Bab 49 - Rahasia?

Romance Completed 141212

Malam itu, Sashi terbangun dan beranjak dari ranjang untuk kemudian berjalan ke arah dapur. Rasa haus yang mencekik kerongkongan membuatnya mau tak mau pergi mengambil minum. Sementara Arkan tertidur sangat pulas di ranjang dengan bertelanjang dada.

Sebelum benar-benar keluar, Sashi merapikan kembali piyama tidurnya yang berantakan dan menutupnya dengan cardigan. Menutup lekuk tubuhnya.

Keadaan rumah begitu hening saat dia menuruni tangga. Tak ada satu pun orang yang masih terbangun. Beberapa lampu juga dibiarkan mati hingga pencahayaan tidak begitu jelas, tapi hal itu tak mengurungkan langkah kaki dan jarak pandangnya. Meski sedikit remang-remang, dia tetap masih bisa melihat jalan yang dia pijak.

Sampai tidak butuh waktu lama untuk akhirnya Sashi sampai di dapur. Membuatnya buru-buru mengambil dan minum air, sebelum suara langkah kaki tiba-tiba terdengar mendekat.

Spontan Sashi menoleh. Menatap siapa orang yang berjalan menghampirinya. Sayangnya, tidak ada siapa pun. Aneh. Bulu kuduk Sashi langsung berdiri, dia merasa sedikit tidak nyaman. Jelas-jelas tadi telinganya menangkap suara langkah kaki, tapi kenapa tidak ada?

Pikiran-pikiran itu membuatnya memikirkan satu hal. Tapi itu tidak mungkin, di rumahnya tidak ada hantu atau mungkin itu adalah perampok? Sejenak, pemikiran tersebut membuatnya ketakutan. Sampai Sashi buru-buru meletakkan kembali gelas berisi air itu. Namun, saat dia kembali berbalik, sebuah tangan tiba-tiba menyentuh bahunya dari arah samping. Membuat Sashi memekik kaget dan hampir saja berteriak, jika tangan itu tidak menutup mulutnya.

"Sssttt, ini aku, Devina. Maaf mengagetkanmu." Devina sedikit terkekeh melihat reaksi Sashi yang berlebihan saat menyadari keberadaanya.

Tampak alis Sashi berkerut, berusaha melihat sosok orang yang disebut Devina dengan baik. Memerhatikannya di balik keremangan. Sampai setelah menyadari hal itu dan sedikit tenang, Devina melepaskan tangannya dari mulut Sashi.

"Devina? Astaga, aku hampir mati," ucap Sashi sambil mengelus dadanya dan berusaha mengatur napas. Terdiam saat Devina menertawakannya.

"Maaf, aku hanya penasaran melihatmu mengendap-endap."

"Aku ingin mengambil minum," ucap Sashi.

"Kalau begitu, mau minum bersamaku? Aku tidak bisa tidur."

Devina memperlihatkan satu botol wine pada Sashi. Dia sebenarnya datang ke dapur untuk minum-minum. Karena tidur di siang hari, membuat jadi sulit tidur saat malam. Dan Devina butuh seseorang untuk menemaninya. Kebetulan saat ini Sashi ada di sana. Meski dia baru saja mengenal istri dari sepupunya, tapi Devina langsung bisa menilai jika Sashi adalah sosok yang baik untuk dijadikan teman bicara.

"Hmm, baiklah."

Keduanya berjalan ke arah di mini bar dan duduk di sana. Devina dengan sigap langsung mengambil dan menuangkan wine ke dalam gelas. Ada beberapa jenis minuman yang Arkan simpan di dalam lemari khusus, untuk sekali diminum meski itu sangat amat jarang.

"Aku benar-benar tidak menyangka, kalau sepupuku yang kaku dan dingin itu bisa menikah. Benar-benar luar biasa," celetuk Devina, menatap Sashi yang tengah meminum wine hingga wanita itu menoleh ke arahnya.

"Kak Arkan? Dia kaku dan dingin?"

"Ya, apa dia belum menceritakannya? Padahal aku yakin, kau sudah tahu soal Kiana dan sikapnya yang buruk pada gadis lemah itu," gumam Devina sambil berpikir.

"Kalau soal itu, Kak Arkan sudah menceritakannya. Aku juga pernah beberapa kali melihatnya marah. Tapi setelah itu, dia akan minta maaf dan bersikap baik seperti sebelumnya."

Sashi rasa, dari awal dia menikah pun Arkan selalu tersenyum dan bersikap baik. Tidak ketus apalagi dingin. Yang ada, dialah yang melakukannya. Meski beberapa kali, Sashi pernah menyaksikan sosok Arkan yang menakutkan, tapi itu tidak lama dan Arkan yang dia kenal adalah sosok yang hangat. Tentu, hal itu membuatnya sedikit tak percaya, saat Arkan bercerita tentang sikap kasarnya di masa lalu.

"Mustahil! Itu tidak mungkin terjadi."

Devina spontan menggebrak meja saking tidak percayanya. Arkan bukan sosok yang seperti itu. Tapi memang, akhir-akhir ini sepupunya sedikit berubah. Sikap Arkan saat dia perhatian, sedikit lembut dan gampang tersenyum. Membuat dia ingin menyangkal, namun perhatiannya kembali tertuju ke arah Sashi. Berpikir dan menimang apa yang sebenarnya Sashi lakukan sampai Arkan berubah sangat drastis. Sampai akhirnya, matanya terpaku pada penampilan Sashi dari atas hingga bawah.

"Ah, sepertinya kali ini dia benar-benar jatuh cinta, ya."

"Hmm?"

"Tidak apa-apa. Tapi, aku dengar sebelumnya kau adalah kekasih Andrew? Bagaimana bisa kau menikah dengan Arkan?"

Pertanyaan itu, tiba-tiba membuat Sashi kembali teringat dengan peristiwa menjengkelkan dalam sejarah hidupnya. Namun tak ayal, dia menceritakan semuanya pada Devina. Meski mereka baru sehari bertemu, tapi dia sudah bisa mempercayai wanita itu.

"Astaga, anak itu benar-benar bodoh. Dari dulu sampai sekarang, dia tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan benar," gerutu Devina, setelah mendengar cerita Sashi.

"Dia benar-benar brengsek."

Devina terdiam dan menatap Sashi dengan ekspresi terkejut, sebelum dia mengangguk paham, menyadari perasaan wanita itu. Membuat Devina menggenggam erat kedua tangan Sashi. "Tapi, aku harap kamu mau memaafkannya. Sikapnya saat ini, bukan sepenuhnya salah Andrew. Dia hanya kesepian karena tidak pernah mendapat kasih sayang."

"A-apa ... maksudmu?"

Devina menyugar rambutnya frustrasi dan menenggak minumannya kembali. Termenung ke masa saat dia masih bermain dengan kedua sepupunya dulu. "Aku tidak tahu kau harus mengetahuinya atau tidak. Ini sebenarnya adalah aib keluarga."

"Apa itu juga penyebab hubungan Kak Arkan dan Andrew menjadi retak?" tanya Sashi tanpa sedikit pun menutupi rasa penasarannya.

Devina terdiam dan menatap Sashi untuk beberapa saat. Menimang apa dia perlu mengatakannya atau tidak. Tapi, melihat rasa ingin tahu yang begitu besar di mata Sashi, membuat Devina akhirnya menyerah.

"Mungkin itu salah satunya. Tante Nina dan Om Vino hampir tidak pernah memerhatikannya. Aku yakin, yang dia lakukan adalah pengalihan untuk mendapatkan kasih sayang. Dia sangat menyedihkan."

"Bagaimana mungkin?"

Devina menatap Sashi dengan misterius. "Tentu semua itu bisa terjadi, saat ada alasan."

***

Kepergian Kiana dan Devina dari rumahnya, membuat senyum manis tak kunjung hilang dari bibir Sashi. Dia senang wanita itu pergi meski Sashi sempat melihat aura permusuhan yang diperlihatkan Kiana. Tapi, dia tidak peduli.

"Sampai jumpa lagi, Sashi. Aku akan sering-sering berkunjung ke sini," teriak Devina dari dalam mobil, sebelum kendaraan itu itu mulai melaju dan meninggalkan halaman rumahnya. Menyisakan Arkan, Sashi dan Andrew yang menatap tak rela kepergian Kiana.

Sashi tersenyum menatap Devina. Sepupu dari suaminya benar-benar ramah sekaligus cerewet. Tapi, dia sangat senang bisa bertemu dengan wanita itu. Meski fakta yang diketahuinya tadi malam, masih membekas dalam ingatannya. Membuat Sashi tersadar dan menatap dua laki-laki kakak beradik di sampingnya, bergantian. Menilik lebih dalam persamaan Arkan dan Andrew.

Rahasia yang Devina ceritakan padanya semalam, rasanya sangat sulit dipercaya. Bagaimana dua kakak beradik itu, memiliki hubungan yang buruk dan bagaimana kebencian tumbuh dalam hati Andrew untuk Arkan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience