Bab 27 - Alasan

Romance Completed 141212

Sashi membanting tubuhnya di sofa, begitu dia sampai. Setelah acara jalan-jalan yang kacau karena dia yang terus memikirkan Arkan, dan saat tenggorokannya harus sakit, Sashi merasakan lelah yang luar biasa, sepanjang hari ini. Kupingnya panas karena harus mendengar omelan mamanya sepanjang perjalanan, yang tidak pernah berhenti.

Sambil mengambil napas panjang, Sashi mengambil minum yang ada tepat di hadapannya. Dia meneguknya hingga habis tak bersisa. Mendesah lega saat tenggorokannya terasa lebih segar.

Tubuhnya kembali bersandar. Memejamkan matanya sejenak, dan memijat pelipisnya sambil mengeluarkan umpatan kasar. Sekilas, matanya melirik ke arah ponsel yang masih juga belum menyala. Arkan tidak menghubunginya, bahkan setelah matahari mulai condong ke arah barat.

Gelisah? Kenapa? Kenapa dia seperti ini? Apa yang Sashi harapkan dari Arkan yang menghubunginya? Padahal, ini belum satu hari. Bagaimana untuk enam hari ke depan?

"Sashi?"

Sebuah suara terdengar menyapa telinganya, di saat Sashi tengah menelaah apa yang terjadi padanya. Mata yang sedari tadi terpejam, kini kembali terbuka. Kepalanya menoleh ke belakang dan mendapati orang yang memanggilnya, Andrew.

Sontak, mata Sashi langsung melotot bukan main. Wajahnya berubah tegang dengan kedua kening mengernyit. Kedatangan Andrew di rumahnya benar-benar membuat Sashi tidak percaya.

"Kau ... kenapa kau ke sini?"

Andrew datang dengan kursi roda. Wajahnya tampak cerah dengan senyum yang terus terlihat di bibirnya. Dia dibantu oleh seorang pelayan wanita yang mendorong kursi rodanya, mendekat ke arah Sashi.

Ketidakhadiran Arkan, seolah menjadi kesempatan emas untuk Andrew mengunjungi mantan kekasihnya atau mungkin, mereka masih kekasih? Andrew tidak pernah merasa jika dia sudah memutuskan hubungannya dengan Sashi.

"Aku dengar, suamimu pergi. Aku datang untuk menemanimu," ucap Andrew tanpa melunturkan senyum manisnya. Tanpa tahu malu sedikit pun, dia berniat menggenggam tangan Sashi, sebelum dengan segera Sashi menariknya.

"Aku tidak butuh ditemani. Sebaiknya kau pergi," sentak Sashi. Terdengar nada kekesalan dalam kalimatnya.

Perkataannya kali ini, langsung membuat Andrew tersenyum kecut. Meski dia sudah tahu, jika penolakan yang akan dia dapatkan, tapi dia tidak tahu kalau mendengarnya langsung akan sesakit ini. Hanya karena kenikmatan sesaat dan kebodohannya, dia meninggalkan wanita yang benar-benar dicintainya.

Andrew menatap pelayan wanita di sampingnya, dan menyuruhnya untuk menunggu di luar. Dia sangat ingin berbicara berdua bersama Sashi, setelah selama ini wanita itu selalu menghindarinya. Tentu, pelayan itu langsung mengiyakan perintah majikannya, meski sempat ada tatapan khawatir di wajahnya.

"Kau masih membenciku? Maaf, tolong maafkan aku, Sashi."

Tidak ada yang bisa dilakukan Andrew selain meminta maaf. Wajahnya tertunduk dengan sorot mata terluka. Dia amat sangat bersalah pada kekasihnya. Andrew menyesal dengan segala kebodohannya.

Sayang, Sashi dengan cepat mengalihkan pandangannya. Dia membuang muka. Berusaha agar tidak goyah ketika melihat ekspresi menyedihkan Andrew. Sashi sudah berjanji untuk melupakan dan mulai menerima Arkan. Hal yang dia tidak boleh lakukan sekarang, adalah memberi izin pada orang asing untuk masuk kembali ke dalam hatinya.

"Aku tidak mau memikirkannya lagi. Aku sudah tidak peduli apa alasanmu meninggalkanmu."

Meski rasa penasaran masih menghantuinya, tapi Sashi berusaha sekuat mungkin untuk tidak bertanya dan tidak peduli. Dia merasa sudah begitu jahat pada Arkan selama ini.

Tapi Andrew yang melihat tanggapan acuh dari Raline, langsung cemas. Hingga dia tanpa basa-basi langsung menjelaskan semuanya. "A-aku, aku dijebak, Sashi. W-wanita itu, wanita itu menjebakku. D-dia mengaku h-hamil anakku."

"Apa? Hamil? Kau menghamili wanita lain dan meninggalkanku karena wanita itu?" tebak Sashi dengan kedua alis yang menukik tajam. Sorot matanya tampak tak percaya. Dia tidak tahu, harus memberikan reaksi macam apa setelah mendengar pengakuan Andrew.

"Tidak, wanita itu tidak hamil anakku. Tapi dia menjebakku. Dia menjebakku, itu bukan anakku, Sashi," sangkalnya.

Namun penyangkalan yang dilakukan Andrew, tidak membuat Sashi langsung mengerti dan memakluminya. Justru, spekulasi baru kini malah memenuhi isi kepalanya. "Lalu, kenapa kau bisa percaya begitu saja? Apa semua itu karena kau pernah tidur dengannya?"

Tepat sasaran.

Tebakan Sashi cukup membuat tubuh Andrew tersentak. Laki-laki itu tampak kaget dan menatapnya dengan wajah pucat pasi. Hingga kemudian, dengan berat hati kepalanya mengangguk . Mengiyakan perkataan Sashi.

Andrew sempat tidur dengan wanita yang mengaku hamil anaknya. Mereka terlibat hubungan satu malam, ketika dia masih menjadi kekasih Sashi. Tapi semua itu dilakukan tanpa dia sadari.

Ini bermula dari pesta perusahaannya. Andrew yang saat itu memenangkan proyek besar, mengadakan pesta bersama para bawahannya di sebuah hotel. Dia menyewa sebuah ruangan untuk mereka berpesta. Sashi tidak bisa hadir, karena wanita itu sedang sibuk dengan deadline-nya yang padat merayap.

Awal petaka itu pun terjadi, saat Andrew mulai tidak sadar karena terlalu banyak minum. Mereka yang waktu itu ada sekitar dua puluh orang, bermain sampai mabuk. Hingga saat pesta berakhir, Andrew yang tidak bisa melihat begitu jelas, langsung menarik wanita asing, yang tidak lain adalah karyawannya sendiri masuk ke kamar hotel. Dia yang mengira jika itu Sashi langsung menyetubuhinya.

Andrew tidak sengaja. Itu kesalahannya. Sashi tidak pernah mau memberikan apa yang dia mau. Menciumnya pun tidak pernah. Wanita itu selalu menghindar dan berkata takut, jika Andrew kehilangan kontrol. Alhasil, dia hanya bisa berpuas diri dengan hanya bergenggaman tangan saja.

Malam itu, yang Andrew lihat adalah Sashi. Yang tidur dan menghabiskan malam panas itu adalah Sashi. Namun sebuah kenyataan membuatnya terkejut, ketika Andrew bangun dan mendapati jika yang di sampingnya adalah salah satu karyawatinya.

"BERENGSEK!"

Umpatan kasar keluar dari mulut Sashi setelah mendengar cerita dari Andrew. Tamparan langsung melayang di pipi laki-laki itu. Matanya memerah seolah hendak menangis. Tapi Sashi berusaha menahannya. Meski dia sudah mengatakan tidak peduli, tapi tetap saja Sashi merasa sesuatu menikam dadanya. Sakit.

Dugaan dia dan Arkan ternyata benar.

Andrew mengkhianatinya saat mereka masih bersama. Sesak. Hatinya merasa sesak. Dia masih merasakan sakit, meski peristiwa itu sudah berlalu. Semuanya masih tersisa dan tidak bisa dia sangkal. Sashi paling tidak suka dikhianati. Dia benci.

Haruskah dia bersyukur sekarang? Karena Andrew meninggalkannya, dia bisa terbebas dari laki-laki berengsek seperti itu?

"Maaf, maafkan aku Sashi. Ini karena kebodohanku. Aku ditipu. Dia berkata akan bunuh diri bersama anaknya, jika aku menikahi denganmu. Tapi sekarang, dia sudah mati. Orang yang menghalangi kita sudah tidak ada, Sashi."

Sashi langsung mendecih jijik. Dia tidak habis pikir, jika Andrew akan mengatakan ini. Penyesalan karena telah mencintai laki-laki seperti itu, seketika langsung menghinggapi hatinya. Sashi merasa begitu bodoh karena sangat mencintai Andrew. Dia sudah sangat buta selama ini. Bahkan setelah tidur dengan wanita lain, laki-laki itu masih berani mengatakan cinta dan tidak pernah jujur padanya.

Kecewa. Dia sangat kecewa. Gara-gara keputusan labilnya, dua keluarga hampir dipermalukan.

"Dulu aku begitu hancur saat kau meninggalkanku. Tapi sekarang, untuk pertama kalinya aku bersyukur. Aku bersyukur jika kau tidak menikahiku. Pergilah, dan jangan datang ke sini lagi. Aku akan mengatakannya pada Kak Arkan."

Rasa lelahnya kian bertambah gara-gara perkataan Andrew. Membuat kepalanya semakin berdenyut. Sampai akhirnya, Sashi memutuskan keluar ketika Andrew tampak enggan untuk pergi.

Namun, baru selangkah berjalan, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Andrew dengan kuat. Menyebabkan Sashi harus jatuh menimpah tubuh laki-laki itu yang berada di atas kursi roda. Sebelum bangun dari rasa terkejutnya, sebuah benda kenyal tiba mendarat di bibirnya.

Andrew, laki-laki itu menciumnya. Matanya menatap Sashi dengan berkaca-kaca dan semakin memperdalam ciumannya, ketika wanita itu hanya diam dengan mata melotot.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience