitu penasaran. Hingga Sashi, mau-mau saja saat Arkan membawanya naik perahu. Hingga akhirnya dia terduduk berhadapan dengan Arkan, yang memegang dayung.

"Kak Arkan bisa mendayung?"

"Kamu meragukanku?" Senyum miring terlihat sekilas, saat menjawab pertanyaan Sashi. Kemudian berganti kembali menjadi senyum bangga. "Aku bisa melakukannya, tenang saja. Percaya padaku."

Sashi hanya mencibir saat mendengar nada bangga dalam kalimat Arkan. Namun akhirnya, dia menuruti perkataan laki-laki itu dan diam. Membiarkan Arkan yang kini mulai bergerak mendayung. Membuat perahu yang mereka tumpangi, mulai bergerak ke menjauh dari tepi.

Tak hanya ada mereka di danau itu. Beberapa pasangan juga tampak tengah menikmati waktu mereka. Pasangan dimabuk asmara. Sampai Sashi terus melihat pasangan-pasangan itu, dibanding Arkan yang ada di depan matanya sendiri.

Sashi juga bisa mendapati hutan mangrove di sisi kanan dan kirinya. Begitu lebat dan tampak masih sangat asri. Dia sampai tidak tahu, jika ada danau, di daerah sini. Sejak berpacaran dengan Andrew, laki-laki itu tidak pernah mengajaknya kencan ke tempat seperti ini. Mereka hanya berkencan di mall, bioskop dan makan di restoran. Selalu begitu. Cukup membosankan.

"Aku selalu merindukan tempat-tempat seperti ini. Tempat yang hampir tidak pernah kutemui di Paris," ucap Arkan dengan senyum yang tersungging di wajahnya.

Tidak. Ralat. Tentu saja di sana juga ada. Hanya saja, tumpukan berkas tidak pernah bisa membuat Arkan meninggalkan pekerjaannya. Waktunya terlalu sedikit untuk bersenang-senang. Dia terlalu sibuk. Dan kini, Arkan tengah memutar otak, bagaimana caranya agar dia bisa mengontrol perusahaannya atau memindahkannya ke sini.

Seratus persen Arkan yakin, jika Sashi tidak akan pernah mau meninggalkan orang tuanya. Jadi, dialah yang harus mengalah. Ditambah, Arkan mengetahui jika diam-diam orang tuanya juga memanfaatkan pernikahan ini, agar dia tidak lagi terbang ke Paris dan menetap di sana. Meski di sana, Arkan juga tidak sendiri. Ada paman dan bibinya. Adik dari mamanya yang menikah dengan orang luar.

"Paris? Jadi, Kak Arkan--"

"Hmm, aku tinggal dan bekerja di sana selama ini," jawab Arkan, sambil melambatkan dayungannya. Memperlambat agar mereka bisa berlama-lama di sana.

"Terus, apa Kak Arkan akan pergi lagi? Bagaimana dengan wanita-wanita Kakak di sana?

Arkan mengernyitkan dahi, "Aku tidak punya wanita, Sashi. Harus kujelaskan berapa kali? Aku bekerja, bukan bersenang-senang. Kalau kamu mau, kita bisa tinggal di sana."

"Rasanya terdengar mustahil. Di sana kan bebas."

Seketika, Arkan langsung menghentikan gerakan tangannya yang sedang mendayung dan menyimpan dayung tersebut di dalam perahu. Dia menatap Sashi dengan sorot mata serius. "Apa kamu sangat mengkhawatirkanku? Atau, kamu takut, kalau aku memiliki kekasih di sana dan berselingkuh darimu?"

"APA? Tidak! Untuk apa aku mengkhawatirkan Kakak," bantah Sashi cepat. Dia terlihat tidak peduli, tapi tatapan matanya menunjukkan perasaan gelisah dan kesal. Tampak sangat tidak suka dengan perkataan Arkan.

Sementara Arkan yang menyadari hal tersebut, dengan segera menggeser tubuhnya, lebih dekat ke arah Sashi. Dia menatap wajah masam wanita itu. Sashi terlihat sangat enggan menatapnya dan lebih memilih melihat ke samping. Sampai tangan Arkan menyentuh dan membuat mata Sashi tertuju padanya.

"Aku tidak seperti itu. Di sana memang bebas, aku tidak menyangkal kalau sesekali aku pernah minum. Tapi aku belum pernah menyentuh wanita. Aku selalu menghargai wanita yang akan menjadi istriku. Percayalah padaku, aku akan menjadikanmu ibu dari anak-anakku dan membuatmu tidak akan pernah menyesal karena telah menikah denganku."

Arkan menatap Sashi dengan penuh kesungguhan. Sampai kemudian, dia mendekatkan bibirnya hingga bersentuhan dengan Sashi.

Di atas air danau yang tenang, di antara rimbunnya hutan mangrove dan terduduk di atas perahu bersama orang terkasih, Arkan mencium Sashi.

Bukan ciuman yang menggebu penuh hasrat, dan bukan pula lumatan yang penuh gairah, melainkan sebuah curahan kasih sayang, keyakinan dan janji yang disampaikan ketika bibir mereka menyatu.

Deg

Deg

Deg.

Suara jantung keduanya, saling beradu cepat. Mereka seolah menikmati apa yang sedang terjadi. Semburat merah bahkan terlihat di pipi Sashi. Dia yang terlalu kaget, tidak bisa mengelak dan tidak bisa menolak ciuman Arkan yang terlalu tiba-tiba. Otaknya mendadak buntu. Meski ini bukan pertama kalinya mereka berciuman.

"K-Kak Arkan ...."

Sashi menatap satu ke arah Arkan, begitu laki-laki itu melepaskan bibirnya. Menyeka sisa saliva di sudut bibir Sashi. Tersenyum lebar, ketika menyadari jika Sashi terlena. Satu langkah besar untuk Arkan yang berhasil membuat hati Sashi mulai tergerak.

"Cantik. Kamu sangat cantik, Sashi," ucap Arkan, sambil mengusap pipi wanitanya yang kini memerah. Semakin merah, saat Arkan dengan sengaja menggodanya. "Aku ingin lagi."

"Apa? Tidak-tidak!" Sashi langsung melepaskan kedua tangannya, yang entah sejak kapan, menggantung di leher Arkan. Sashi buru-buru mundur ke belakang tanpa memerhatikan, jika mereka berada dalam perahu.

Namun, karena tindakan Sashi tersebut, perahu yang terbuat dari kayu yang amat sederhana itu, langsung terguncang. Oleng ke kanan dan kiri, sampai Arkan berusaha untuk menyesuaikan perahu itu, sebelum terbalik. Sayang, semuanya terlambat saat jeritan Sashi terdengar, bersamaan dengan terbaliknya perahu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience