“Agh!” Aku merasa dadaku tiba-tiba terasa sakit.
“Ada apa, sayang?” Axel terlihat khawatir dan langsung melihat ke arahku.
“Nggak tahu, Xel. Perasaanku kok nggak enak banget ya. Biasanya nggak seperti ini,” kataku merasakan sedikit getaran yang tidak biasa.
Aku nggak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Tapi, hari ini sepertinya agak berbeda.
“Sudahlah jangan terlalu khawatir. Kita kan sekarang sedang menuju ke rumahmu!“ Axel sedang mencoba menenangkan diriku.
“Hemm!” Aku mengangguk lemah.
Entah kenapa ini terasa seperti ada bagian dari diriku yang hilang.
Meskipun aku tidak menginginkan hal tersebut. Tapi, apa yang seharusnya tidak bisa aku hindari pasti tidak bisa dihindari.
Mobilku tiba di depan pagar dan penjaga langsung membukakan pintu.
Aku turun dan bergegas masuk. Markus langsung menghampiriku.
“Ada apa, Markus? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku kan memintamu untuk menjaga keamanan rumah dan menertibkan mereka,” kataku, suaraku sedikit meninggi.
Bukan karena tidak ingin diganggu. Tapi, lebih dari apapun. Aku hanya ingin hidup dan tenang.
“Saya juga tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, Nona Regina, tapi,” wajah Markus sedikit gelisah dan membawaku masuk ke ruangan tengah.
Aku melihat sesuatu yang ditutupi kain .
Tubuhku sedikit bergetar.
“Ini …” aku sedikit ragu mengatakan tapi tetap ingin tahu kebenaran.
“Iya, Nona Regina, ini … Nona Minna!” Meskipun tidak percaya dengan ucapan Markus, tapi apa yang ada di hadapanku itu adalah nyata.
Aku tidak ingin melihatnya. Hal ini bukan sesuatu yang harus aku lihat.
Namun, hati kecilku juga sangat penasaran.
Aku memberanikan diri untuk membuka kain tersebut. Perlahan dan ….
Aku membuka mulutku dan lagi-lagi tubuhku hampir saja terjatuh. Kembali Axel tetap memapah tubuhku.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa seperti ini?” Aku benar-benar menyaksikan tubuh Minna yang habis-habisan penuh luka dan di lehernya masih ada memar.
Tubuhnya sudah dingin dan kaku.
Ini seperti diriku di kehidupan lalu. Semua yang aku rasakan persis sama.
Namun, lagi-lagi aku masih merasa Nicholas tidak mungkin melakukan hal ini.
Dia sangat mencintai Minna.
“Nggak, ini nggak mungkin, ini nggak mungkin. Nick nggak mungkin melakukan ini dengan Minna. Dia sangat mencintainya. Dulu, bahkan dia sampai hamil anaknya,” kataku membatin lagi.
Jelas sebelum kematianku Mereka terlihat sangat bahagia dan Minna memamerkan kehamilannya.
Aku yakin hubungan mereka sudah sangat jauh dan apapun yang mereka lakukan pasti tidak akan membuat Minna terluka.
Aku baru menyadari kalau dua mobil tidak ada dan ibu tiriku pergi.
Kalau masalah mobil, aku berfikir Minna pasti membiarkan mobil itu dibawa oleh Nicholas.
Dan satunya pasti dibawa oleh Ibu tiriku.
“Dimana dia, Markus?” Pertanyaan itu cukup jelas dan dimengerti oleh Markus.
“Nyonya Martha sepertinya tadi sangat terburu-buru dan pergi dengan mobil. Dia tidak berpesan apapun sebelum pergi. Kami juga kesulitan, untungnya Nona Regi segera datang!” kata Markus.
Sedetik kemudian aku merasakan getaran di tasku.
Satu nomor yang tidak dikenal dan aku segera mengangkatnya.
“Apa??” Kembali aku hampir terjatuh saat menerima kabar dari si penelpon.
“Ada apa, sayang? Siapa yang menelepon?” Axel kembali khawatir dan mengulangi pertanyaannya.
Apalagi melihat wajahku kembali pucat.
Tubuhku lemas.
Kabar ini begitu mendadak.
Aku tidak percaya.
Namun, ini adalah kenyataan.
Aku menarik nafas dan benar-benar harus mencerna semua kabar dengan baik.
Ini adalah bukan sesuatu hal yang baik.
“Mama, Papa … tadi pihak polisi yang mengabarkan dari rumah sakit. Mereka bilang, Mama membunuh papa dan Mama tertabrak truk. Keduanya tidak selamat. Sekarang aku diminta datang ke rumah sakit untuk mengurusnya!”
Meski berkata dengan bergetar tapi aku tidak mungkin membohongi Axel.
Sama halnya dengan diriku, Markus dan Axel pun sangat terkejut. Dia benar-benar tidak mengira akan ada kabar duka dari kematian 3 orang sekaligus di hari yang sama.
“Ada apa sebenarnya, Markus? Kenapa bisa seperti ini?”
Aku masih mengulangi pertanyaanku kepada pelayan kepercayaan dan dia juga terlihat bingung untuk menjelaskan.
“Saya juga sulit untuk menjelaskannya, Nona Regina, tapi sepertinya tuan dan nyonya sempat ribut.”
“Saya tidak mendengar jelas apa yang diributkan mereka, tapi sepertinya tuan memiliki wanita dan anak lain di luar pernikahan nyonya.”
“Nyonya ingin meminta penjelasan dari tuan. Tapi, pagi tadi Nona Minna pergi lebih dulu untuk meminta penjelasan dari tuan. Kemungkinan itu yang bisa saya tahu, Nona Regina!”
Penjelasan dari Markus lagi-lagi membuatku terkejut.
Ayahku ternyata selingkuh dan memiliki anak lain.
Ini bukan hanya terjadi pada ibuku. Tapi, sekarang seperti karma yang sedang terjadi pada ibu tiriku.
Itu terlihat dibayar kontan oleh mereka.
Aku kembali terhuyung saat mendengar penjelasan Markus.
Ini tidak masuk akal.
Pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan.
Tapi, aku belum sempat membalas mereka. Mereka sendiri yang sudah saling membalaskan.
“Tenanglah, Regi. Aku akan mendampingimu. Aku nggak akan meninggalkan kamu sendiri,” Axel meraih tanganku dan memberikan support.
Melihatku seperti itu pasti juga membuatnya sakit hati.
Kondisinya saat ini bukan bertanya apapun. Axel memilih untuk menjadi sandaran bagiku.
Aku memeluknya dengan erat. Air mataku tanpa terasa terjatuh.
Bukan karena aku senang semua pembalasan sudah terlaksana.
Dibandingkan dengan semua, aku lebih berharap aku yang menjauh untuk ketenangan.
Nicholas baru saja tiba. Dia terlihat khawatir dan berlari ke hadapan tubuh kaku Minna.
“Apa yang sebenarnya terjadi, Minna? Kenapa bisa begini? Siapa yang melakukannya?”
Nicholas terlihat sangat menderita. Dia sampai mengeluarkan air mata. Sangat bersedih melihat kondisi tragis Minna seperti itu.
Aku yang merasa terganggu sedikit melihat ke arahnya.
Seperti dugaanku. Nicholas memang sangat mencintai Minna.
“Aku nggak begitu yakin, tapi melihat dia sangat bersedih sepertinya dia benar-benar kehilangan Minna,” batinku terusik melihat Nick memeluk tubuh Minna yang kaku.
“Huhuhu, maafkan aku, Minna aku nggak bisa menjagamu. Aku nggak mungkin membiarkan dirimu seperti ini,” telingaku sedikit terusik kembali mendengar ucapan Nick.
Namun, saat aku melihatnya memeluk Minna. Diantara keraguan itu aku malah melihat senyuman smirk yang angkuh dari bibir Nicholas.
Aku terkejut dan tanpa sadar berdiri. Axel juga ikut terkejut melihat sikapku.
“Nggak. Nggak. Aku salah lihat. Dia, dia, nggak mungkin. Dia nggak mungkin yang menghabisi Minna!” kataku di dalam hati.
Tubuhku bergetar.
Senyuman smirk itu tidak mungkin aku lupakan begitu saja.
Menjelang ajalku dulu, aku sudah pernah melihatnya.
Senyuman kepuasan karena sudah menghilangkan segala hambatan.
Senyuman palsu yang selalu Nicholas tunjukkan padaku, sekarang aku melihatnya lagi.
Melihat saat dia memeluk tubuh Minna.
Itu bukan senyuman kesedihan.
Itu adalah senyuman kepuasan karena sudah berhasil melenyapkan Minna yang dianggap sebagai pengganggu rencananya.
Aku bisa pastikan. Senyuman palsu itu adalah kepuasan karena Nicholas sudah menghilangkan segala hambatan.
Aku tidak boleh lengah. Ancaman itu masih tetap ada. Lebih dari apapun. Yang paling berbahaya ternyata adalah Nicolas.
Share this novel