Dijebak

Romance Completed 1318

Rena mengangguk. Lalu Billy tanpa ragu melepaskan kaos Rena dan membuangnya ke lantai.

“Jadi, yang ini sudah menjadi milikku kan? Enggh!!” De 54h Billy. Kedua tangannya sedang meremas dua bukit milik Rena.

Kepala Rena menengadah keatas. Dia juga sedang menikmati pijatan dan R3 m45 an yang dilakukan oleh Billy.

“Umm, Enggh! Jangan keras-keras, nanti sakit!” ucap Rena terdengar manja di telinga Billy.

Billy menyeringai dan memajukan wajahnya. Kini meremas yang satu dan satunya lagi sedang dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Emmmm!!” lengguh Rena. Matanya masih terpejam menikmati setiap gerakan dari lidah hangat Billy.

Billy melihat wajah Rena merona. Apalagi tubuhnya yang bergerak di pangkuan Billy membuat Billy kelabakan.

Gesekan Rena membuat Billy terbakar. Gadis itu sudah tidak bisa diam. Pinggangnya ikut bergerak dengan ritme yang diberikan Billy.

“Ouhhh!!” Billy membuat Rena terkejut. Billy men jilat meng H154p bukitnya satu satu dengan rakus.

Dia sepertinya kehilangan kontrol hingga memutar tubuh Rena lalu merebahkan kembali di ranjang.

Suara merdu mereka saling bersahutan.

“Ah umm!” Billy dan Rena sedang menikmati olahraga pagi yang panas.

Tanpa seizin Rena meskipun Billy ingin melakukan lebih, dia tetap menahannya.

Suara deringan telepon mengganggu mereka. Billy berhenti sesaat dan melihat ponsel Rena yang berada tak jauh dari mereka.

“Sepertinya, kita harus segera pergi!” Billy menghentikan semua aktivitas panasnya.

Dia menarik tangan Rena, “Aku akan mandi lagi!” katanya, dengan napas masih menderu Rena mengangguk. Dan Billy mengangkat tubuhnya.

“Kita mandi bersama!” seru Billy, Rena malu dan membenamkan wajahnya di dada nya.

Dia tidak menyangka akan beradegan panas seperti tadi bersama Billy. Benar-benar diluar rencananya.

“Rena, Rena, kamu sudah benar-benar gila. Bagaimana kamu bisa dijebak seperti ini. Hah, siapa juga yang akan menolak. Inikah jebakan enak!” Batin Rena sedang bergelut dengan dirinya sendiri.

Malu, tapi mau.

Sekitar lima belas menit, akhirnya mereka keluar dari kamar mandi. Di dalam sana, Billy masih melakukan aksinya.

Meskipun dia belum memasuki aset yang dijaga Rena. Kini bibir dan susu Rena benar-benar membuatnya candu.

Bagi Billy, sekarang itu adalah miliknya. Kepunyaan nya.

“Iya, Regi, aku akan segera kesana!” sahut Rena karena ponselnya tidak berhenti.

Jadi, Rena harus segera mengangkat. Dia juga tidak ingin membuatku cemas.

Lalu dia menatap Billy yang sudah rapi dengan setelan kerjanya.

“Apa kau tahu di mana rumah Regi? Sepertinya dia memintaku kesana,” ucap Rena saat ini Billy sedang merapikan dasinya.

“Aku tahu, tapi itu tidak ada yang gratis. Kali ini aku mau bayaran lebih!” Ucapnya ketus dan menatap garang Rena.

Rena sedikit kecut mendengar jawaban Billy. Dia berpikir, Billy akan bersikap dan berucap lebih lembut setelah dia melakukan gerakan pemanasan tadi.

“Ish, dasar kau ini benar-benar perhitungan sekali. Tidak bisakah kamu berbaik hati sedikit padaku,” jawab Rena kecut.

“Terserah. Aku juga tidak memaksa. Aku tidak dirugikan. Kamu tetap bisa tinggal disini!” Ancam Billy semakin acuh tak acuh dan berbalik badan.

“Ah, iya, iya, aku bayar. Aku akan bayar. Terserah kamu. Kalau double juga aku nggak masalah!” Rena segera berlari saat Billy akan membuka pintu.

Billy segera menyembunyikan senyuman kemenangan nya.

Rena memegangi tangan Billy. Billy menoleh dan menyinggung kan senyuman smirk yang terlihat oleh Rena.

“Kalau kau bisa membaca situasi seperti ini, aku juga tidak akan keberatan!” ucap Billy kini sudah berbaik dihadapan Rena.

Tangannya sudah ada di pinggang Rena lagi dan memepetkan tubuhnya, “Ayo, DP dulu!” katanya menundukkan wajah.

Rena tanpa ragu mengalungkan kedua tangannya di leher Billy. Dan sekali lagi dia sudah dijebak.

Billy melumat bibir merah mungil Rena dengan rakus. Tapi, saat ini dia hanya bisa sebatas itu. Panggilan pekerjaan lebih utama.

“Pantas saja tuan Axel tidak pernah ingin berhenti jika sedang bersama Nona Regina. Ini benar-benar membuatku terbang!” Batin Billy, kemudian dia mau tidak mau melepaskan peluk dan ciumnya.

Jika dia terlambat, tuannya juga pasti akan mengamuk.

“Ini peringatan untuk mu. Jangan pernah sekali-kali kau berkhianat padaku. Aku pastikan membuatmu menyesal!” Ancam Billy lagi, Rena mengangguk pasrah dengan cepat.

“Ayo!” Billy memimpin jalan lebih dulu dan Rena mengekor di belakangnya.

Sekali lagi aku mengirimi Rena pesan. Aku ingin Rena segera sampai di rumahku.

Di Dalam mobil Billy tidak bicara sepatah kata pun. Dia hanya fokus menyetir.

Aku yang berdiri di depan halaman rumah sudah mondar-mandir menunggu kedatangan Rena. Tidak lama kemudian mobil yang dibawa Billy tiba.

“Rena!” Aku berlari saat melihat Rena turun dan segera memberikannya pelukan.

“Kamu nggak apa-apa kan? Kenapa tidak langsung menghubungiku dari semalam? Apa ada yang terluka lagi? Atau atau kamu dipukuli lagi?“

Aku segera memberondong Rena dengan pertanyaan. Memegang kedua tangannya dengan erat lalu membawa Rena masuk ke dalam.

“Markus bawakan cemilan dan yang lainnya!” Perintahku.

Rena nampak berkeliling.

“Regi, rumahmu besar sekali. Ini nggak apa-apa aku kesini?!” Rena ragu dan dia melihat Axel sudah duduk santai di ruang tengah.

Axel sibuk dengan benda pipih sambil menunggu kedatangan Billy.

“Sayang, aku berangkat dulu. Nanti siang aku akan jemput. Kamu libur kan hari ini?” Axel berdiri saat mendengar langkah Billy yang mendekati juga memberikan kode untuk keberangkatan mereka.

“Apa nggak bisa makan siang di rumah saja. Lagipula aku malas keluar. Ada Rena juga disini. Jadi, kamu tenang saja. Aku nggak akan keluyuran,” kataku mendekati Axel.

Axel menarik pinggangku dan mendaratkan kecupan di kening.

Bersama dengan tindakan tersebut, Martha datang memapah Minna.

“Baiklah, aku akan kembali untuk makan siangnya. Aku berangkat ya!” Pamit Axel membuat Rena tanpa sengaja melirik Billy.

Laki-laki kecut dan menyebabkan itu hanya menatap Rena dengan sinis.

“Ish, bukannya pamit baik-baik denganku. Ini malah seperti itu!” Rena ikutan kesal sendiri dalam hati menatap punggung Billy yang semakin menjauh.

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Ini minum dulu,” aku menarik kembali tangan Rena dan membawanya duduk.

“Ya ampun, Kakak, bisa-bisanya kakak membawa orang kampungan dan jelek ini kesini. Aku yakin, dia kesini hanya untuk membuat kamu susah kan?!’

Oceh Minna kecut dibantu duduk oleh Martha. Dia menatap tidak suka pada Rena.

Aku melirik sesaat. Sedikit terkejut dengan kondisi mengenaskan Minna.

“Kau kenapa?” celetukku.

Minna terlihat kikuk dan malu sendiri. Setidaknya dia tetap harus menyembunyikannya kondisinya saat ini.

Apalagi Minna sudah melihat dengan jelas, aku dan Axel terlihat begitu dekat. Dan Axel benar-benar memperhatikan diriku.

“Itu bukan pertanyaan yang harus aku jawab. Aku yang seharusnya bertanya dengan kakak. Kenapa sampai saat ini kakak masih belum memperbaiki hubungan kakak dengan Kak Nick?” Tukas Minna berbicara dengan menggebu.

Dia merasa harus ada yang dijadikan korban sebagai pergantian pelampiasan Kekesalan Nicholas.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience