Tidak Dapat Dihindari

Romance Completed 1318

“Hih, siapa juga yang terburu—buru. Aku nggak sengaja tersandung!” oceh Rena sambil menepis tangannya.

Rena juga tidak ingin terlalu dekat ataupun berlama dengan Billy. Dia merasa tidak nyaman, Rena merasa tatapan Billy seolah mengintimidasi dirinya. Mungkin saja, Billy sangat tidak ingin berdekatan dengan Rena.

Tanpa menoleh lagi, Rena berjalan agak cepat mengikutiku yang sudah lebih dulu masuk bersama Axel.

“Cih. Dasar. Wanita memang selalu merepotkan!” gerutu Billy menaikan sudut bibirnya kecut sambil memperhatikan langkah Renata yang meninggalkannya lebih dulu.

***

Martha mengikuti mobil Josep dengan taksi. Suaminya itu terlihat menghentikan mobil di pinggir jalan. Lalu dia turun dari mobilnya.

“Papa mau kemana sih? Aku pikir ada rapat,” oceh Martha. Dia ingin turun, tapi dia urungkan karena tak lama suaminya datang dengan membawa beberapa paper bag.

Kemudian suaminya masuk mobil dan melajukan mobilnya kembali. Baru Martha sadari saat taksinya melewati ternyata itu adalah toko kue.

“Mau kemana dia? Kenapa terlihat buru—buru banget sih?” Martha yang penasaran terus mengikuti. Dia merasa ada yang aneh dengan suaminya.

Kemudian mobilnya berhenti lagi. Martha melirik, itu benar—benar bukan seperti suaminya. Dia berhenti di sebuah toko boneka.

“Hah, aku nggak salah lihat? Sedang apa dia disana?” masih dengan rasa penasaran. Dia tetap memantau dari dalam taksi dan tak lama suaminya datang dengan membawa boneka beruang besar berwarna merah muda.

Hatinya makin berpacu. Ada rasa penasaran dan kemarahan. Namun, dia masih tetap mengikuti. Hingga mobil berhenti di sebuah rumah.

Rumah yang tidak terlalu besar. Suaminya turun dengan membawa paper bag yang berisi kue dan juga boneka beruang besar berwarna pink.

Semakin berkecambuk dan timbul prasangka dalam hati Martha. Tapi, dia masih menepis perasaan itu.

Akhirnya dia memutuskan untuk turun dan mengikuti kata hatinya. Dia harus tahu apa yang sedang terjadi. Dan tentu saja dia ingin meminta penjelasan suaminya.

Jantung seakan berhenti berdetak sesaat. Mata Martha membulat hingga tidak percaya.

Dia melihat suaminya sedang dibukakan pintu oleh seorang wanita. Dan dari depan si wanita itu terlihat ada anak perempuan berusia sekitar lima tahun.

“Nggak. Ini nggak mungkin. Aku pasti salah lihat. Itu pasti hanya rekan bisnis nya,” Martha masih menguatkan hati dan mencoba mendekat saat pintu rumah tadi di tutup.

Dia masih tidak percaya. Memang selama ini suaminya sudah jarang pulang. Tapi, dari dulu dia mempercayai sebagai upaya kerja keras dan lembur di perusahaan.

“Nggak. Josep, nggak mungkin menghianatiku. Dia adalah suami yang setia. Cintanya hanya untukku dan Minna. Dia nggak mungkin melakukan ini padaku,” gerutu Martha kembali masih meyakinkan hati.

Namun, semakin keras dia mengupayakan hal tersebut. Itu seperti sebuah cermin.

Cermin yang memantulkan bayangan yang sama. Dia dulu juga pernah ada di dalam posisi itu. Saat suaminya selalu berada disisinya dan menghianati istri pertamanya.

Seperti karma yang akan dia alami. Tidak mungkin dapat dia hindari.

“Tenanglah Martha, Josep tidak mungkin menghianatimu,” Martha mengucapkan mantranya berkali—kali.

Dia harus mempercayai suaminya. Hidup yang sudah lama dia perjuangkan tidak akan mungkin hancur begitu saja.

Dia merasa harus meminta penjelasan. Dan tidak mungkin membiarkan itu terjadi. Dia melihat sekeliling. Bahkan mobil suaminya terparkir seolah itu adalah rumahnya sendiri.

Dia menekan bell dan memberanikan diri menghadapi yang harus dihadapi. Tidak akan tinggal diam.

Suara pintu di buka dan seorang wanita membuka pintu. Martha cukup terkejut dengan wanita yang ada dihadapannya. Dia terlihat jauh lebih muda darinya dan sedikit lebih tua dari anaknya Minna. Mungkin sekitar tiga tahun lebih tua dari Minna.

“Hallo, anda mencari siapa?” suara wanita itu terdengar lembut. Martha mungkin tidak akan percaya kalau tidak melihat dan menyaksikannya sendiri.

Martha tidak menjawab dan mendorong tubuh wanita itu. Dia menerobos masuk ke dalam rumah tersebut.

Matanya membulat tidak percaya. Dia melihat suaminya sudah berganti baju dengan pakaian yang lebih santai. Dan dia sedang mempersiapkan sesuatu dengan kue yang dibelinya tadi. Juga terlihat anak perempuan tadi terlihat tidak sabar berada di dekat suaminya.

“Siapa sayang? Apa kurir yang mengantar pesanan ku untuk Anna?” ucap suaminya masih sibuk memotongkan kue untuk gadis kecil tersebut.

Telinga Martha seperti tuli. Itu adalah suami yang dia paling anggap setia. Sekarang dengan mesra memanggil kata sayang untuk wanita selain dirinya.

Bahkan sikap romantis yang sering dia tunjukan dulu pun sudah lama menghilang. Itu seperti dimana dulu mereka masih merasakan manis dan membaranya cinta.

Martha membeku di tengah ruangan.

Suaminya, benar—benar menghianatinya.

Bagaimana itu terjadi dan sejak kapan. Dia bahkan tidak pernah menyadarinya.

Josep mengalihkan pandangan karena wanita yang dipanggilnya sayang tidak bersuara. Sepertinya dia juga kebingungan saat Martha menerobos masuk rumahnya.

“Ada apa ini? Sebeneranya apa yang sedang terjadi?” kata itu meluncur seperti tajamnya pisau yang sedang dipegang oleh suaminya yang sedang memotong kue.

“Ma—Martha? Sedang apa kau disini?” Josep spontan meletakan pisau melihat istrinya dengan tatapan yang sudah tidak bisa dia jelaskan. Sedangkan wanita satunya terlihat mengamati situasi dan tidak bergerak.

“Papa, siapa wanita itu?” ucap gadis kecil. Dia spontan bersuara karena merasa kesengangan potong kuenya terganggu.

Martha terlihat syock. Dan suaminya sadar dan mendekat.

“Sebaiknya kita pergi dari sini,” ucap Josep terdengar acuh tak acuh dan sepertinya dia tidak terlihat terkejut. Atau dia pasti sudah bisa mempredeksi kapanpun hal ini bisa terjadi.

Bagi Josep itu bukan pengalaman pertamanya. Jadi, dia mungkin merasa masih bisa mengeluarkan kata manis dan dia yakin Martha akan lebih mengerti dibandingkan istri pertamanya.

“Jelaskan Josep, aku nggak mau pergi sebelum kau menjelaskan semua. Siapa dia, juga dia?” tunjuk Martha pada wanita yang berdiri dekat meja. Kini dia seperti menyadari akan ada hal buruk dan segera menarik gadis kecil tadi.

“Sudahlah, jangan buat keributan disini. Kita pulang dan akan aku jelaskan!” ucap Josep sepertinya dia melindungi dua wanita itu.

“Nggak. Aku nggak mau pulang. Kau harus menjelaskannya. Siapa dia dan apa hubunganmu dengannya?! Hah!!” teriak Martha histeris. Matanya makin membulat tajam pada dua wanita itu juga suaminya.

“Sudahlah, ayo kita pergi dari sini!” tarik Josep lagi. Dia mencengkeram tangan Martha dengan erat dan sedikit menariknya.

“Lepaskan, aku nggak mau keluar sebelum mendengar penjelasan darimu. Aku ini bukan si Erika yang bisa kau bodohi. Aku, Martha Argentina, wanita terhormat dan cantik. Jadi, jangan coba membodohiku!” teriak Martha semakin histeris dan menghempaskan tangan Josep suaminya.

“Huhuhuhu … Anna takut, siapa dia, Papa …,” tiba—tiba gadis kecil itu menangis dalam pelukan wanita tadi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience