Bab 2 - Kecanggungan

Romance Completed 141212

Malam itu, terasa sangat canggung untuk Sashi. Berdua di kamar yang seharusnya bersama dengan Andrew, tapi apa yang kini terjadi sekarang, dia malah berdua bersama Arkan.

Matanya tak henti-henti melirik ke arah Arkan yang kini terduduk di samping ranjang. Cukup berjauhan dengannya. Sashi sama sekali tidak terbiasa. Jelas karena dia belum sepenuhnya mengenal siapa Arkan.

Satu hal yang Sashi tahu, Arkan adalah kakak kandung dari mantan kekasih pengecutnya. Tiba, dua hari sebelum hari pernikahan. Laki-laki itu memang tidak tinggal di rumah, dia mengurus bisnisnya di luar negeri.

Arkan adalah seorang pengusaha sukses di bidang ritel. Itulah yang mertuanya selalu ceritakan. Selebihnya, Sashi sama sekali tidak tahu apa pun tentang Arkan. Siapa laki-laki itu? Bagaimana sifatnya? Sashi tidak pernah tahu. Dia hanya bisa menilai kalau laki-laki yang menjadi suaminya, penuh senyum, dan ramah pada semua orang.

"Maafkan aku," ucap Arkan tiba-tiba pada Sashi. Membuat kening wanita itu sedikit berkerut mendengarnya. Maaf untuk apa? Pertanyaan itu, sangat ingin disuarakan olehnya. Namun sayangnya, tertahan hanya sampai kerongkongan.

"Aku minta maaf atas sikap pengecut yang adikku lakukan," lanjut Arkan dengan wajah penuh rasa bersalahnya.

Sashi tersenyum kecut. "Jangan bahas si berengsek itu lagi!" sentaknya dengan kasar.

Sashi tidak peduli seandainya Arkan yang notabenenya adalah kakak Andrew merasa kesal dengan sikapnya. Dia terlanjur sakit hati dengan perlakuan Andrew. Laki-laki itu benar-benar sangat keterlaluan.

"Maaf, aku tidak akan membahasnya lagi."

Jawaban yang sama sekali tidak Sashi duga, keluar dari mulut Arkan. Laki-laki itu sama sekali tidak marah dengan ucapannya. Tapi, bagaimanapun juga, Sashi tidak akan memedulikannya. Dengan angkuh, dia berjalan menuju pintu kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Di kamar mandi, Sashi menghapus semua make up yang melekat di wajahnya. Pakaiannya sudah dia tanggalkan. Gaun pengantin itu sudah luruh.

Tangan Sashi, memutar shower hingga air hangat langsung menerpa tubuhnya. Membasuhnya perlahan. Mata Sashi ikut terpejam merasakan kenyamanan itu. Sejenak, dia melupakan masalah yang terjadi.

Sashi mencoba mensugesti dirinya untuk jangan terlalu berharap lebih atas pernikahan pengganti ini. Mereka menikah karena terpaksa, bukan saling mencintai. Perasaannya, masih untuk Andrew. Meski laki-laki itu dengan pengecutnya meninggalkan dia sendiri.

Selang beberapa menit kemudian, Sashi menyelesaikan acara mandinya. Sayang, saat Sashi hendak keluar, dia lupa kalau tadi dia belum sempat mengambil pakaian. Alhasil, Sashi harus keluar dengan mengenakan handuk kecil yang bahkan tidak mampu menutupi seluruh pahanya.

Gugup, itulah yang dirasakan Sashi sekarang. Bagaimana jika Arkan melihatnya? Tidak. Jangan. Sashi belum siap untuk melakukan kewajibannya. Dia tidak mau menyerahkan dirinya sekarang. Tapi, tidak mungkin juga kalau dia tetap berada di kamar mandi semalaman.

Akhirnya, dengan berat hati, Sashi memutuskan untuk keluar. Biarlah Arkan melihatnya. Dia akan berusaha sekeras mungkin untuk mengabaikan laki-laki itu dan tidur seperti biasa.

Namun semuanya seketika buyar dalam sekejap mata, saat matanya melihat Arsen berdiri membelakanginya. Laki-laki itu membuka jas pernikahannya tanpa menyadari jika Sashi menatap ke arahnya dengan tubuh membeku dan mata melotot.

Sulit untuknya sekadar memalingkan muka dari pemandangan tubuh menggoda di depannya. Ya, tubuh Arkan sangat menggoda, sampai mampu membuatnya menelan ludah berkali-kali. Sashi tidak bohong ketika otot-otot liat memenuhi lengan dan dan tubuh laki-laki yang kini menjadi suaminya. Kulit Arkan terlihat kecoklatan, sangat eksotis hingga mampu membuat semua wanita yang melihatnya meneteskan air liur.

"Sashi?" Suara lembut dan dalam itu, menyadarkan lamunan Sashi hingga sedikit terperanjat kaget.

Mata Arkan memandang lekat wanita yang baru saja dinikahinya tadi. Dia bisa melihat ketika Sashi berusaha untuk menutupi area sensitifnya, yang tak tertutupi oleh handuk. Rona kemerahan terlihat di pipi putih itu. Membuat senyum kecil terlukis di wajah Arkan.

Istrinya sangat cantik. Sashi sangat cantik. Matanya besar, dengan bulu mata yang sangat lentik. Ada lesung pipi yang tertangkap matanya, bibirnya pun terlihat merah alami. Rambutnya hitam panjang. Mata Arkan terus memindai, sampai turun menatap ke arah tubuh Sashi yang hanya berbalut handuk.

Sayangnya, tubuh itu sama sekali tidak mampu menutupi secara penuh tubuh Sashi, membiarkan dua gundukan besar yang terlihat sangat menantang untuk Arkan. Membuatnya tanpa sadar harus menelan ludah. Apalagi ketika melihat tatapan sayu milik istrinya.

Jantung Arkan langsung berdetak cepat melihat semua itu. Tapi tidak. Ini bukan saat yang tepat untuknya berfantasi apalagi memikirkan hal yang jelas-jelas tidak boleh dia lakukan. Pernikahan ini hanya untuk menyelamatkan nama baik keluarga mereka. Tidak boleh ada perasaan semacam itu yang hadir di antara keduanya.

Arkan berdehem keras. Berusaha menormalkan kembali detak jantung dan suaranya. Meski rasa canggung, sangat terasa di sana. Baik Arkan maupun Raline sama-sama terlihat kikuk. "Aku akan mandi dulu," ucapnya sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi. Melewati sang istri begitu saja.

Setelah pintu kamar mandi tertutup, Sashi akhirnya tersadar. Dia langsung menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara kasar. Berjalan dan buru-buru menuju ke arah lemari untuk memakai baju, sebelum Arkan kembali datang.

Namun, alangkah kagetnya dia ketika mendapati jika tidak ada satu pun pakaiannya yang cocok untuk digunakannya. Di sana hanya terdapat lingerie seksi yang sempat dibelinya beberapa waktu lalu untuk Andrew.

Kacau. Semuanya kacau. Sashi lupa jika semua pakaian miliknya sudah dia bereskan dan simpan di kamar lain. Di sini, dia hanya meletakan pakaian kekurangan bahan yang nyaris seperti jaring.

Buru-buru, Sashi beranjak ke depan pintu. Berpikir, jika mungkin dia bisa mengambil dulu beberapa pakaian miliknya. Tapi, sayang disayangkan, saat pintu tidak bisa terbuka. Membuat Sashi langsung menyadari jika ternyata, kamar itu terkunci dari luar. Siapa yang melakukannya? Kenapa harus dikunci?

Sashi merutuk. Dia menggigit jari jemarinya kuat-kuat. Panik. Jangan bilang jika Mamanya yang di balik semua ini? Sial! Mamanya benar-benar sangat keterlaluan.

Suara shower di kamar mandi, terdengar berhenti. Menandakan jika Arkan telah menyelesaikan acara mandinya. Dan tentu, hal itu menambah kepanikannya, karena dia masih belum mengenakan apa-apa.

Sampai akhirnya, Sashi memutuskan untuk kembali menuju lemari dan mengambil sembarang lingerie itu. Memakainya dengan tergesa-gesa, serta langsung bergegas menuju ke ranjang. Menutupi hampir seluruh tubuhnya dengan selimut. Hingga tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka.

Di atas ranjang, Sashi pura-pura tertidur sambil membelakangi Arkan. Berusaha menghiraukan jantungnya berdegup kencang, takut jika laki-laki itu menyadari sesuatu.

Meski begitu, telinganya masih dapat mendengar suara kain yang saling bergesekan. Dilanjutkan dengan ranjang yang bergoyang saat terasa seseorang, menaikinya. Siapa lagi jika bukan Arkan?

Laki-laki itu kini sudah berada tepat di sampingnya. Dan sepertinya, Arkan tertidur. Setelah Sashi merasa tidak ada suara satu pun yang terdengar dari arah belakangnya. Rasa penasaran, membuatnya ingin mengintip Arkan. Tapi sebelum itu terjadi, sebuah tangan mendekapnya erat.

"Aku tahu kamu masih bangun. Dan aku tidak akan memaksamu. Jadi, tidurlah dengan tenang. Kamu tidak perlu tegang."

Hola readers

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience