“Bagaimana ini Nick, dia malah menikah dengannya? Kita sudah susah payah membawanya kesini!” Gerutu Minna sambil menyentuh tangan Nick.
“Kau yang bodoh. Ini semua kesalahan mu. Kalau kau mengawasinya dengan baik semua ini nggak bakal terjadi!” Nick mengeratkan gigi dan tangannya.
Mereka sudah diusir dari kantor catatan sipil.
“Josep, bagaimana ini, bagaimana dengan harta kekayaan nya kalau seperti ini. Kita nggak mungkin mengendalikan nya lagi. Dia benar-benar menjadi anak pembangkang!” oceh Martha ikut kesal karena merasa rencana mereka gagal.
“Kamu yang terlalu lembek dan santai, Nick. Harusnya kamu memberikannya racun dan membuat dirimu bertanggung jawab. Kalau seperti ini, semua rencana gagal. Perusahaan juga sudah ada dalam pengawasan Brush, aku sudah kesulitan untuk menggelapkan dana lagi!” Josep yang mengangguk kepalanya.
Mereka sedang saling menyalahkan.
“Aku mana tahu kalau dia akan bersikap seperti ini, Om. Aku pikir, dia itu sangat mencintaiku. Ternyata pengaruh laki-laki br3 Ng 53k itu benar-benar sudah mencuci otaknya.”
Nicholas gerem dan dia mengepalkan tinju lalu memicingkan mata pada Minna.
Minna sudah bergidik ngeri. Bekas lukanya saja belum sembuh, melihat tatapan, dia tahu kalau Nick ingin melampiaskan lagi kemarahannya padanya.
Telepon Josep tiba-tiba bergetar, “Iya, tunggu sebentar, aku akan segera kesana!” jawaban Josep terburu-buru dan membuat Martha melirik.
Semalam saja Josep tidak pulang ke rumah. Tadi dia menghubungi juga sedikit kesulitan. Sepertinya ada yang suaminya tutupi.
“Kau mau kemana, Josep?” Martha mencegah langkah suaminya pergi.
“Aku ada urusan, kau pulanglah sendiri!” ucap Josep dingin dan menghempaskan tangan Martha.
“Kau ikut denganku, Minna!” Cerca Nick dan menarik tangannya.
“A–aku, aku ada urusan dengan Mamaku,” Minna segera mencari alasan, “iya, kan, Mah?” ucap Minna seperti meminta pertolongan, tapi sayangnya ibunya sedang mengamati kepergian suaminya yang terburu-buru.
“Mama ada urusan. Mama pergi dulu!” Ucap Martha seperti tidak peduli dan meninggalkan Minna.
“Agh!” Minna terkejut karena Nick menyeretnya ke dalam mobil. Tanpa lama-lama mobil Nick sudah pergi meninggalkan kantor catatan sipil.
***
Aku baru saja keluar dari kantor catatan sipil. Para pengawal masih berdiri menyambut kami.
“Regi, ka–kamu, seriusan ini sudah menikah?” Rena menatap tidak percaya.
“Ini bukan pernikahan seperti dalam bayanganku!” kataku mengoceh sambil melihat dua buku yang diterbitkan dari kantor catatan sipil.
“Memangnya kamu ingin yang seperti apa?” tiba-tiba saja Axel menggandeng tanganku.
Suasananya tadi sudah seperti ingin membunuh siapapun. Tapi, sekarang berubah saat melihat dua buku nikahnya.
Dia senyam senyum sendiri.
Billy masih tidak mempercayai nya.
Mereka sudah masuk di dalam mobil saat ini.
“Aku nggak tahu, tapi aku berpikir, aku akan dibawa ke tempat yang romantis. Lalu kau melamarku dengan membawa buket bunga dan cincin,” cetus ku masih menatap takjub buku nikahku.
Akhirnya aku benar-benar menikah dengan Axel.
Pernikahan kilat dan tanpa diduga.
Semua karena Nick dan aku sekarang sudah resmi menjadi istri Axel.
Perubahan yang terjadi dadakan. Jadi, aku juga nggak tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan Nick, Minna, papa dan ibu tiriku.
Disisi lain, Aku merasa tetap harus membalas dendam pada mereka. Tapi, setelah aku mendapatkan buku nikah, Aku berpikir, aku sudah mendapatkan semua yang aku inginkan.
Apakah itu akan setimpal. Karena dendamku belum terbalas.
Bagiku mendapatkan ketenangan dan bisa dengan orang yang mencintaiku saat ini adalah sudah cukup.
“Baiklah, Aku akan melakukan apa yang kamu minta. Apa perlu sekarang kita mulai membeli buket bunga kesukaan kamu, lalu cincin yang kamu sukai dan aku akan memesan restoran mewah untuk menjadikan ini sebagai pesta perayaan pernikahan kita.”
Kata Axel, dia menarik pinggangku dan sudah membuat aku duduk di pangkuannya.
“Xel, ah!” aku sedikit mengeluarkan suara ambigu dan membuat Rena menoleh.
“Upz, maafkan Aku, Rena. Ini habisnya suamiku yang nakal,” ucapku benar-benar tidak tahu malu dan bar-bar begitu saja langsung memanggil Axel sebagai suamiku.
Axel hanya tersenyum lagi. Dan segera menurunkan tubuhku perlahan.
“Kamu benar-benar sudah menipuku. Kamu bilang hanya menginap, nyatanya apa tadi kamu bilang huhuhu …”
Rena mengeluarkan suaranya seperti menangis, tapi tidak mengeluarkan air mata.
Billy hanya menoleh. Benar-benar tidak menyangka akan mendengar suara Rena yang membuat tubuhnya merinding.
“51 4l kenapa dia malah keliatan imut. Hah. Kau gila Billy. Darimana pikiran busuk ini datangnya!” Billy sedang merutuki suara hatinya saat melirik Renata.
“Hehehe, yah itu kan naluriah, Ren. Aku juga nggak bisa menolaknya. Itu namanya godaan alami. Nanti kamu juga bakal ngerasain kalau sudah bertemu dengan si Rick Rick itu!” cetus ku menggoda Renata.
Tapi, malah mobil tiba-tiba ngerem mendadak.
Duk! Rena terbentur dashboard depan mobil. Sedangkan aku keburu di tahan Axel.
“Eh ikan julung-julung, kalo bawa mobil pelan sedikit dong. Kamu mau bunuh aku!” sewot ku.
Billy hanya menoleh Rena yang meringis kesakitan saat kepalanya terbentuk.
Mendengar teriak dariku, ikan julung-julung nggak bereaksi. Dia menjalankan mobil kembali.
“Ya sudah kita beli cincin saja dulu ya sayang. Kamu tetap harus melamarku secara resmi loh!” ucapku meraih tangan Axel dan menyandarkan kepalaku di lengannya.
“Nggak perlu lamaran resmi pun, asalkan kamu suka. Aku pasti akan memberikanmu,” jawab Axel tanpa keraguan sedikitpun lalu mengecup tanganku.
Bagiku ini benar-benar hadiah dari Tuhan yang tak terduga. Mereka berniat buruk, tapi ternyata rencana ini terjadi begitu indah.
“Ngomong-ngomong, Xel, kamu kok bisa tau tanggal lahirku? Memangnya kita pernah ketemu sebelum ini? Dimana? Kapan? Kok aku nggak ingat sama sekali?”
Aku tiba-tiba saja teringat dengan kode apartemen milik Axel yang memakai tanggal lahirku.
Axel terdiam. Dia sepertinya sedang asik dengan dunianya sendiri.
“Xel!” Sekali lagi aku bertanya dan melihat wajahnya yang terlihat sangat tenang.
“Kamu yakin, sama sekali belum pernah bertemu denganku?” Aku mengangguk dengan pasti.
Lalu Axel menarik napasnya dengan kasar. Dia sepertinya tidak puas dengan jawaban dariku.
“Sepertinya aku benar-benar tidak berkesan buatmu. Kamu benar-benar jahat!” ucap Axel ketus dan membuat keningku berkerut.
Aku tertegun mendengar jawaban Axel.
Berarti mungkin saja dia memang benar-benar pernah ada dalam kehidupan laluku. Tapi, aku yang nggak menyadari.
Bukan hanya di masa lalu aku saat bersama dengan Nick. Sepertinya masa itu Axel lah yang lebih dulu mengenalku.
Tapi, lagi-lagi aku nggak mengingatnya.
“Jadi, kamu kita benar-benar pernah bertemu sebelumnya?” Kataku penasaran, tapi Axel tidak menjawabnya.
Dia jadi acuh tak acuh.
Kok aku jadi merasa bersalah sih.
“Padahal kamu yang janji duluan, tapi kamu yang ingkar!” Kata Axel lagi, dia turun lebih dulu saat mobil sudah berhenti.
Rena dan Billy hanya bisa menguping. Dan mengikuti kami yang keluar lebih dulu.
“Xel! Tunggu. Jalannya jangan cepat-cepat dong!” teriakku.
Aku mengejar Axel. Dia sepertinya marah.
“Aduh!’ Rena hampir saja terantuk jalan karena ingin mengejarku.
“Jalan pakai mata. Nggak perlu buru-buru!” sergah Billy yang menangkap tangan Rena agar tidak terjatuh.
Share this novel