“Akhirnya aku bisa menemuimu, sayang!” Nicholas berbicara mendekatiku.
“Hah, telingaku sakit mendengarnya. Sudah aku katakan jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu lagi. Di sini ada suamiku, kau nggak mungkin lupakan!” dengusku sedikit menjauh.
Tubuhku Terasa seperti tersengat listrik. Aliran itu seperti akan membuatku terbunuh. Jadi, sebisa mungkin aku menghindarinya.
“Kita perlu bicara, Sa– emm maksudku Regi. Sungguh. Aku hanya ingin berbicara denganmu,” kata Nicholas seperti memohon.
Aku benar-benar tidak boleh terjebak.
Meskipun dia terlihat lembut. Hatinya tidak ada yang tahu.
Axel tepat berada di belakangku. Dia juga tidak mungkin membiarkanku dekat dengan Nick.
Tatapan mereka beradu. Sudah jelas Nick membenci suamiku.
Dia merasa tersalip oleh kecepatan Axel mengejar cintaku.
Yang seharusnya saat ini aku bersama dirinya.
“Sayang!” Axel menyentuh tanganku.
“Hmm, aku nggak apa-apa. Kita harus segera mengurus pemakaman mereka. Polisi juga pasti memintaku datang untuk mengurus hal tersebut,” aku mengalihkan emosi juga pikiranku.
Aku tidak ingin perasaanku dikuasai oleh sikap Nicholas.
Axel menyepitkan tatapan tajam pada Nicholas. Dia tahu laki-laki itu masih belum puas terhadap diri.
Tatapannya masih tersirat ingin merebutnya.
“Markus!” panggilku.
“Iya, Nona Regina!”
“Tolong bantu urus untuk pemakaman mereka. Sementara aku memberikan ketenangan ke kantor polisi!” perintahku langsung dipahami Markus.
Dan dia segera memberikan perintah pada yang lain. Karena aku sudah diberikan alamat rumah sakit dan kantor polisi yang harus didatangi.
“Regina, aku mohon. Aku nggak meminta apapun. Aku hanya ingin berbicara berdua denganmu,” seolah tidak ingin menghilangkan kesempatan, Nicholas menahanku pergi.
Aku menepis tangannya dan segera menarik tangan Axel pergi denganku.
Aku benar-benar tidak ingin peduli hal apapun lagi yang berhubungan dengan Nicholas.
Bagiku, meskipun terasa kasar apa yang sekarang sedang aku lihat itu sudah menjadi bagian dari karma Tuhan.
Aku hanya perlu mewaspadai, Nicholas jangan sampai diberikan kesempatan apapun untuk bersamaku lagi.
Laki-laki itu orang yang sangat berbahaya dan harus aku hindari.
“Cih, dia benar-benar sulit untuk didekati. Aku harus memisahkan mereka. Bagaimanapun keadaannya, aku harus bisa bersama Regina lagi.”
“Kalau aku nggak mendapatkan dia. Jangan harap orang lain bisa bahagia dan mendapat dirinya!”
Nicholas mengepalkan kedua tangannya. Melihatku pergi.
Juga melihat para pelayan yang sedang mengurus tubuh kaku Minna.
Sesuai perintahku, harus segera dimakamkan.
“Karena Billy sedang menjemput Renata, kita ke kantor polisi naik taksi ya,” Axel l berkata ketika sudah di depan pekaranganku.
Aku memang memiliki beberapa mobil. Tapi, mobil-mobil tersebut hanyalah milik ayah ibu tiri dan Minna.
Aku tidak pernah kepikiran untuk menggunakan mobil secara berlebihan.
Dan di kehidupan lalu ku pun aku diatur oleh mereka.
“Hmm, nggak masalah. Yang penting kita bisa selesaikan masalahnya hari ini. Billy bisa diminta agar langsung ke pemakaman saja,” tukas ku.
“Kau bisa pergi bersama denganku, Regi. Aku bisa mengantarmu!”
Aku sangat terkejut karena Nicholas sudah berada di belakangku.
“Nggak perlu. Suamiku akan mengatur itu. Ini bukanlah hal sulit bagimu,” Aku menolaknya.
Aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan laki-laki tersebut.
“Ayolah, apa hal ini pun kamu tolak. Apa kau sudah benar-benar nggak percaya padamu. Mana pernah aku berniat menyakitimu. Aku ini tulus sayang dan sangat mencintaimu,” ucap Nicholas.
Membuatku menarik sudut bibir berkecut.
Ya memang di kehidupan sekarang kau belum menyakitiku. Tapi, untuk kehidupan lalu tiada hari tanpa kau menyakitiku telah kau menikah.
Jadi sekarang bisa kau sangka karena saat ini aku bukanlah istrimu di kehidupan keduaku kali ini.
Axel melirik. Memang tidak ada salahnya. Dia berpikir seperti itu. Asalkan, Axel berpikir, dia tetap bersama denganku.
“Sayang, aku pikir, nggak salah menerima bantuan. Kita juga perlu cepat sampai disana kan?” Axel sedang mengusulkan.
“Ngga. Aku nggak mau. Kita pakai taksi saja!” Aku tetap bersikeras menolaknya.
Nicholas menghilangkan dan dia merasa benar-benar sudah tidak ada harapan untuk mendekatiku.
Sepenuhnya hatiku sudah tertutup padanya.
“Baiklah, baiklah, aku nggak akan memaksa lagi. Nah, taksinya sudah datang!” kata Axel melihat taksi yang dipesannya secara online sudah di depannya.
Aku mengangguk dan segera masuk ketika Axel membukakan pintu.
Tanpa menoleh dan berpamitan pada Nicolas.
Kembali Nicholas mengepalkan tangan dan dia mengikuti taksi yang membawaku.
***
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Rena sedikit penasaran karena Billy mengirimkan pesan akan menjemput.
“Aku hanya diinformasikan, kita langsung ke pemakaman karena keluarga nona Regina mengalami musibah,” terang Billy membuat mata Rena sedikit membuka dengan lebar.
“Benarkah? Apa kamu nggak salah?” Rena masih sedikit tidak percaya.
“Tidak ada yang salah. Tuan bilang, hari ini ada tiga pemakaman sekaligus!” jelas Billy lagi bersikap tenang dan acuh.
Billy memang tidak akan pernah peduli selain urusan tuan dan nyonya nya. Juga yang menjadi hal yang mengusik adalah Renata.
“Apa?!! Tiga sekaligus?” Rena membekap mulutku.
Ingin tidak percaya dengan kabar yang dianggapnya secara tiba-tiba. Tapi, milih yang mengatakan, tidak mungkin dia berbohong.
Billy menghentikan mobilnya dan melepaskan seat belt. Kemudian menatap Rena.
“Hah? Ada apa? Kenapa kau mengagetkanku saja!” cetus nya melihat Billy bersikap seperti itu membuatnya terkejut.
“Aku tidak suka kau tinggal bersama laki-laki itu!” dengus Billy berkata kesal.
“Alasannya? Nggak usah aneh-aneh. Aku ini hanya bekerja dengannya. Nggak ada hubungan lain. Hanya atasan dan bawahan,” terang Rena kembali karena tetap harus memberikan penjelasan agar laki-laki posesifnya percaya.
“Tidak ada jaminan itu. Meskipun, kau nggak memiliki perasaan. Tapi, laki-laki itu belum tentu,” suara Billy setengah menggerutu.
Dia terlihat tidak suka dengan kedekatan Renata dengan Rick.
“Sudahlah. Nggak usah berbicara melantur. Aku memang nggak punya hubungan apapun. Kau nggak usah mencari alasan yang berlebihan,” Rena masih tetap dengan pendiriannya.
Masih percaya kalau Rick menganggapnya sebagai atasan dan bawahan.
Billy masih bergeming. Tidak ingin melakukan gerakan apapun sebelum Renata memberikannya jaminan.
Dia membuang napasnya dengan kasar.
Mau tidak mau Rena pun melepaskan tali pengamannya. Bersiap memberikan jaminan untuk laki-laki kaku yang berubah menjadi posesif.
Dia mendekatkan wajahnya pada Billy, “Jadi, kamu mau apa sebagai jaminannya?” Rena merasa harus memberikan dia kepercayaan.
“Apa yang bisa kamu berikan?” Billy menantangnya.
“Huh, kamu mau apa? Apa perlu aku men c1um mu sampai puas, atau kau ingin aku tidur bersamamu atau atau aku harus menjadi kamu suamiku, hah?!”
Ucapan Rena terdengar seperti main-main, tapi disambut dengan senyuman smirk dari bibir Billy.
“Baiklah, aku mau semuanya. Jadi, kau harus melakukan semua dengan urutan yang benar sesuai ucapanmu,” dengus Billy membuat mata Rena membulat.
Dia tidak menyangka ucapannya yang terdengar main-main malah langsung disetujui laki-laki kaku tersebut.
Billy menarik tangannya dan sepersekian detik tanpa Rena sadar bibir mereka sudah saling menarik.
Berpagut dalam emosi juga hasrat yang dipendam Billy.
Dipastikan, Billy, tidak akan melepaskan Rena begitu saja.
Share this novel