Gadis Polos

Romance Completed 1318

Axel membulatkan matanya. Dia sepertinya salah mendengar.

Tapi, tanganku menggantung di lehernya hingga Axel tidak punya kesempatan untuk menariknya.

“Kau!” decak Axel dengan suaranya yang sudah menderu.

“Pelan–pelan, ini yang pertama untukku!”

Mata Axel membulat tidak percaya.

“Setelah malam ini, jangan pernah berharap ada laki-laki lain yang kamu pikirkan. Hanya boleh ada Aku,” dengusnya.

Aku mengangguk pelan. Menyetujui apa perkataannya.

“Agh! Emm!” suaraku melenguh berat saat Axel menjulurkan lidah dan mulai memasukkan salah satu milikku ke dalam mulutnya.

“Agh! Enak umm teruskan jangan berhenti!” Aku juga ikutan gila. Hawa panas dari mulut Axel yang sedang meng ngenyot terasa nikmat. Apalagi tangan dingin satunya sudah membuat kedua kakiku terbuka dengan lebar.

Axel menarik kepalanya. Dia melepas mulutnya yang sedang asik menyusu padaku.

“Kau benar-benar gadis nakal. Berani sekali kau menunjukkan wajah seperti itu. Awas saja kalau kau berani tunjukkan ke yang lain, Aku patahkan kakimu!”

Dalam balutan gelora yang membara Axel masih sempat mengeluarkan ancaman.

Dia benar-benar berbeda dari kehidupan lalu ku.

Aku benar-benar tidak menyangka ini adalah sosok dingin yang sebenarnya dari Axel.

“Mm, Aku janji. Semua ini hanya milikmu,” kataku menarik lagi tubuhnya. Aku nggak mau kalah, aku membalikkan tubuh Axel dan langsung naik ke atas tubuhnya.

Dengan cepat aku membuka kancing baju juga celananya. Kalau dia bisa se L14r itu padaku. Dia pasti sudah sangat menahannya sejak lama.

“Regi, kau, agh!” Axel terkejut. Aku memang belum sepenuhnya melepas gaunku, tapi aset yang menutupi bagian dua milikku dan belahan bibir bawahku sudah dirobek olehnya.

“Aku juga mau melihat dan menyentuhnya,” kataku penuh hasrat sedang bergerak menyentuh pedang perkasa milik Axel.

Aku nggak menyangka. Pedangnya saat dikeluarkan sudah tegak dan mengeras.

“Agh umm!” Kali ini Axel melenguh. Dia merasakan kehangatan dari mulutku saat memasukkan pedang tadi ke mulutku.

“Dasar kau Ahh, Regina, kau benar-benar membuatku gila. Bagaimana bisa kau yang pendiam dan polos bisa membuatku melayang seperti ini uhg ah!” Batin Axel bergelora seluruh tubuhnya ikut terbakar dan tidak mungkin dia tahan lagi.

Godaan dari gadis polos nya sangatlah besar.

Bruk! Aku terkejut. Axel membalikkan tubuhku secara dadakan.

“Agh Ax El umm enak ah terus lebih dalam!” Aku blingsatan saat Axel membuka lebar lagi kedua kakiku.

Kali ini dia sudah tidak ragu. Mulutnya mendekati belahan bibir bawahku.

Dia menjulurkan lidah dan menghisap nya.

“Ahh Axel umm!” Lenguhku semakin panjang. Aku terus menekan kepala Axel agar lebih dalam lagi.

“Regina, Aku mau masuk ke sana,” pintanya dengan suara serak sesaat kepalanya terangkat untuk meminta izinku lagi.

Dia adalah lelaki perkasa dan penuh sopan santun. Tetap meminta izinku, meski aku sudah mengijinkan apapun yang ingin dia lakukan padaku.

“Agh! Sa–sakit!” Jeritku tiba-tiba Aku mencengkram kedua tangannya.

Aku terkejut, hanya sedetik dia minta izin pedang kepemilikan sudah sepenuhnya masuk ke dalam ku.

Aku merasakan robekan karena dia menerobosnya.

“Maaf, aku …,” Aku mengangguk.

Aku melirik sesaat karena dia merasakan ada sesuatu yang mengalir di bawah sana. Warna merah itu nyata dipeluk mata Axel.

“Xel, pelan-pelan. Ini sakit banget ternyata!” renggek ku. Ini pertama kalinya aku melakukan dan aku benar-benar bahagia karena dia bukan Nicholas melainkan orang yang sangat mencintaiku.

Axel mencoba menggerakkan pinggulnya dan aku mengikuti ritme nya. Menggerakkan bokongku perlahan dan umm aku baru merasakan sedikit tidak sakit saat Axel mulai memompa nya perlahan.

“Umm apa masih terasa sakit?” Axel berkata hati-hati karena takut membuatku sakit.

“Nggak. Ini sudah terasa lebih baik. Teruskan dan jangan berhenti!” Kataku hingga akhirnya Axel memacu ritme lebih cepat.

Dan mereka berdua melakukan pelepasan bersama.

Axel menarikku ke dalam pelukannya. Dia mengecup keningku.

“Bisa-bisanya aku tertipu denganmu selama ini,” cetus Axel. Dia masih mengusap rambutku sambil tersenyum renyah.

“Cih, siapa yang menipumu. Aku kan juga gak tau kalau kamu suka aku. Emangnya kamu pernah ngomong,” sahutku sedikit sewot.

Di kehidupan lalu kami dekat saja tidak.

Axel tertawa renyah lagi.

“Apa kamu nggak dimarahi malam ini nggak pulang?” Axel mengingatkan.

“Ya ampun, Aku lupa!” Jujur saja selama ini aku nggak pernah keluar sampai larut malam kecuali pergi bersama Nick dan Minna.

Tapi, kali ini berbeda. Ini atas keinginanku dan juga Axel yang ingin memberikan aku hukuman.

Tidak ada dalam rencana kalau malam ini Axel akan memakan ku.

Aku membenarkan posisiku. Karena pagi tadi aku hanya berpesan pada Markus kalau akan pulang malam.

Tidak menyangka ini bukan hanya pulang malam. Tapi, aku menginap dan tidur bersama dengan Axel.

“Apa perlu aku yang mengabari mereka?” Aku menggeleng.

Ini Pun terlihat bagus. Dengan begini mereka tahu kalau aku sudah berubah dan nggak bisa mereka kendalikan lagi.

“Kamu yakin?” Axel sepertinya masih meragukan reaksiku.

“Hmm, biarkan saja. Sesekali aku nggak pulang harusnya wajar saja. Apalagi ada alasan yang jelas,” sergahku. Axel mengerutkan dahi.

“Aku kan menginap di rumah pacarku tersayang. Emangnya gak boleh?” Kataku seperti sudah tidak peduli. Membenamkan tubuhku ke dalam pelukannya.

Axel mengusap rambutku lagi.

“Tidurlah. Aku nggak akan mengganggumu lagi,” kata Axel mengecup rambutku.

Aku hanya menuruti dan memejamkan mata.

“Aku benar-benar gak sabar. Apa yang akan kalian katakan kalau besok aku baru pulang!” Batinku. Benar-benar menantikan reaksi ayah, ibu dan adik tiriku.

***

“Minna ada yang terjadi, hah?!” Kata Martha saat melihat anak kesayangannya berjalan tertatih ke dalam rumah.

“Dimana dia? Dimana kakak bodohku. Berani sekali dia membuatku seperti ini!” dengus Minna seperti akan melupakan kemarahan.

Martha baru menyadari sudah lewat jam sembilan malam tapi, belum ada tanda-tanda pergerakan diriku.

“Markus!” teriaknya. Tidak lama Markus sudah berada di hadapannya.

“Dimana Regina?” Karena Martha merasa belum melihatku jadi dia tetap harus memastikan.

“Sepertinya Nona Regina tidak pulang malam ini, Nyonya,” jawab Markus. Meskipun kekuasaan mereka sudah dibatasi. Sikap Markus masih dibilang menghormati Martha karena sudah menikah dengan ayahku.

“Apa?? Belum pulang? Kau yakin??” Keduanya terkejut dan mengatakan hal yang sama.

“Iya, Nyonya, Nona. Nona Regina belum pulang. Apa ada lagi yang perlu saya bantu?” ucap Markus.

“Suruh seorang pelayan membawa obat ke kamarku,” kata Minna meringis.

Markus pergi setelah mendengar perintah.

Sepertinya dia juga tidak terlalu mempersulit, meskipun aku sudah memberikan perintah agar tidak melayani mereka.

“Ada apa? Kenapa minta obat?” Martha sedikit khawatir. Dia baru sadar kalau wajah anaknya sedikit pucat.

“Aku sedikit terluka, Mah. Mama nggak perlu khawatir,” ucap Minna. Dia sudah diancam Nick kalau tidak mengatakan hal yang buruk tentangnya.

Minna jadi sasaran amukan Nick karena dia tidak bisa menjalankan rencananya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience