Tidak Main-main

Romance Completed 1318

“Dasar anak s14l an, bisa-bisa dia berpikir untuk membuatku bekerja di rumahku sendiri. Memangnya dia pikir, dia siapa hah?!” dengkus Martha kesal setelah dia mengusir Markus dan Lusi.

Dia tidak mungkin meluapkan kekesalan saat ada mereka. Martha yakin mereka pasti akan mengadukannya padaku.

“Huhuhu, bagaimana ini Mah, Pah, kenapa kakak bodohku berubah kejam sih? Ini semua pasti karena kamu,” Minna mengarahkan tatapan pada Nick yang masih belum juga pulang setelah aku usir.

Minna yakin ini semua kesalahan Nicholas.

“Kenapa menyalahkan diriku? Aku juga gak tahu dia akan benar—benar berubah seperti itu. Aku yakin semua masih baik-baik saja. Dia gak mungkin semarah ini kalau memang tidak ada yang mempengaruhi,” Nick sedang membela diri.

Dia mencoba mencari kambing hitam.

“Tapi, ini gak masuk akal Nick, aku yakin sekali dia ga berhubungan dengannya. Aku sudah sangat memastikannya. Selama ini, apapun yang dia lakukan dalam pengawasanku,” Minna bersikeras, dia tidak setuju dengan asumsi yang dikeluarkan oleh Nick.

“Kalau memang seperti itu harusnya dia tetap dalam kendali kita kan? Kenapa malah jadi seperti ini?” Nicholas sepertinya menyalahkan papa, ibu tiri juga Minna.

“Iya Josep, bagaimana ini? Kenapa dia jadi seperti ini sekarang. Dimana letak kesalahannya, kita kan selama ini sudah melakukannya dengan sangat rapi,” kata Sndra yang protes pada suaminya.
Belum selesai dengan pikiran satu, kini mereka memikirkan hal lainnya.

“Sudah, jangan membuatku pusing. Aku juga sedang memikirkan posisiku di perusahaan. Jika benar yang dikatakan Regina, aku akan kesulitan mengeluarkan uang kalau si kaku itu kembali. Dia adalah orang kepercayaan Thomson dari dulu,” papa yang juga sudah mulai ketar-ketir dengan penyesuaian perubahan.

“Aku yakin dia ga benar-benar serius, Josep. Anak itu mana berani melakukannya. Ini hanya gertakannya saja,” cetus Sandra yang meragukan legalitas diriku sebagai pewaris utama keluarga Thomson.

“Gak Mah, Mama jangan melihat mudah. Ini sudah benar-benar dia lakukan. Hari ini aku dan Nick pun sudah gak bisa menggunakan kartu hitam pemberian darinya. Padahal aku yakin, dulu dengan mudah dia menuruti semua perkataanku,” selak Minna berbicara, dia mulai merasakan aku gak main-main.

“Yang benar?! Kau juga gak bisa menggunakan kartu hitam itu?” kata Martha dan diberikan anggukan pasti oleh anaknya, “Mama pikir, ini pasti ada kesalahpahaman. Tadinya, Mama pikir, Papa yang sedang membatasi pengeluaran Mama,” kata Martha melirik sang suami.

“Bagaimana ini, Josep, sepertinya putri bodohmu itu sudah mulai berubah. Dia tidak lagi menjadi anak yang penurut. Bagaimana ini? Haduuhhh …. aku gak mau ya, kalau sampai harus benar-benar bekerja di rumahku sendiri. Aku gak mau keuanganku dibatasi. Pokoknya kamu harus bicara lagi dengan putri kesayangan bodohmu itu,” desak Martha setelah yakin ancaman dariku tidak lagi main-main.

“Diam! Kalian berisik sekali. Aku jadi gak bisa berpikir. Lebih baik kita turuti saja untuk sementara waktu. Buktikan kalau kita memang tidak seperti yang dia pikirkan. Aku juga harus tetap mempertahankan posisiku di perusahaan. Jika si kaku, Brush benar-benar kembali, tamatlah riwayat kita. Ini bukan hanya masalah pengeluaran, dia benar—benar akan memangkas habis-habisan,” kata Papaku meremas jarinya sambil berpikir keras mencari solusi untuk tekanan yang diberikan olehku.

“Aku gak mau, aku ga sudi ya. Ngapain harus kerja, ini semua kan milikku. Dia itu hanya cucu yang beruntung dengan gelar Thomson saja. Pokoknya aku gak mau tahu, Mama dan Papa yang seharusnya tetap bekerja, aku gak mau sedikitpun keuanganku di potong,” Minna sepertinya tidak peduli yang penting dia bisa tetap mendapatkan semua fasilitas yang selama ini dia nikmati.

“Dasar anak manja. Kalau dia benar—benar berubah, kita juga harus merubah strategi untuk sementara waktu,” kata Papaku yang sudah merasakan kegelisahan merasuk relung jiwanya.

“Bagaimanapun, Om, pertunanganku dengan Regina gak bisa dibatalkan begitu saja. Aku gak mau putus dengannya. Pokoknya apa yang sudah kita rencanakan dari awal ini gak boleh berubah,” kata Nicholas yang terus menekan keinginan karena dia juga tidak ingin kehilangan tambang uang yang selama ini aku berikan.

“Diamlah kalian semua jangan terus menekanku. Aku juga sedang berpikir keras. Bagaimana caranya merubah keputusan yang sudah dibuatnya. Jadi, lebih baik kau pulang saja. Untuk sementara waktu jangan mengganggunya dulu,” papaku memberikan saran agar jangan mengacaukan dulu semua keputusanku.

Kali ini sepertinya Nick tidak ada solusi, dia hanya terus melirik Minna yang juga ikut terbawa arus gelisah karena tekanan tadi.

“Benar yang dibilang Papa, kamu pulang dulu. Besok kita bertemu untuk memikirkan cara lainnya.”
Minna pun tidak ada pilihan selain mengusir Nick untuk pulang.

“Baiklah, aku akan meneleponmu besok, kita harus bicarakan ini dengan serius,” setelah berpamitan dengan Papa dan ibu tiriku, Nick berbalik dan pergi.

“Mama bagaimana dengan obat yang kau berikan?” kata Minna bertanya pada ibunya yang sedang memijat keningnya.

“Apanya yang bagaimana, aku sudah benar-benar gak bisa melakukannya. Si pembantu 5 i 4 L itu selalu saja mengganggu. Dia selalu mengawasiku,” kata Martha semakin kesal ketika mendengar ucapan anaknya.

“Tidak ada obat dan dia sudah gak bodoh juga penurut lagi. Bagaimana aku memberikannya pelajaran supaya dia tahu kalau aku hanya satu-satunya orang yang bisa dia andalkan,” kata Minna ikut mendengus kesal karena merasa beberapa hari ini aku sudah berubah.

“Sudah-sudah lebih baik kau kembali ke kamar. Aku juga ingin istirahat. Kepalaku juga gak bisa berpikir,” kata Josep, tanpa memandang wajah istri dan anaknya, dia kembali ke kamar.

***

Aku baru saja duduk di tepi ranjang sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Ponselku bergetar dan wajahku kembali berseri.

“Apa kamu sudah tidur?” katanya dari ujung telepon dan membuat aku semakin bersemangat.

“Belum, aku baru saja selesai mandi dan mengeringkan rambut,” kataku, sambil menerima telepon tanganku satunya tetap di kepala.

“Kalau aku ada disitu, aku yang akan membantumu. Apa besok kita akan bertemu?” Axel terdengar cemas saat mengutarakan pertanyaan itu.

“Uhm! Tentu saja. Belum apa-apa, aku sudah kangen!” kataku tanpa tahu malu.

“Benarkah?”

“Sungguh. Sudah aku bilang, aku yang sekarang hanya akan mencintaimu. Aku hanya akan memikirkan dirimu,” kataku lagi lebih proaktif sebagai seorang perempuan.

“Hah! Aku benar-benar bisa gila, bagaimana kau bisa mengatakannya dengan sangat mudah. Apa itu trikmu saat mendekati dan menggoda pria?!” cetus Axel terdengar kesal ketika aku berkata seperti itu.

“Memangnya ada yang salah. Kau kan pacarku sekarang. Cepat atau lambat, kita juga akan jadi pasangan yang sah. Aku pastikan kali ini menikah denganmu,” kataku lagi benar-benar sudah terdengar seperti orang gila.

“Regina Meizura Carlton, kau ini seorang perempuan bagaimana kau bisa berbicara seperti pada seorang laki-laki!” nada Axel semakin terdengar kesal.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience