Seluruh tubuhku terasa lemas. Aku membuka mata perlahan dan mengamati sekitar.
Baunya sedikit menyengat di hidung dan aku merasa ada berada di dalam gudang.
“Bukankah ini …,” mataku terkejut ketika benar-benar sudah melihat keadaan sekitar.
“Nggak mungkin. Nggak mungkin aku kembali kesini!” batinku mulai bergemuruh.
Perasaanku benar-benar tidak nyaman.
Kemudian aku menyusun beberapa kejadian sebelum aku berada di tempat ini.
“Berarti tadi aku di culik dan yang menculikku …,” pikiranku terhenti.
Ketika melihat orang di hadapanku. Tangan dan kakiku diikat.
“Kamu sudah bangun, Regina, sayangku!” saat mendengar suara tidak asing itu aku benar-benar yakin, dia adalah Nicolas.
Aku ingin mengumpulkan tenaga, tapi entah kenapa tubuhku masih terasa lemah.
Sepertinya ini obat yang dulu pernah aku rasakan.
Di kelas mendekat dan mencengkram rahangku.
“Kau, apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!”
Aku ingin sekali meneriakinya. Namun, suaraku tidak bisa terlalu keras.
“Hah, aku benar-benar tidak percaya. Aku dikalahkan oleh laki-laki br3 N9 53k itu!” dengus Nicholas.
“Aku bersama denganmu hanya bisa bergandengan tangan sedangkan dia?” delik Nick lagi saat dia melihat leherku masih terdapat beberapa stempel peninggalan Axel.
“Kau begitu mudah tidur dengannya, hah! Kenapa? Apa kekuranganku? Bukannya kau sangat mencintaiku? Kenapa kau berubah menjadi wanita murahan seperti ini!” cerca Nick lagi.
Sepertinya dia benar-benar ingin mengeluarkan emosi pada setiap penolakanku.
“Kenapa kau berubah seperti ini, Regina!” bentak Nick. Dia semakin mencengkram rahangku.
Aku masih melayangkan tatapan bengis dan sedikit nyeri karena tekanan di rahangku.
“Lepaskan aku, Nick. Suamiku pasti sangat marah. Dia nggak akan mungkin memaafkan dirimu jika ada hal buruk yang menimpaku!”
Aku mengancam dan mencoba mengukur waktu saat otakku sedang bekerja.
Aku harus membuat Nick lengah dan memberikan aku kesempatan untuk menghubungi Axel.
Ah, tapi dimana tasku?
Aku mencari karena tadi tidak menemukan bersama denganku.
“Hah, kau bahkan sudah terlihat akrab dengannya? Apa yang kau lakukan dibelakangku, Regi? Kau benar-benar sudah menghianatiku, hah?!”
Nada suaranya semakin berang.
Entah kenapa aku merasa Nick begitu emosi. Yang aku tahu, dia tidak pernah mencintaiku.
Apa karena aku menolak, harga dirinya merasa terlukai?
“Lepaskan aku, Nick!” Aku masih mengulangi ucapanku.
“Melepaskanmu? Aku akan benar-benar gila kalau sampai melakukan itu! Aku sudah susah payah mendapatkanmu. Setidaknya kau harus sedikit memberikan aku kompensasi,” dengus Nick terlihat semakin tidak senang.
Aku melihat mata Nick memerah dan dia menendang sesuatu juga menghancurkan nya.
Aku terkejut.
Dan hampir kehilangan fokus.
Kalau aku terus seperti ini, ikut emosi menyeimbangi emosi. Pasti dia akan bertambah emosional.
Aku sedikit memutar otak, dia sepertinya tidak bisa dilawan dengan emosi.
Deru napasnya semakin menderu ketika menghampiri ku lagi. Dia melampiaskan emosinya dengan menendang dan menghancurkan barang-barang yang ada.
“Agh!” Aku berteriak dan menggigil.
Dia harus melihatku seperti itu baru bisa menguasai emosinya.
“Apa kau sudah takut sekarang hah? Aku selalu menantikan kabar darimu, Regina. Kau malah mengabaikanku! Aku benar-benar mencintaimu, Regina!”
Teriakan Nick seperti sudah kehilangan kontrol. Dia tersenyum bengis saat menatapku.
Aku benar-benar ingat sorot mata ini. Sorot mata kebencian dan ingin melenyapkan diriku.
Ini tidak boleh sampai terjadi.
Aku harus mencari cara.
“Ah, sa–sakit, Nick. Kau menyakitiku!” Aku harus berpura-pura terlihat kasihan dan menyedihkan untuk mengulur waktu.
Tas juga ponselku tidak ada disini. Aku harus bisa melepaskan ikatan ini dan kabur darinya.
Tapi, terlebih dulu aku harus bisa mengelabuinya.
“Hah, sakit. Sakit. Baru kau tahu rasanya sakit kan? Kau mengabaikanku dan lebih bersama dengan laki-laki itu, Regina. Kau sudah mengkhianati ku. Kenapa, kenapa kau melakukan itu padaku, Regina??”
Teriakan demi teriakan bergema di gudang kosong itu.
Padahal jelas, disini aku yang sudah lebih dulu dikhianati dan dibunuh olehnya.
Tapi, saat dia diabaikan olehku di kehidupan kali ini, dia malah menuntunku.
Aku sudah berusaha menghindar agar tidak ada lagi penderitaan yang aku rasakan setelah bersama Axel.
Bagiku, aku juga cukup layak untuk mendapatkan kebahagiaan.
Kenapa, dia masih saja tidak melepaskan ku.
“Emm, ahh, sakit, Nick. Kau benar-benar menyakitiku!” aku merengek.
Ini harus terlihat nyata di matanya. Kalau memang dia benar-benar masih memiliki rasa iba, saat ini dia harusnya melepaskanku.
Nick sedikit tersadar, saat melihatku ketakutan dan merengek seperti tadi.
“Harusnya, aku yang ada di sisimu, Regina. Aku adalah orang yang paling mengerti dan mencintaimu!” desaknya lagi.
“Bagaimana, bagaimana aku bisa tahu, kalau kau bersikap kasar seperti ini? Apa ini yang dibilang mencintaiku, tapi kau sedang menyakitiku,” ucapku penuh tekanan dan itu membuat reaksi di kedua bola mata Nick.
Dia terlihat sedang berpikir.
“Kamu menculikku. Apa ini yang dinamakan cinta? Bukankah orang yang mencintai seharusnya melindungiku!” kataku lagi. Menekan kembali perasaannya.
“Kalau seperti ini, mana aku tahu kau benar-benar mencintaiku. Ini namanya pemaksaan. Kau bukannya tahu sifatku, aku paling nggak suka dipaksa!”
Aku terus membebaninya dengan ucapan.
Harusnya dia berpikir melemah saat mendengar ucapanku.
“Ah, tidak, tidak seperti itu, Regi. Aku memang benar-benar mencintaimu. Aku sampai tega melakukan ini karena aku mencintaimu,” ucap Nick seperti sedang membuat aku yakin.
Semua yang dilakukan adalah karena cinta.
“Bohong. Kau sedang berbohong padaku, Nick. Cinta itu nggak mungkin melukai. Cinta itu melindungi! Kamu nggak pernah mencintaiku, Nick!” tegasku langsung mengenai sasaran.
Nick terlihat panik.
“Nggak. Nggak. Aku sangat mencintaimu, Regina. Aku nggak mungkin akan melukaimu. Kamu yang paling aku cintai!”
Mungkin kalau dulu dia berucap seperti itu aku akan sangat mempercayai.
“Tapi, apa ini? Huhuhu!” Aku mencoba menarik simpati dengan air mata, “ini sakit, Nick!” kataku, meskipun aku berbicara seperti itu, tenagaku tidak sepenuhnya bisa kembali.
Mungkinkah Nick sudah memberikan aku obat lain selain obat bius saat aku diculik tadi.
“Ma maafkan, aku, aku akan melepaskan nya sekarang!” katanya sangat panik.
“Cih, kamu ini hanya laki-laki bodoh. Mana mungkin aku mau kembali padamu. Kalau bukan sedang mencari cara dan menemukan tasku, aku malas membuat sandiwara menjijikkan ini.”
“Aku harus bisa segera menghubungi, Axel. Renata pasti sudah menghubungi mereka, tapi lokasi saat ini, itulah yang harus aku lakukan. Aku harus memberitahukan lokasiku pada Axel.”
Aku sedang berpikir keras, otak dan hatiku harus bisa selaras. Untuk membuatnya tertipu.
Kali ini aku harus bisa membebaskan diri dari Nick. Dan laki-laki ini setidaknya harus mendapatkan hukuman yang setimpal.
“Lihat, aku sudah melepaskanmu, Regina. Aku benar-benar mencintaimu. Aku akan menuruti apapun keinginanmu. Asalkan kamu tetap bersama denganku. Aku hanya ingin bersamamu, Regina!”
Seketika aku sedikit mematung. Nick setelah melepaskan ikatan. Dia memelukku dengan erat.
“Hah, ternyata benar. Dia memang licik. Dia sudah meracuniku. Tubuhku tidak bertenaga. Aku menyadari ini adalah pengaruh obat yang sama.”
“Kalau ini yang pertama kali, aku pasti masih menganggap dia baik hati dan tulus mencintaiku. Tapi, perbuatannya ini nggak bisa aku maafkan.”
“Aku juga sudah nggak tahu berapa lama aku disini dan berapa lama efek obatnya. Ya Tuhan, aku mohon, kali ini masih ada keajaiban untuk melepaskan diri darinya!”
Saat pikiranku melayang, tiba-tiba aku mendengar sesuatu yang besar dihancurkan.
Aku sedikit melihat cahaya dan bayangan beberapa orang.
Share this novel