Kesucian dan Cinta Suci

Romance Completed 1318

“Mau ke klinik kampus atau kita ke rumah sakit, Rena?!

Aku menawarkan karena takut ada luka lain yang tidak terlihat.

“Gak perlu. Ini cuma hal biasa kok! Kamu gak usah terlalu khawatir, Regi!” Kata Rena seolah itu adalah hal yang biasa dia terima.

Aku menatap setiap kata yang terucap dari bibir Rena, itu seperti luka yang pernah aku rasakan.

Aku seperti bisa merasakan luka Renata yang sama dengan luka di kehidupan laluku.

Aku juga mengingat di kehidupan lalu, Rena sempat tidak ada kabar dan berhenti kuliah. Aku gak tahu penyebabnya, karena dulu aku memang sama sekali gak dekat dengan dirinya.

“Baiklah kalau begitu kita masuk saja. Jam pelajaran sudah mau mulai kan?”

Aku melirik jam di tanganku setelah benar-benar memastikan kondisi Renata saat ini baik-baik saja meskipun dia ga mau di bawa ke klinik kampus atau rumah sakit.

Dia harus terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Yang menonton tadi juga kan anak-anak yang kebetulan ada disana.

“Uhm, ayo!”

Kami bergegas ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran pertama dan aku juga ingin segera menyelesaikan jam perjalanan terakhir agar bisa kembali bertemu dengan Axel.

Jessy, Alda dan Minna ada di kelas hanya memperhatikan kedekatanku dan Rena. Karena setelah kehidupan kedua ku, aku duduk menjauh dari mereka.

Jam pelajaran pertama usai dan aku segera keluar bersama dengan Renata. Tadi pun sudah ada pengumuman kalau dosen tidak hadir dan hanya memberikan tugas dan harus dikumpulkan minggu depan.

“Jam sore kita kosong, Rena. Enaknya kita kemana ya? Kita ke mall lagi aja ya, belanja, nonton dan makan,” kataku memberikan usul.

Aku memang ingin segera bertemu dengan Axel, tetapi gak ada salahnya aku memberikan Axel kejutan. Sepertinya aku ingin sekali membelikan dasi baru untuknya, pikirku.

“Uhm, bagaimana kalau kita makan di kantin kampus saja, Reg?” Aku sedikit melihat Rena gelisah dan menggaruk kepalanya.

“Ada apa? Apa kamu ada janji? Atau jangan-jangan kamu sedang memikirkan beasiswa mu?”

Aku menatap ragu, tapi Rena menggeleng dengan pasti. Kalau dia takut masalah beasiswa dengan ancaman Jessy tadi, aku ingin memberitahukan pada Rena supaya dia tidak perlu mengkhawatirkannya.

Meskipun Jessy punya andil dalam saham kampus, tapi pemilik asli kampus ini adalah keluargaku. Tepatnya, kakek Thomson, tapi itu tidak pernah aku ungkapkan di kehidupan lalu. Sebab, itu juga menjadi rahasia.

Semua keputusan akan kembali padaku. Aku sudah mendapatkan hak atas kampus. Tapi, dulu aku gak pernah menggunakan hak tersebut karena aku hanya dikendalikan oleh Minna juga Nick.

“Sebenarnya, setelah pulang dari kampus aku punya pekerjaan, Reg. Aku malu bilang di kampus karena dulu sering sekali aku di ejek. Tapi, sekarang sepertinya aku ga perlu malu sama kamu,” kata Rena, dia berbicara sedikit bergetar karena takut mungkin aku akan meledeknya.

Huh, bahkan ternyata Renata masih memiliki cerita lain selain dirinya yang sering di bully di kampus. Ternyata dia siswa teladan juga pekerja keras.

“Oya, maafkan aku, aku benar-benar gak tahu. Jadi, kemarin bagaimana? Apa aku benar-benar sudah mengganggu pekerjaanmu?”

Aku bahkan kemarin dengan seenaknya mengajak Renata pergi dan merubah dirinya tanpa tahu kesulitan yang aku perbuat kemarin.

Rena tersenyum, “Tenanglah, kemarin aku sudah meminta libur,” katanya lagi tersenyum, aku tahu, Rena sedang membuat aku tenang.

“Kamu gak bohong kan, Rena. Aku menyusahkan dirimu ya kemarin?”

“Gak, Regi, beneran. Aku kemarin ambil libur. Tapi, maaf ya, hari ini aku ga bisa temani kamu. Aku tetap harus bekerja,’ kata Rena menjelaskan.

“Gak apa-apa, Rena. Uhm, ngomong-ngomong kamu kerja dimana?”

Aku juga penasaran dan benar-benar ingin tahu juga lebih dekat dengan Renata.

“Aku bekerja di coffee shop. Kira-kira kalau aku naik bus, aku berhenti 3 halte dari kampus kita,” kata Rena menjelaskan.

“Sepertinya aku tahu dimana itu. Apa boleh aku main kesana kapan-kapan?”

Itu salah satu coffee shop yang aku suka. Memang aku gak terlalu suka minum coffee, tapi ini bisa aku ajukan pada Axel. Hitung-hitung jadi tempat untuk kencan kami nanti.

“Tentu saja, jika kamu mampir kesana. Aku janji, aku akan mentraktirmu makan dan minum sepuasnya,” kata Rena yang tersenyum bahagia saat aku tahu dan aku tidak menyepelekan pekerjaan yang dia lakukan.

“Janji ya. Aku pastikan kamu menyesal. Aku akan mengajak pacarku kesana,” kataku lagi.

“Terserah. Aku akan menantikan kedatanganmu, Regi. Pokoknya, kamu kesana aja aku sudah senang banget!”

Sambut Rena sambil menggenggam tanganku. Aku pun membalas sambutannya dengan senyuman tulus.

“Baiklah, kalau begitu, kita berpisah disini saja ya. Aku ingin memberikan pacar kejutan,” kataku antusias dengan rencana yang ada di otakku.

“Uhm, da da, sampai bertemu besok, Regi!” Renata melambaikan tangan sebelum dia memberhentikan bus dan masuk ke dalamnya.

Ternyata, Renata bukan hanya kesulitan dalam ekonomi. Dia terlihat bekerja keras. Apa ini penyebab dia dulu berhenti kuliah. Padahal itu hanya tinggal 1 semester sebelum hari kelulusan. Dia gak pernah terlihat lagi di kampus.

Kali ini, selain misiku membalas dendam pada pengkhianatan suamiku. Aku juga ingin mengetahui alasan Renata berhenti kuliah.

Kalau bisa, aku juga ingin mengubah kehidupan Renata agar menjadi lebih baik. Tidak hanya aku, kalau aku bisa membantu orang lain, kenapa tidak aku lakukan sekaligus.

Tanpa terasa kaki berjalan sampai di salah satu toko pakaian khusus laki-laki. Aku yang tidak menyadari kalau Nick terus mengikutiku dari belakang.

“Masih bilang gak suka dan mencintaiku. Tapi, dia masuk ke toko pakaian yang aku suka. Reginaaaa, Reginaaaa, ternyata kamu memang benar-benar ingin main tarik ulur denganku,” kata Nick penuh percaya diri.

“Hmm, baiklah, meskipun begitu, aku tetap harus memberinya pelajaran. Kamu juga harus tau rasanya membutuhkan seseorang. Jadi, bersiaplah, setelah ini kamu akan semakin jatuh cinta padaku,” bisik Nick dalam hati yang siap dengan rencananya.

Dia terlihat sedang menelpon seseorang dan tersenyum dengan bangga setelah melihat aku sedang berada di salah satu counter dasi. Karena saat ini, Nick memang masih magang di perusahaanku, tapi jam segini pun dia masih bebas berkeliaran kesana kemari.

Nick benar-benar merasa besar kepala. Karena aku yang selalu menempel padanya.

“Sepertinya warna yang ini bagus untuknya,” kataku setelah aku bingung dengan 2 warna hitam dan abu-abu.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil warna abu-abu, aku merasa warna itu cocok dengan kepribadian Axel yang profesional juga dingin.

“Apa lagi ya? Aku mau kasih dia apa lagi?”

Aku berpikir keras setelah aku keluar dan membayar untuk dasi tadi.

Lalu aku melihat toko bunga, jadi itu terlintas begitu saja kalau aku ingin memberikan Axel buket bunga juga.

Aku menyebrang tanpa ragu. Mendekati juga memilih. Aku menjatuhkan pada bunga Lily, ini adalah lambang kesucian dan cinta abadi.

Aku tersenyum sambil memegang buket bunga dan satu paperbag yang berisi dasi sebagai hadiah.

Tiba-tiba saja, aku merasa tidak nyaman. Aku menarik kepalaku, di hadapanku ada tiga orang laki-laki yang menghalangi jalanku.

Sepertinya, aku Dejavu kembali. Ini seperti kisah dimana awal pertama kali aku mengenal Nicholas.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience