Pertarungan Yang Sengit

Romance Completed 1318

Aku benar-benar tidak salah melihat. Itu adalah Axel, Renata dan si ikan julung-julung.

Mereka benar-benar datang untuk menyelamatkanku.

Di kehidupan kali ini, aku tidak sendirian lagi.

Aku benar-benar terharu melihat kedatangan mereka.

Nick terkejut dan segera berbalik. Melihat kedatangan tersebut. Dia terlihat tidak senang.

"Lepaskan istriku!" teriakan Axel bergema dengan geram.

Dia terlihat kesal saat melihatku dipeluk oleh Nick.

Nick menyeringai dan sedikit mengejek. Dia merasa sudah menang satu langkah karena sudah bisa merebut hatiku kembali.

"Istrimu? Cih, kau tidak salah sebut. Seharusnya ini dia sekarang adalah istriku. Kau yang merebutnya dariku!" cara bicara Nick benar-benar seperti orang yang sangat mencintaiku juga cemburu.

"Lepaskan dia, kau tidak berhak menyentuhnya!" kata Axel semakin geram dan dia tidak ragu untuk melangkah.

"Hahaha, melepaskannya? Jangan mimpi. Dia ini sudah setuju untuk kembali padaku. Kau sama sekali tidak berhak untuk mengaturnya!" dengus Nick dengan sudut bibirnya yang ditarik keatas.

Axel melihat kondisiku yang terlihat lemah.

Dia merasa ada yang aneh dan tidak bisa bersikap gegabah.

Dia juga harus bisa mengatur strategi untuk mengelabui Nick dan melepaskanku.

"Regina, kamu tidak apa-apa kan?" Axel mencoba mencari celah.

"Hmm, aku nggak apa-apa, sayang," ucapku dan membuat Nick mendelik.

"Apa sebutan mu barusan? Kau memanggilnya apa? Aku sudah katakan, aku akan memaafkan semua asalkan kau kembali padaku, Regina!"

Nick terlihat lebih geram dan keras kepala. Dia menjadi sensitif saat mendengar aku memanggil Axel dengan sebutan sayang.

"Celaka, aku keceplosan. Aku harus bisa mengatur emosinya dan membuat dia percaya dulu. Aku harus bisa menggapai Axel. Asalkan sudah berada di tangannya. Aku baru bisa aman!"

Pikiranku sedang kacau. Melihat wajah Axel yang khawatir dan panik membuatku tersiksa.

Tapi, aku harus lebih tenang darinya agar bisa mengontrol emosi.

Ini adalah pertarungan yang sengit. Aku tidak boleh kalah darinya.

Kali ini, Nick aku pastikan membayar segalanya.

Dia harus bisa diamankan dengan bukti yang kuat terlebih dahulu. Setidaknya, penjara seumur hidup adalah pilihan yang terbaik.

Aku segera memberikan tatapan agar Axel menerima sinyal dariku. Dan mau bekerja sama.

"Ah, sakit, Nick, kau menyakitiku lagi!" rengek ku karena Nick mencengkram tanganku dengan kasar.

"Aku nggak suka. Aku nggak mau dengar apapun. Kau hanya boleh memanggilku dengan kata mesra seperti tadi. Panggilan itu hanya bisa untukku!" decak Nick.

Axel sedang memberikan sinyal pada Billy juga Rena agar bisa menyamakan situasi.

Mereka tidak boleh kalah. Apalagi mereka datang bertiga.

Namun, yang Axel cemaskan saat ini aku berada di tangan Nick dan terlihat tidak baik.

"Iya, maafkan aku, aku salah. Jangan marah lagi," aku berusaha membujuk.

Semoga saja laki-laki busuk itu masih percaya dengan sandiwara yang kubuat.

Aku sengaja menunjukkan wajah memelas dan semakin terlihat kasihan.

Axel semakin emosi dan mengeratkan kedua tangannya.

Dia cemburu saat aku bersikap manja pada laki-laki lain.

"Sakit sekali, Nick, uhuk uhuk!" Aku pura-pura kehabisan napas dan melihat reaksinya.

Karena tadi dia masih belum beraksi dan cengkraman nya lebih erat.

Aku pura-pura semakin melemah, meskipun memang tubuhku lemas.

Aku tidak tahu berapa lama lagi efek obat ini bereaksi pada tubuhku.

Nick meregangkan cengkraman dan perlahan mengendur. Lalu tangannya mengusap rambutku.

"Kau lihat sendiri kan. Dia sudah nurut lagi padaku. Regina Ku, tersayang sudah kembali padaku!"

Nick memperlakukan aku seperti boneka.

Tiba-tiba, Axel melangkah maju, "Diam disitu, selangkah lagi kau maju," ucapnya masih menarik sudut bibir, "aku akan mati bersama dengannya. Tempat ini sudah aku siram dengan bahan bakar!"

Ancam Nick dan mengeluarkan pematik dari sakunya.

Sekujur tubuhku mendadak menggigil. Kejadian saat terbakar di kehidupan lalu membuat getaran yang tidak mungkin aku lupakan begitu saja.

Aku tidak mau mati.

Aku tidak mau mati lagi.

Sudah cukup.

Kali ini aku hanya ingin berbahagia dengan Axel ku.

"Dasar kau laki-laki licik, kau benar-benar baji Ng an!" eratan dari Axel terdengar.

"Jangan gegabah, Xel. Ingat Regina masih di tangannya!" Kata Billy mewanti-wanti dan Rena spontan ikutan memegang tangan satunya Axel mengikuti Billy.

"Aku tidak peduli. Aku bersedia mati bersama. Tapi, apapun yang terjadi, aku harus membebaskan Regina dulu."

"Kalau nyawanya bisa selamat, aku pergi pun tidak masalah. Asalkan dia bisa selamat!" ucap Axel menggebu.

Dia jadi terlihat emosional saat mendengar ancaman dari Nick.

"Regina, itu gadisku. Dia seharusnya berada terus di sisiku. Ini semua karena ulahmu. Kau seharusnya tidak ada dalam hubungan kami!" cerca Nick lagi masih seperti orang yang berpikiran tidak waras.

"Kau!" delik Axel tidak terima.

"Ini semua karena kau yang masuk dalam hubungan kami. Dia harusnya baik-baik bersamaku. Semua ini ulahmu!" Nick membulatkan matanya.

Aku mendengar ucapan Axel lagi yang tanpa ragu akan memberikan nyawanya.

Dia benar-benar lelaki luar biasa.

Aku benar-benar beruntung bisa memiliki nya.

Asalkan memang sekarang aku tidak mendapatkan kesempatan hidup, aku hanya ingin Axel hidup yang baik.

Meskipun aku tidak ada.

"Biarkan mereka pergi, Nick. Bukankah kamu hanya perlu ditemani olehku. Aku ada disini sekarang, bersamamu," bujukku.

Aku sangat berharap Nick tertipu.

"Akhirnya kamu kembali lagi padaku, sayang. Kau sudah lihat kan. Dia laki-laki tidak berguna. Yang pantas denganmu adalah hanya aku!"

Ocehan Nick lama kelamaan terdengar seperti bukan orang waras.

Menghadapi otak yang mentalnya terganggu, aku harus bisa lebih sedikit bersabar.

"Kamu tahu, adikmu, Minna penggoda itu. Dia memang pantas mati. Aku tidak sia-sia sudah melenyapkan nya. Harusnya, dia itu tidak menggodaku. Aku pasti akan tetap bersamamu kalau bukan karena dia yang memisahkan kita," ucap Nick lagi terdengar semakin ngawur.

Tetapi, ucapannya itu sebagai bukti kalau dia yang sudah melenyapkan nyawa Minna.

Sungguh ironis. Di kehidupan lalu, dia adalah pasangan bahkan sampai hamil.

Kali ini, dia malah mati di tangan orang yang paling mencintainya.

Harusnya aku memang tidak terkejut.

Namun, tetap saja, saat mendengar pengakuan dari mulut Nicholas tetap membuatku bergidik.

Apa bisa laki-laki itu mencintai seseorang atau sebenarnya itu hanya topeng untuk kepentingannya sendiri.

Benar-benar mengerikan.

"Nick, aku haus sekali. Aku ingin minum," ucapku lirih dan seolah tidak menanggapi ucapannya tadi.

Aku hanya ingin mengalihkan agar dia bisa melepaskan ku.

Nick sedikit bereaksi dan melihat wajahku yang pucat.

"Tenanglah sayang, aku akan memberikanmu minum," ucap Nick.

Dan. Yes. Akhirnya dia menurutku.

Dia perlahan meletakkan tubuhku di lantai.

Namun, saat dia melihat Axel dan Billy yang terlihat menjadi waspada juga ingin mengambil kesempatan. Nick menyeringai.

"Tidak sayang, kau tidak boleh minum sekarang. Aku harus membereskan mereka terlihat dahulu!"

Sepertinya Nick bertekad akan melawan Axel. Dan, aku merasa sedikit lega karena pikiran seperti itu datang.

Aku bisa mengambil kesempatan. Atau mungkin Rena dan Billy bisa memanfaatkan situasi untuk menolongku.

"Kau, ambilkan itu!" perintah Nick pada Rena.

Dia menyuruh Rena untuk mengambil tong penyimpanan bahan bakar yang ada di sudut gudang.

Rena melirik Billy lali Axel. Setelah mendengar anggukan dari Billy, Rena melangkah maju untuk mengambil tong yang ditunjuk Nick.

Dengan sedikit tenaga ekstra Rena menarik tong tersebut.

Bau menyengat dari bahan bakar sudah menusuk hidung Renata.

Rena semakin gelisah, apalagi pikiran gila Nick yang tidak dapat diprediksi.

"Cepat siram pada mereka!" titah Nick menunjuk pada Axel dan Billy.

Mataku membulat dengan lebar.

Ini tidak boleh terjadi. Aku harus mencegah pikiran gila Nick.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience