Pembawa Sial

Romance Completed 1318

“Meski saya jomblo, selera saya ga seburuk itu, Nona!” sahut Billy sedikit kecut, dia hanya melirik dari spion seperti gak ada saringan sama sekali saat berbicara.

Dia langsung menolak mentah-mentah niat baikku

Aku melihat situasi sedikit tidak sesuai dengan harapan.

“Xoxoxo, ingat Billy, karma itu nyata loh. Nanti kamu kena batunya sendiri,” celetukku sedikit menyumpahi.

Billy tidak menggubris ucapan dan tetap fokus pada menyetir.

“Kami turun di sini saja,” kataku dan sepertinya Renata pun gak keberatan.

“Disini? Kamu yakin? Ini masih cukup jauh dari kampus,” Axel yang melihat keluar jendela, karena aku minta berhenti di salah satu taman.

“Ga apa, kami mau ngobrol dulu dan aku mau lanjut makan!” kataku sambil menunjukkan box kue yang aku bawa tadi.

Axel terlihat tidak rela, tapi dia tidak bisa menolak keinginanku.

“Hati-hati, setelah kuliah langsung kabarin aku. Aku akan menjemputmu,” Axel berpesan saat aku membuka pintu mobilnya. Dan mobil melesat pergi.

“Jadi, rumor yang tersebar di kampus memang benar-benar terjadi, Regi?” Rena bertanya mungkin karena semakin yakin dengan ucapanku.

“Rumor?”

“Iya, rumor kamu putus dengan Nick?”

“Owh, itu, tentu saja. Aku memang benar-benar sudah putus dengannya. Memangnya dia tadi kurang tampan menggantikan Nick?”

“Hmm, gak juga sih,” kata Rena yang ikut ngiler saat aku menggigit salah satu bread yang ada box kue tadi.

“Tapi, setahuku dan ya kamu tahu sendiri anak-anak di kampus, kamu terus saja menempel padanya,” lanjut Renata.

“Iya aku tahu, kenyataan seperti itu memang sulit diubah dan tentu saja orang itu pun gak mudah mempercayai perubahanku,” jawabku sambil menghela napas.

“Karena terlalu melekat dan sebagian orang akan menganggap kamu sedang bermain tarik ulur dan mencari perhatian Nick. Mereka pasti mengira seperti itu,” Renata menatap mataku yang jernih sedikitpun tidak ada keraguan.

Aku tanpa sadar melamun, “Jangan bilang kamu sedang menyesali,” cetus Rena karena melihatku bengong.

“Gak lah. Aku gak menyesal. Ini memang keputusanku. Aku ingin berubah agar masa depanku lebih cerah. Aku gak mau mengulangi sesuatu yang membuatku menyesal seumur hidup,” cukup jelas kata-kataku.

“Hmm, baiklah aku mengerti. Karena itu hubungan kita pun sedikit membuatku terkejut. Dan, kamu malah berani menentang Minna dan teman-temannya. Padahal selama ini kita sama sekali gak dekat,” aku tahu, Rena pasti akan menyadari situasinya.

Dia pun akan merasa seperti sedang diperalat olehku.

Aku hanya menjadikan dia sebagai umpan didalam permusuhan yang aku buat.

“Iya, tolong maafkan sikapku selama ini. Aku baru memiliki kesempatan untuk meminta maaf padamu. Selama ini aku salah, aku selalu saja mengikuti Minna juga mengejekmu. Tapi, kamu tenang saja, aku sudah benar-benar berubah.”

Aku hanya ingin Renata tahu, aku berteman dengan dirinya adalah tulus. Tidak sedang memperalat atau mempermainkan. Apalagi menjebak dirinya untuk dipermalukan di hadapan Minna dan teman-temannya.

“Iya, tentu saja aku percaya kamu, Regi. Mana mungkin aku gak percaya setelah apa yang kamu lakukan padaku,” Rena pun bisa menyadari kalau aku benar-benar serius dan tulus berteman dengan dirinya.

“Terima kasih banyak, Rena. Aku janji, aku akan selalu menjadi sahabat terbaik buat kamu,” aku melambungkan senyuman untuk Renata.

“Uhm, iya, aku tahu, termasuk dengan janji traktir makan selama satu bulan dari kamu tetap berlaku kan?” kekeh Rena, seraya menggodaku.

“Uhm tentu saja, apapun Rena. Pokoknya itu gak hanya berlaku selama satu bulan saja,” kataku menjawab dengan pasti.

“Hehehehe, ga Regi, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku memanfaatkan juga memeras uangmu lagi. Lihatlah apa yang sudah kamu lakukan padaku. Ini sudah lebih dari segalanya. Kamu sudah membuat aku lebih percaya diri dan tidak meremehkan diriku sendiri.”

Jawaban Rena memang tegas. Setegas dengan penampilannya dari ujung rambut hingga kaki yang berubah total.

Aku mengangguk bahagia. Benar-benar tulus mendoakan semua yang terbaik untuk Renata.

“Sudahlah gak perlu dibahas lagi. Yuk kita berangkat. Sepertinya berjalan kaki ke kampus tidaklah jauh,” saranku yang langsung disetujui oleh Renata.

Kami beranjak dari duduk dan mulai menyusuri taman yang menuju arah kampus. Kami hanya menyebrang satu kali lalu tiba di kampus kami.

Aku dan Renata baru saja memasuki halaman kampus sampai tidak menyadari semua mata tertuju pada kami.

Bruk!!

Seseorang sengaja menyenggol ku. Saat kulihat ternyata mereka, Alda dan Jessy. Dua kutu dayang-dayangnya Minna.

“Ada apa, kenapa kalian sengaja menabrak ku?”

Aku segera menghentikan langkah mereka agar mereka tidak menganggapku lemah.

“Wah, wah, lihat ini, Jessy …,” kata Alda yang memutari Rena terlihat tidak suka.

“Ternyata upik abu yang buruk rupa bisa berdandan juga. Tadinya aku berpikir, anak pengusaha mana yang sedang berjalan dengan kakaknya Minna itu,” cibir Jessy menaikan satu sudut bibirnya dengan kecut.

“Dia udah gak terlihat kampungan lagi kalau kayak gini. Tapi, kita juga harus hati-hati, Alda!”

Mereka terus memberikan kode yang mengejek.

“Hati-hati kenapa?” kata Alda.

“Ya gitu deh, hati-hati aja, nanti pacar-pacar kita di rayu sama dia.”

Umpatan yang keluar dari mulut mereka benar-benar menganggu, merekapun tidak layak dihormati.

“Jaga bicaramu,” sergahku tidak terima Rena dihina seperti itu.

“Regina, untuk apa kan terus bersama dengannya. Dia itu tidak pantas ditemani. Dia tidak selevel dengan kita,” Jessy membalas ucapanku, tetap mengejek Renata.

Aku baru saja ingin menarik tangan Rena untuk pergi, namun sebelum itu terjadi malah seseorang mendorong Rena hingga aku ikut tersungkur karena menggenggam tangannya.

Gema suara tawa terdengar semakin jelas. Karena mereka sudah berhasil mengejek kami.

“Aw, sshh!” Aku meringis masih merasakan sakit di lutut karena memang lututku tergores oleh dorongan tadi.

“Apa kubilang, ucapanku terbukti kan? Dia memang perempuan pembawa sial. Siapapun orang yang di dekatnya pasti terluka,” kata Jessy seolah mempertegas suatu fakta yang sedang mereka rekayasa.

“Menjauhlah darinya, Regi. Dia itu hanya perempuan yang gak tahu terima kasih. Dia hanya akan memanfaatkan uangmu,” kata Alda lagi menekankan sesuatu.

Sepertinya mereka sedang membuat situasi agar Rena terlihat buruk dihadapan semua orang yang sedang menonton kami saat ini.

“Gak, Regi, itu semuanya gak benar. Aku ga seperti itu,” sergah Renata yang kali ini pun tidak diam. Dia memberikan perlawanan.

Rupanya meski saat ini gak terlihat Minna ataupun Nick. Sikap semena-menanya mereka tidaklah hilang.

“Halah, semua orang pasti akan memberikan penolakan. Kamu pikir kami ini bodoh. Kamu itu sedang menipu, Regina. Kamu sedang memperdayai nya kan?” Jessy masih belum puas menyerang Rena.

Plak!

Aku sempat terkejut karena tiba-tiba saja Rena bangkit dan membuat tubuh Jessy berhadapan dengan dirinya.

Rena mendaratkan tamparan tadi di wajah Jessy. Sama halnya denganku, Jessy pun terkejut dengan perubahan Rena.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience