Tidak Sabar

Romance Completed 1318

“Dasar, laki-laki kaku dan dingin. Dia tadi beneran menembakku?” bisik Rena dalam hati.

Di dalam mobil dia masih sedikit terbayang dengan kejadian tadi.

Rick mengamati. Anaknya sudah dalam pangkuan Rena dan tertidur.

“Ah, maaf, tadi saya tidak menjawab telepon Tuan,” kata Rena, dia merasa tidak enak hati karena mengabaikan panggilan telepon dari Rick.

“Em, tidak masalah. Yang terpenting saat ini kau sudah setuju untuk mengasuh Belinda,” ucap Rick penuh makna.

Meski sedang fokus menyetir, dia melirik ke arah Rena.

“Tadi itu …,” Rena sedikit ragu untuk mengatakan, tapi dia sadar tidak boleh mengabaikan perasaan Billy setelah dia mengungkapkan.

“Aku mengerti. Tapi, jika memang dia keberatan, beritahu aku secepatnya!” Sepertinya tidak perlu dijelaskan, Rick sudah memahami posisi gadis itu.

“Em, dia tidak masalah. Dia bukan orang yang berpikir sempit dengan melarangku bekerja,” kata Rena, dia berbicara seolah sudah memiliki hubungan yang lama dengan Billy.

Setidaknya Rena harus memberikan batasan yang jelas agar dia tidak memberikan celah untuk apapun.

Rena tidak ingin membuat kesalahan. Dan dia juga tidak ingin mencari masalah.

“Baiklah, yang penting kabari aku tentang, pengunduran diri dari cafe. Kalau bisa secepatnya,” kata Rick.

“Um, terima kasih banyak sudah memahami saya,” Rena yang berpikir kalau dalam hal ini Rick tidak akan terpengaruh pada perasaan lain selain pekerjaan.

Tidak ada jawaban dari Rick. Dia hanya kembali fokus menyetir.

Rena pun tidak ingin mengambil pusing karena dia pikir itu sudah cukup jelas bagan jawaban.

Rick menghentikan mobilnya saat sudah sampai di halaman depan rumahnya. Rena melihat sekitar dan terlihat beberapa pelayan datang.

“Bantu turunkan barang Nona Rena dan siapkan satu kamar untuknya di dekat kamar Belinda,” perintah Rick.

Salah seorang dari mereka menghadapi dan mengambil tas Rena yang berada di kursi belakang.

“Kau ikuti saja dia dan taruh Belinda di kamarnya,” kata Rick lagi.

Setelah memberikan perintah Rick berjalan lebih dulu meninggalkan karena.

Gadis itu menatap sesaat, namun tidak ingin menghiraukan. Baginya pekerjaan sudah di tangan dan harus segera dilakukan.

“Silahkan ikuti saya, Nona Rena,” kata pelayan tadi dan Rena mengikuti.

“Rumahnya ternyata benar-benar besar. Sepertinya dia nggak kekurangan pelayan. Tapi, kenapa masih menawariku pekerjaan,” batin Rena berbicara.

“Nona Belinda letakan disini saja, Nona!” kata pelayan yang sudah mendekat ranjang berenda berwarna merah muda dan di hiasi dengan pita-pita warna senada.

“Wah, kamarnya sudah persis mirip kamar putri!” komentar Rena tanpa sadar.

“Iya, Nona, Nona Belinda sangat menyukai warna ini,” tambahnya.

“Em, baiklah terima kasih banyak. Saya hanya perlu taruh disini saja kan?” Rena meletakkan tubuh Belinda perlahan di ranjang nya.

“Iya, Nona. Kamar anda, di sebelah kanannya Nona Belinda. Silahkan. Saya akan tunjukkan,” kata pelayan tadi dan segera membawa Renata keluar dari kamar Belinda.

Setiap sudut tertata dengan rapi dan indah. Renata bahkan tidak menyangka dia akan diterima bekerja di rumah mewah ini.

“Terima kasih!” Kata Rena setelah dia berada di depan pintu yang ditunjukkan pelayan tadi.

Pelayan pergi dan Rena masuk ke dalam kamarnya.

“Wah kamarnya besar sekali. Apa Tuan tidak salah, ini tidak mirip dengan kamar pelayan,” gumam Rena.

Tapi, dia tidak bisa berpikir terlalu lama karena ponselnya kembali berbunyi.

Rena melirik si pemanggil dan tentu saja Billy yang berada dalam panggilan.

“Dia benar-benar tidak sabar!” Rena berjalan dan duduk di tepi ranjang. Dia meletakkan tasnya tidak jauh dari kaki.

“Ada apa? Kenapa kau lama sekali mengangkat teleponku? Jangan bilang kau lagi sibuk berduaan dengan laki-laki itu!”

Baru saja tombol hijau itu diangkat, suara Billy di ujung telepon sudah mengintrogasinya.

“Apa sih. Aku kan bilang setelah semua rapi Aku akan segera mengabari,” kata Rena sedikit ketus karena ucapan Billy seperti memarahinya.

“Cih, apa benar kau akan menghubungi kalau aku tidak duluan yang mencarimu!” dengus Billy seperti anak remaja yang baru saja mengenal cinta.

Dia cemburuan.

“Ya ampun, aku nggak seperti itu. Aku saja belum sempat mengganti baju,” cetus Rena.

Dia sedikit kesal, ternyata bukannya sikapnya yang kaku dan cemburuan. Billy terlalu posesif terhadapnya.

Tidak ada jawaban lagi, Billy diam. Dan menunggu Rena bicara.

“Nggak usah marah dan cemburuan. Aku sudah bilang nggak ada hubungan apapun dengannya. Aku benar-benar hanya bekerja,” kata Rena suara tidak ikut keras seperti Billy bicara padanya.

“Lebih baik kamu kerja di cafe saja. Ahh sebaiknya tidak usah bekerja. Aku punya cukup uang untuk menghidupimu!”

Billy mengeluarkan kata yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Itu adalah perkataan tabu dan benar-benar tidak masuk akal baginya. Tapi tak ada setelah sikapnya pada Rena, dia menjadi berubah.

“Aku bukan perempuan yang mengandalkan laki-laki. Aku masih bisa bekerja dan bagiku uang yang dihasilkan sendiri itu lebih baik daripada menggantungkan diri dari laki-laki,” kata Rena.

Dia sebenarnya tidak menolak segala perhatian yang diberikan oleh Billy.

Tapi, harga dirinya lebih di atas segala yang dia miliki. Dia tidak ingin dianggap sebagai perempuan materialistis.

“Aku tahu. Tapi, aku nggak suka kau dekat-dekat dengannya!”

Rena cukup terkejut mendengar ucapan Billy.

Dia yang selalu merutuki sikap Axel pada Regina, sekarang seperti kena batu bertuah. Berbalik pada dirinya.

“Aku kan sudah bilang, aku nggak punya hubungan apa-apa selain urusan pekerjaan. Dia atasan dan aku bawahan. Apa itu masih belum cukup? Harus apa lagi yang aku jelaskan padamu!”

Rena sedikit frustasi dengan sikap yang Billy tunjukkan.

“Awas saja kalau kau berbohong. Aku yang akan menyeretmu keluar bekerja darinya!” Ancam Billy.

“Hmm, ya sudah aku mau bersih-bersih sebentar, ganti baju dan tidur,” kata Rena berniat akan mematikan teleponnya.

“Jadwal besok bagaimana?” Billy yang tidak ingin mematikan telepon.

“Ada jadwal pagi dan satu mata pelajaran. Setelah itu aku ke cafe untuk mengundurkan diri,” Rena merasa tidak ada yang harus ditutupi dari Billy.

“Kau keluar bekerja dari cafe?”

“Iya, karena tuan Rick ingin aku fokus merawat Belinda,” kata Rena.

“Apa kau yakin dia hanya menginginkan hal itu saja!” tetap saja Billy merasa ada yang aneh dengan Rick.

Apalagi meminta Rena hanya fokus merawat anak dan tawaran gajinya yang berlipat.

“Iya, aku yakin. Nggak ada hal lainnya. Hmm, ya sudah ya, aku mau istirahat,” Rena sudah merasa lelah dan ingin merebahkan tubuhnya.

“Istirahatlah. Jangan pernah membohongi atau mengkhianati. Aku pasti akan meminta pertanggung jawabanmu. Aku pastikan kau menyesal kalau melakukan itu!”

Billy tetap tidak bosan dengan ancam nya. Dia merasa harus mempertahankan Rena disisinya. Bagaimanapun cara yang dia lakukan.

Rena segera mematikan telepon dan bergegas untuk bebersih lalu tidur.

***

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience