Hilang Kepercayaan

Romance Completed 1318

“Ada apa? Kenapa seharian ini kau sulit dihubungi?” Nick sedang berada dalam panggilan Minna.

Sejak pagi siang dan sore Nick coba menghubunginya, Minna terus menghindar.

Selain ada alasan lain karena ibunya sedang mengikuti sang ayah. Minna juga tidak ingin dijadikan bulan-bulanan oleh Nicholas.

Dia tidak mau jadi alat pelampiasan saat Nicholas marah.

“Aku sedang sibuk dengan mama, jadi untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu,” kata Minna menghindar.

Dia sedang mencari cara untuk membalas dendam pengkhianatan ayahnya.

Bagaimanapun ibunya tidak boleh menderita.

Mina ingin ayahnya juga mendapatkan pembalasan setimpal.

Hal itu sedang dia pikirkan, dan benar-benar dia akan melakukannya.

“Pokoknya aku tidak mau tahu, besok pagi kita harus bertemu. Aku benar-benar kehilangan kontak dengan kakakmu itu!”

Suara Nicholas terdengar frustasi dan dia berpikir harus mencari cara agar bisa menemuiku.

“Apa kau lupa, kemarin kau sudah tahu. Karena kau tidak berhasil membujuknya menjadi istri. Dia itu sudah menikah dengan orang lain,” Minna merasa harus memberitahu.

Daripada Nicholas marah dan mencari alasan untuk kabar yang satu ini.

“Apa kau bilang tanda tanya itu tidak mungkin. Regina itu sangat mencintaiku. Dia tidak bisa jauh dan lepas dariku. Semua yang dia lakukan pasti hanya Ingin membuatku cemburu!”

Nicholas masih belum menerima. Lagi-lagi isi kepalanya berpikir hanya aku yang sedang bermain tarik ulur.

“Aku mengatakan yang sebenarnya, dia benar-benar sudah menikah. Dan sepertinya peluangmu ini akan berakhir!”

Minna merasa harus mengakhiri hubungan jeleknya bersama dengan Nicholas.

Merasa tahu sifat asli Nicholas seperti itu, Ya kembali memikirkan hubungan yang sudah dilaluinya.

Masa di mana dia selalu diberikan kebahagiaan oleh Nicholas adalah masa di mana Nicholas sedang menipuku. Atau sudah mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.

Jadi Nicholas memberikan Minna imbalan yang setimpal.

*Aku nggak percaya. Aku yakin kayak gini hanya sedang mencari perhatian padaku. Dia tidak benar-benar menikah dengan laki-laki br3 N9 53K itu. Aku yakin dia hanya buta sesaat. Dan jangan pernah kau mengatakan hal seperti ini lagi.”

Nada suara Nicholas berubah dengan eratan gigi dan ancaman.

“Aku nggak berbohong Nick. Kakak bodohku itu benar-benar sudah berubah. Kami sekeluarga pun sudah tidak bisa mengendalikannya. Semua ancaman yang dia bilang, itu benar-benar dilakukan.”

Sekali lagi Minna memberitahu agar Nicholas percaya.

“Aku benar-benar tidak peduli. Bagaimanapun caranya kau harus mendapatkan cara agar Regina kembali padaku. Aku tidak ingin kehilangannya!” Ucap Nicholas penuh penekanan.

“Cih dasar laki-laki plin-plan. Aku rasa dia benar-benar jatuh cinta dengan kakak bodohku itu. Alasan dia memukulku. Dia pasti sedang cemburu karena Kakak bodohku itu sudah melupakannya!”

Batin Minna berbicara, dia pun ingin mengakhiri hubungannya dengan Nicholas.

“Aku mengantuk, Nick. Kita lanjut obrolannya besok saja,” Minna merasa harus mengakhiri obrolan ketimbang dia menjadi sasaran.

Minna segera mematikan telepon. Dia benar-benar tidak ingin diganggu oleh Nicholas.

“Dasar wanita kurang 4j4R. Bisa-bisanya dia mengatakan hal bodoh itu. Aku harus mendapatkan Regina kembali. Bagaimanapun caranya dengan atau tanpa bantuan dari Minna,” sepertinya tekad Nicholas sudah bulat untuk merebutku kembali.

“Atau jangan-jangan dia sengaja mengatakan hal ini. Dia sudah kehilangan kepercayaan padaku. Dia tidak yakin kalau aku bisa merebut semuanya.“

Nicholas sedang berspekulasi dengan dirinya sendiri. Dia mungkin saja menyadari kalau Minah sudah berubah.

Atau tidak menjadi sekutunya lagi.

Nicholas membanting tubuhnya di ranjang. Dia benar-benar harus bisa memejamkan mata dan merencanakan untuk hal yang lebih besar.

Dia tetap harus merebutku kembali.

Dia tidak ingin aku berpaling darinya.

Perlahan, Nicholas harus bisa merubah strategi.

Dia merasa strategi lembutnya sudah tidak bisa membuatku percaya.

Alih-alih bersikap lembut, Nicholas sedang berpikir untuk melakukan hal sebaliknya.

Dia berpikir aku tidak mengetahuinya. Dan dengan sikapnya, Nicholas berpikir akan menurut.

Minna menyadari kegelisahan ibunya. Semenjak penghianatan ayahnya, ibunya bersusah payah hanya untuk bisa berkomunikasi.

Saat ini pun Minna melihat ibunya sibuk dengan ponsel. Dia terlihat menekan nomor dan menempelkan di telinga.

Namun, setelah tidak ada jawaban wajahnya terlihat kesal.

“Papa, ternyata papa benar-benar tega. Papa sudah tidak mencintai Mama lagi. Aku nggak boleh melihat Mama seperti ini. Besok aku akan mencari wanita merebut suami orang itu,” batin Minna.

Tekadnya semakin bulat untuk membuat wanita selingkuhan ayahnya itu menderita.

“Mama, sudah malam. Sebaiknya kita beristirahat. Aku yakin, papa pasti bisa kembali, Ma. Mama, nggak usah khawatir. Saat ini papa nggak pulang pasti sedang sibuk bekerja.”

Minna mengalihkan perhatian juga pikiran ibunya.

Meski terlihat marah, Minna yakin ibunya masih mencintai ayahnya.

Apalagi ikatan cinta mereka, Minna menganggap tidak akan mudah luntur atau putus dengan terjangan badai seperti ini.

“Tenang saja, Ma! Aku pastikan Papa kembali pada kita. Aku akan memikirkan cara agar Papa kembali kesini,” bisikan hati Minna semakin frustasi.

“Mana bisa Mama beristirahat di saat Mama sudah mengetahui semuanya. Pasti saat ini papamu sedang bersama wanita itu. Dia benar-benar sudah berubah dan tidak memikirkan kita lagi.”

Geram hati Martha, Minna mendekat dan menggandeng tangannya.

Bagaimanapun ibunya menolak, Minna harus memastikan ibunya bisa beristirahat.

Dia tidak boleh memikirkan kecemasan.

Meski menolak, Martha tetap bisa melihat anaknya sangat perhatian. Dia merasa apapun yang dia lakukan saat ini, semua terjadi untuk melindungi anaknya.

Martha merasa semua yang dimilikinya saat ini tidak boleh hilang karena ada wanita lain.

“Kamu saja yang istirahat, Mama akan menunggu disini sampai papamu pulang,” Martha menolak.

Dia merasa masih sanggup untuk menunggu kepulangan sang suami.

“Mama, kalau mama sudah tahu, jangan biarkan papa merasa senang. Kalau mama tidak merawat diri dan menjaga kesehatan bagaimana mama bisa mengalahkan wanita itu.”

“Kalau mama bilang dia seumuranku, berarti dia bisa menjaga dan merawat kecantikannya. Mama pun harus seperti itu, jadi, Ma, aku mohon beristirahat dulu saja,” bujuk Minna.

Dia tetap harus memastikan kesehatan ibunya stabil.

Sementara dia merencanakan balas dendam yang tidak akan pernah dipikirkan.

Minna merasa harus mengakhiri hubungan perselingkuhan antara ayah dan wanita simpanan itu.

Akhirnya Martha menurut apa yang dikatakan Minna.

“Iya, Mama akan istirahat. Kamu juga istirahat. Jangan berpikir keras untuk saat ini. Mama yakin papa mu akan segera berkumpul kembali bersama kita,” Minna merasa kasihan pada ibunya yang terlihat menderita.

Dia segera menghilang dari hadapan anaknya.

“Dasar papa kurang ajar. Dia benar-benar nggak pulang. Dia benar-benar tidak pulang. Lihat saja, pembalasan ku nanti!” Ancam Minna.

Dia mengepalkan kedua tangan dengan sorot mata ingin menghabisi nyawa seseorang.

Minna tidak sabar akan menjalankan segala rencana yang sudah dibuatnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience